Benarkah bentuk paruh murai batu bisa menjadi tengara karakter vokal dan volumenya? Jawabannya bisa “ya”, bisa juga “tidak”. Bentuk paruh hanyalah sebagian item dari katuranggan murai batu secara keseluruhan. Sebab definisi katuranggan adalah ciri-ciri / karakteristik fisik seekor burung, atau binatang lainnya, yang mencakup seluruh bagian tubuhnya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Dalam praktiknya, ada beberapa murai batu jawara yang tidak punya katuranggan bagus. Misalnya murai batu Racun milik Om Kadafi. Meski katuranggannya tidak termasuk ideal, toh burung ini pernah mendominasi even-even nasional selama beberapa tahun.

Namun sebagai tengara atau tetenger, tidak ada salahnya jika kicaumania memperhatikan aspek katuranggan. Apalagi beberapa kicaumania sudah melakukan pengamatan selama bertahun-tahun, sehingga boleh disebut telah memiliki pengalaman.

Untuk menjawab pertanyaan soal korelasi antara bentuk paruh murai batu dengan karakter vokal dan volume suaranya, kita bisa mengacu pada pengalaman Om Budi Santoso (Bolang SF Tangsel).

Om Budi Santoso (Bolang SF), pengorbit murai batu Leged.

Om Budi dikenal sebagai salah seorang pengorbit murai batu jawara. Salah satu gaco orbitannya adalah murai batu Leged. Murai blacktail ini sudah malang-melintang dalam berbagai even nasional sejak tahun 2016 hingga sekarang.

Berikut ini beberapa poin penting mengenai bentuk paruh murai batu dan keterkaitannya dengan karakter dan volume suaranya, yang pernah diunggah Om Agus Widodo di Grup FB Republik Pencinta Murai Batu (RPM).

1. Paruh Pendek

Ada tiga kriteria mengenai bentuk paruh pendek pada murai batu, yakni: a) paruh atas dan bawah sama-sama tipis; b) paruh atas dan bawah sama-sama tebal; dan c) paruh atas tebal, paruh bawah tipis.

Masing-masing memiliki karakter vokal dan volume suara yang berbeda-beda. Dengan demikian, materi isian / burung masterannya tidak selalu sama.

a) paruh atas dan bawah sama-sama tipis

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya memiliki suara bervariasi, tajam, namun volume kurang keras.
  • Masteran yang cocok adalah burung-burung kecil seperti pleci, burung-madu (“kolibri”), rambatan, dan prenjak.

b) paruh atas dan bawah sama-sama tebal

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya punya kecenderungan mengulang-ulang suara (ngukluk / ngeban), serta karakter vokal O bulat.
  • Masteran yang cocok antara lain burung kutilang, terucukan, cucakrawa, poksay, atau burung-burung dengan karakter suara nyantai.

c) paruh atas tebal, paruh bawah tipis

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya memiliki karakter suara variasi ngerol, nyerecet, nembak. Suara ngerolnya terdengar kurang keras, tapi ketika nyerecet dan nembak, suaranya terdengar keras / tajam.
  • Makanya, masteran yang cocok adalah lovebird, kapas tembak, cucak jenggot, rambatan, konin, serindit, serta kenari. Pokoknya, burung-burung yang memiliki karakter suara ngerol-nyerecet-nembak.

2. Paruh Sedang

Sama seperti paruh pendek, murai batu dengan bentuk paruh sedang juga terbagi menjadi tiga kriteria. Berikut ini rinciannya.

a) paruh atas dan bawah sama-sama tipis

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya mempunyai suara yang bervariasi, tajam, dan volumenya keras.
  • Masteran yang cocok antara lain burung cililin, siri-siri, burung-madu (“kolibri”), rambatan, dan prenjak.
Murai batu Leged, salah satu gaco andalan Bolang SF Tangerang Selatan.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

b) paruh atas dan bawah sama-sama tebal

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya punya kecenderungan mengulang-ulang suara (ngukluk / ngeban), karakter vokal O bulat, volume keras, namun datar-datar saja.
  • Masteran yang cocok adalah tengkek, cucakrawa, dan poksay, atau burung-burung dengan karakter suara nyantai.

c) paruh atas tebal, paruh bawah tipis

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya memiliki karakter suara variasi ngerol, nyerecet, nembak, dengan volume keras. Ketika nyerecet-nembak, suaranya terdengar lebih keras, tajam, dan kristal.
  • Masteran yang cocok adalah lovebird, kapas tembak, cucak jenggot, rambatan, konin, serindit, dan kenari, atau burung-burung lain yang memiliki karakter suara ngerol-nyerecet-nembak.
Hari ini, Kamis (13/12), murai batu Leged meraih juara 1 di Cha-Cha Ent.

3. Paruh panjang

a) paruh atas dan bawah sama-sama tipis

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya memiliki suara yang bervariasi, tajam, keras, dan kristal. Masteran yang cocok antara lain burung cililin, siri-siri, burung-madu (“kolibri”), rambatan, dan prenjak.
  • Murai batu dengan jenis paruh inilah yang banyak diminati para pemain, karena volume keras bening, bersih.
  • Masteran yang ideal antara lain cililin, siri-siri, burung-madu (“kolibri”), rambatan, tengkek, dan prenjak. Tetapi hampir semua jenis burung cocok dijadikan masteran bagi murai batu dengan bentuk paruh seperti ini.

b) paruh atas dan bawah sama-sama tebal

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya punya kecenderungan mengulang-ulang suara, karakter vokal O bulat, serta volume sangat keras.
  • Masteran yang cocok antara lain tengkek, cililin, kenari, atau burung-burung yang memiliki suara keras namun datar.

c) paruh atas tebal, paruh bawah tipis

  • Murai batu dengan bentuk paruh seperti ini biasanya memiliki karakter suara variasi ngerol, nyerecet, nembak, dengan volume keras. Ketika nyerecet-nembak, suaranya terdengar lebih keras, tajam, dan kristal.
  • Masteran yang cocok adalah lovebird, kapas tembak, cucak jenggot, rambatan, konin, serindit, dan kenari, atau burung-burung lain yang memiliki karakter suara ngerol-nyerecet-nembak.

Itulah pendapat Om Budi Santoso mengenai korelasi bentuk paruh murai batu dengan karakter vokal maupun volumenya. Semoga bermanfaat. (OK-1)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.