Sebagaimana burung kicauan, perkutut juga digemari masyarakat dari berbagai strata pendidikan, profesi / pekerjaan, dan sosial-ekonomi. Salah satunya adalah H Djainuri yang saat ini menjabat wakil kepala Daop 8 PT KAI (Kereta Api Indonesia). Dia tak hanya penggemar, tetapi juga memiliki penangkaran burung perkutut Sultan BF Surabaya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Di sela-sela kesibukan yang sangat padat, Om Djainuri selalu menyempatkan waktu untuk memantau bird farmnya yang bermarkas di Jalan Sidotopo Wetan No 3 Surabaya. Hati menjadi damai, penat pun sirna, saat mendengar anggung burung-burung perkutut.
Saat ini Sultan BF mempunyai 40 petak kandang berisi indukan dari berbagai trah, mulai dari perkutut lokal hingga impor. Lantaran bekerja di PT KAI, kandang-kandangnya diberi nama-nama stasiun kereta api seperti Gubeng, Surabaya Kota, Jogjakarta, Cepu, Bandung, dan sebagainya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sebagian besar induk milik Sultan BF dikenal produktif. Setiap induk rata-rata bisa menghasilkan 1-2 pasang piyikan per bulan. Hal ini tidak terlepas dari seleksi ketat terhadap setiap calon induk.
“Induk yang ada di sini rata-rata berumur dua tahun. Induk yang matang akan menghasilkan piyikan dengan katuranggan dan mental yang relatif bagus,” ujar Om Djainuri kepada omkicau.com.
Untuk meningkatkan produktivitas, Sultan BF menggunakan burung puter sebagai induk babuan atau baby sitter. Piyik perkutut yang sudah berumur 10 hari akan disapih dari induknya, dan perawatannya diteruskan oleh burung puter.
Ada beberapa kandang favorit yang kerap menghasilkan perkutut berkualitas. Misalnya kandang Cepu dan Bandung. Kedua kandang ini diisi indukan trah juara, yakni perkutut Top dan Kristal.
Sultan BF siapkan empat piyik hanging
Sebagian besar produk Sultan BF memang digunakan sendiri untuk mengikuti lomba burung perkutut atau sering disebut konkurs perkutut. “Saat ini, kami sudah memiliki empat gaco baru yang disiapkan untuk kelas piyik hanging dalam musim konkurs tahun ini,” jelas Om Djainuri.
Keempat perkutut belia itu adalah Sayonara, Kim Jong-un, Cheng Ho, dan Gladiator. Di kelas dewasa, Sultan BF masih mengandalkan perkutut Marcopolo. Burung inilah yang sukses meraih juara 1 dalam Kejurnas Cup di Semarang, Desember lalu.
Selain menjuarai Kejurnas Cup, perkutut Marcopolo juga pernah menang dalam berbagai konkurs akbar di Tanah Air. Mulai dari Piala Raja Hamengku Buwono Cup XXIX di Jogja, Bupati Cup di Pasuruan, Bupati Cup Madiun, hingga Liga Perkutut Indonesia 2018.
Begitu besarnya kecintaan Om Djainuri terhadap perkutut, dia pun ikut memfasilitasi para kung mania di Surabaya dan sekitarnya agar bisa berlatih. Dia menyediakan gantangan dan kerekan gratis untuk latihan di markas Sultan BF, setiap Selasa pagi.
Tidak hanya itu, Om Djainuri juga menggelar Liga Hanging Sultan BF setiap bulan (juga hari Selasa). Kegiatan ini diselenggarakan sebagai apresiasi kepada para peserta latber. Di akhir putaran Liga, burung yang meraih poin tertinggi akan mendapat trofi eksklusif. (Endar)