Penangkaran lovebird Lintang BF Sleman — Dengan gaji pas-pasan sebagai perangkat di Desa / Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Om Eko Nur Wahyudi merasa tak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya dia memutuskan beternak lovebird kekean / suara.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Lelaki yang akrab disapa Om Yudi tersebut ingin beternak lovebird, karena sejak dulu memang hobi burung. “Tahun 2006, saya nekat pinjam modal dari bank. Uangnya saya belikan enam pasang induk lovebird,” kata Om Yudi kepada omkicau.com
Tiga bulan kemudian, beberapa induk mulai produksi dan menghasilkan anakan. Anakan-anakan tersebut dijualnya, dan hasilnya untuk dibelikan lagi beberapa indukan. Hingga tahun 2009, Lintang BF yang didirikannya sudah memiliki 50 pasang induk, semuanya tipe kekean / suara.
Lintang BF mulai merambah lovebird warna
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tahun 2010, Lintang BF mulai merambah lovebird warna / beuaty lovebird. Dia fokus pada jenis-jenis baru (saat itu), mulai dari parblue, biola, euwing, green series, serta blue series. Induk yang dikoleksi merupakan burung impor.
Setahun kemudian, sejumlah induk lovebird warna mulai produksi. Bahkan, melalui beberapa percobaan, Om Yudi memperoleh lovebird hasil mutasi baru.
Tahun 2014, Lintang BF mampu menghasilkan jenis terbaru, yaitu biola blue dan fischeri opaline blue, yang membuat heboh kalangan lovebird mania.
Dua tahun berselang, Lintang BF juga menghasilkan mutasi terbaru biola euwing vio parblue. Kini Lintang BF sudah menghasilkan ratusan mutasi baru. Jumlahnya sekitar 130 pasang lovebird premium.
Menilik hal itu, wajar apabila banyak lovebird mania datang kepadanya untuk belajar cara membuat mutasi lovebird. “Pengetahuan tentang genetika mutlak diperlukan untuk menghasilkan mutasi berkualitas,” tutur Om Yudi.
Seleksi induk dan proses penjodohan
Kepada calon peternak maupun peternak pemula, Om Yudi tak segan-segan berbagi ilmu. Menurut dia, hal pertama yang tak boleh dilupakan adalah kualitas calon induk. Calon induk ini nantinya akan menjadi induk, dan bisa menjadi “ATM hidup” jika dikelola dengan baik.
Calon induk harus diperoleh melalui seleksi ketat. Misalnya, umur sudah mapan (lebih dari 7 bulan), karena sudah organ-organ reproduksinya sudah berkembang dan berfungsi optimal. Selanjutnya, penangkar harus bisa membedakan jenis kelamin lovebird.
“Kalau mau hasil maksimal, carilah calon induk berkualitas dengan melihat cirinya. Misalnya postur besar, sehat, dan tidak cacat. Perawatan harus maksimal, jaga kebersihan kandang, tempat pakan dan air minum. Yang tak kalah penting, harus sabar dan jangan takut gagal,” tegasnya.
Soal model kandang, itu tergantung selera dan situasi-kondisi yang dialami para peternak. Model koloni dan model battery memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Om Yudi lebih sering memakai kandang model battery, karena memudahkan identifikasi setiap pasangan induk.
Proses penjodohan di kandang battery memang lebih sulit ketimbang kandang koloni. Namun Om Yudi punya tips khusus. “Yang penting calon induk jantan dan betina sama-sama dalam kondisi birahi. Awalnya, si jantan dimasukkan dulu ke kandang battery. Setelah itu baru betinanya, tapi harus selalu dipantau agar tak terjadi perkelahian,” jelasnya.
Kualitas pakan juga tak boleh diabaikan, baik untuk induk maupun anak-anaknya. Pakan utama terdiri atas milet putih, milet merah, canary seed, kwaci, dan biji gandum. Pakan tambahan berupa jagung muda serta asinan. Om Yudi juga menggunakan produk impor seperti Beneluc.
Anakan yang baru menetas dibiarkan dalam perawatan induknya selama 1 minggu. Setelah itu disapih dan dipindah ke kandang pembesaran. Pemberian pakan untuk anakan lovebird melalui hand-feeding. Dalam hal ini, Om Yudi dibantu istrinya.
Saat ini, Lintang BF tak mengalami kesulitan dalam pemasaran lovebird, karena terbantu oleh media online dan media sosial. “Dulu, sambil berangkat kerja, saya bawa lovebird untuk dijual di beberapa pasar burung di seputaran Jogja. Sekarang cukup melalui media online dan gethok-tular,” ujarnya.
Dalam sebulan, Lintang BF mampu menjual 60-70 ekor lovebird, dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta per ekor (tergantung kualitas).
Untuk menambah jaringannya, Om Yudi bergabung dalam Komunitas Lovebird Indonesia (KLI). Selain itu, ia juga aktif mengikuti kontes lovebird, baik suara maupun warna. (neolithikum)
Breeding lovebird Lintang BF
Kontak: Om Eko Nur Wahyudi (WA 0878-3929-1417)
Alamat: Jalan Kaliurang Km 13, Perum Besi Baru, Blok E 41, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.