Bekerja di salah satu bank terkemuka di Samarinda tidak menghalangi keinginan Om Agus Hariyanto untuk mengembangkan hobinya, yaitu menangkar burung murai batu. Karena sejak pagi hingga sore hari sibuk bekerja, tentu agak merepotkan dalam pemberian pakan tambahan / extra fooding (EF).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Namun Om Agus mempunyai tips khusus dalam pengaturan EF untuk burung-burung induk. Semua itu mampu diterapkan dengan baik di penangkarannya, Agus Bird Farm Samarinda. Baik sejak masa penjodohan hingga mengasuh piyikan yang baru menetas.
Agus BF kini memiliki 11 pasangan induk murai batu yang produktif. Kandang ditempatkan di lantai dua rumahnya. Selain itu, Om Agus juga memiliki 1 pasang induk hwamei dan 1 pasang induk poksai hongkong.
Jenis murai batu di kandangnya adalah murai batu medan (6 pasang), murai batu borneo (3 pasang), dan murai batu bordan (persilangan murai batu borneo dan murai batu medan; 2 padang).
“Setiap pagi, sebelum berangkat ke kantor, saya luangkan waktu memberikan EF ke semua kandang. Sepulang kerja, saya tambahkan porsi EF, terutama untuk indukan yang sedang meloloh anaknya,” kata Om Agus, ketika ditemui omkicau.com di kediamannya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Agar induk tetap memperoleh asupan EF, terutama Ketika ditinggal kerja, Om Agus menaruh jangkrik dalam ember gantung. Ember ini seukuran dengan kaleng cat dinding. Dengan demikian, murai batu bisa mengambil sendiri jangkrik di ember.
“Kaki-kaki jangkrik tidak saya potong, alias masih utuh. Menurut pengamatan selama ini, murai batu memiliki naluri alam untuk membersihkan pakannya sendiri,” jelas Om Agus yang juga salah seorang ketua Asosiasi Penangkar Burung dan Unggas Indonesia (APBUI) Area Samarinda.
Pengaturan EF selama masa penjodohan
Kalau burung masih dalam proses penjodohan, pemberian EF harus disesuaikan dengan karakteristik burung jantan dan betina.
Jika murai jantan tidak galak, atau tidak melakukan KDRT terhadap burung betina, berarti dia sudah siap melakukan tugas reproduksi. Dari situlah, Om Agus mulai mengatur pola pemberian EF. Berikut ini beberapa poin yang dijalankannya:
- Murai jantan dan betina harus dibuat bisa saling birahi, atau birahi bareng. Caranya, berikan EF yang terdiri atas jangkrik alam (secukupnya), cacing tanah (2 kali sehari, pagi 7 ekor, sore 7 ekor), kroto (1 sendok the), dan ulat hongkong (10-15 ekor). Boleh ditambah multivitamin untuk penunjang birahi, misalnya BirdMature.
- Apabila murai betina sudah mulai unjal, yaitu mengangkut bahan-bahan sarang ke gelodok), berarti burung sudah birahi.
- Jika kandang tidak dilengkapi CCTV, dan kita tidak bisa selalu memantaunya langsung, sangat dimungkinkan terjadi perkawinan tanpa diketahui pemilik atau awak kandang. Namun murai jantan sehabis kawin biasanya memiliki ciri-ciri tersendiri, antara lain bulunya mengembang (menggembung).
- Jika murai betina mulai sering ke gelodok, dan ekornya sering naik turun, itu pertanda mau bertelur. Silakan cari timing yang tepat untuk mengecek gelodok.
- Jika betina sudah bertelur, pemberian EF yang bagus adalah jangkrik alamdan cacing tanah (takaran sama seperti sebelumnya). Hal ini dilakukan sampai telur menetes, bahkan sampai induk meloloh anaknya. Yang perlu diperhatikan, jika telur sudah menetas, pilihlah jangkrik alam yang berukuran agak kecil, untuk memudahkan induk dalam meloloh anaknya.
Agar hasilnya makin optimal, Om Agus juga melakukan treatment penambahan mineral (serbuk tulang sotong) kepada ulat hongkong dan jangkrik, sebelum kedua jenis EF itu diberikan kepada burung. Cara ini bisa menghasilkan telur yang berkualitas, sekaligus memperkecil kegagalan telur tak menetas.
Om Agus meyakini, kalau induk jantan dan betina sama-sama sehat, rajin diberi extra fooding, serta cukup vitamin dan mineral, maka produktivitasnya bisa menjadi maksimal. Pertumbuhan anakan / piyikan pun menjadi lebih baik.
Kunci sukses lainnya adalah selalu menjaga kebersihan kandang, termasuk sanitasi air. Dalam hal ini, sanitasi air menggunakan sistem rolling (siklus seperti kolam renang): ada satu bak penampungan air di setiap kandang dan terakses dengan kandang sebelah, dialirkan ke bak penampungan akhir, lantas disedot masuk ke kandang lagi menggunakan pompa aqkarium.
Dengan cara seperti ini, air tetap sterilis setiap saat. Penambahan air cukup seminggu sekali, sehingga tidak perlu repot serta lebih menghemat waktu dan tenaga.
“Apakah tidak takut jamur pada air yang jarang diganti Om?” tanya omkicau.com.
“Sebelum masuk ke bak penampungan akhir, kan sudah difilter terlebih dulu. Sehingga ketika masuk ke kandang lagi, air sudah bersih dan terhindar dari jamur,” jawab Om Agus.
Trotolan murai batu produksi Agus BF Samarinda kini laris-manis di kalangan kicaumania. Beberapa kandang favorit pembeli antara lain The Doctor, Mati Suri, Jendral Muda, Werkuduro, dan Demit.
Pembeli tak hanya berasal dari Samarinda, tetapi lebih banyak yang berasal dari luar kota. Terutama Melak, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Tenggarong. Bahkan ada juga dari pulau seberang, yaitu Pulau Berau.
Saat omkicau.com berkunjung ke penangkarannya, Om Agus baru saja mengirim satu anakan murai batu ke Kutai Barat. Perjalanan darat dari Samarinda ke Kutai Barat ditempuh selama 8-9 jam.
“Saya belum pernah ketemu dengan pembelinya. Kami saling percaya setelah melakukan video call via Whatsapp di dalam kandang. Saya kirim juga video kandang indukan, dan beliau tertarik dengan anakan dari kandang nomor 11. Umurnya baru tiga bulan, namun sudah memiliki karakter figther,” jelas Om Agus.
Sebelum dijual ke pembeli / pelanggan, Om Agus biasanya akan memasternya dengan aneka isian, mulai dari cucak jenggot, jalak, lovebird, kolibri, sogok ontong, dan sebagainya.
Om Agus memang berkomitmen untuk menghasilkan anakan murai batu berkualitas, sehingga para pembeli merasa puas. (v1rgoboy)
Penangkaran murai batu
Agus BF Samarinda
Facebook: Agus Bird Farm Samarinda | Kontak: 082159819107
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.