OMKICAU.COM – Akhir-akhir ini peternak Murai Batu berlomba-lomba menciptakan produk anakan mutasi. Seperti blorok, albino, cremino, hingga golden shama. Wajar saja, di tengah merosotnya harga trotolan Murai Batu, hanya anakan mutasi yang harganya stabil dan cenderung makin mahal.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Lalu apa penyebab burung bisa mutasi? Pada dasarnya ada dua pigmentasi terpenting yang menentukan warna pada bulu burung, yakni melanin dan karoten.
Karoten membentuk warna pigmen dari pakan yang dikonsumsi burung dan dibentuk oleh enzim. Adapun melanin terdiri atas dua unsur, yakni eumelanin dan phaeomelanin.
Eumelanin akan membentuk warna abu abu, hitam, dan cokelat tua, tergantung konsentrasi dan distribusi di dalam bulu. Phaeomelanin dengan konsentrasi tinggi akan membentuk warna cokelat kemerahan.
Mutasi genetika pada burung disebabkan oleh melanin, tidak berhubungan dengan karoten. Pembentukan melanin dimulai saat pembuahan sel telur. Warna dasar sel mulai dibentuk pada tahap awal pembentukan embrio. Penyimpangan yang terjadi pada proses pembentukan melanin akan menyebabkan mutasi genetik.
Secara garis besar, ada beberapa jenis mutasi genetika pada burung, termasuk murai batu, yakni Albinism, Leucism, Brown, Dilution, Ino, Schizochroism dan Melanism.
Albinism didefinisikan sebagai ketiadaan dua jenis melanin, baik eumelanin maupun phaeomelanin. Burung yang mengalami mutasi ini disebut albino.
Albino disebabkan karena tidak adanya enzim tyrosinase yang mencukupi. Ada hubungan erat antara enzim tyrosinase dan melanin. Pada hewan verteberata, enzim ini berperan penting dalam proses pembentukan melanin.
Karena enzim tyronase tidak ada, atau tidak mencukupi, maka burung tidak dapat memproduksi melanin. Akibatnya bulu-bulu, kulit tubuh, dan matanya tidak berwarna. Kita sering menyebutnya sebagai albino.
Warna merah atau pink yang terdapat pada kulit dan mata burung albino sebenarnya bukan pigmen warna, tetapi merupakan warna darah yang dapat dilihat melalui jaringan yang tidak berwarna.
Pada dasarnya, enzim tyrosinase tak mempengaruhi pembentukan karoten. Pada burung albino yang masih memiliki karoten, tidak semua bulunya berwarna putih.
Jadi untuk mengetahui apakah burung termasuk mutasi albino atau bukan, kita dapat melihatnya dari mata merahnya: bukan dari warna bulu putihnya. Sebab tidak semua burung warna putih termasuk albino.
Pada semua species, mutasi albino diturunkan melalui gen autosomal resesif. Artinya, baik jantan maupun betina bisa split untuk mendapatkan mutasinya.
Dengan tidak adanya pigmen pada mata, maka burung albino memiliki penglihatan kurang baik dan sangat sensitif terhadap cahaya. Karena itu, burung albino menjadi target yang mudah bagi predator, dan biasanya mereka sudah mati sebelum mandiri, sehingga sangat jarang ditemukan di alam liar.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Leucism berbeda lagi. Jika albinism adalah ketiadaan melanin, maka leucism didefinisikan sebagai kurangnya melanin (eumelanin dan phaeomelanin), sehingga menyebabkan kelainan warna pada bulu burung.
Pada mutasi leucism, enzim tyrosinase masih ada, namun terjadi gangguan pada transfer pigmen. Hasilnya, burung mengalami kekurangan warna pada bulu-bulunya.
Warna bulu pada burung leucism sangat bervariasi, mulai dari beberapa bagian (< 25%) saja yang berbulu putih, hingga seluruhnya (100%) terlihat putih.
Namun pada mutasi leucism, mata burung tetap berwarna gelap (hitam). Hanya saja, pigmen pada iris mata tidak ada. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kita bisa membedakan burung yang mengalami mutasi leucism dan albino.
Pada kasus mutasi leucism, sebagaimana albino, enzim tyrosinase juga tidak mempengaruhi pembentukan karoten. Tetapi, berbeda dari albino, burung leucism masih memiliki penglihatan normal, sehingga tingkat survivalnya di alam liar lebih tinggi.
Brown didefinisikan sebagai penyimpangan secara kualitatif hanya pada eumelanin saja, namun jumlah pigmennya tidak berkurang. Biasanya, bulu-bulu hitam akan berubah menjadi cokelat tua.
Pada mutasi brown, bulu burung sangat sensitif terhadap sinar matahari, sehingga cepat pudar. Selain itu, bulu-bulu tua seringkali berwarna hampir putih.
Sulit sekali untuk membedakan mutasi leucism dan brown di alam liar. Pada semua spesies burung, mutasi brown termasuk resesif sex-linked. Artinya, semua keturunan dari dua burung normal apabila menghasilkan mutasi brown dipastikan berjenis kelamin betina.
Di alam liar, mutasi brown jantan sangat jarang ditemui, karena brown jantan hanya dapat diturunkan dari induk betina brown dan induk normal jantan yg memiliki gen brown, atau kedua induknya brown. Probabilitasnya di alam liar sangat jarang terjadi.
Dilution adalah penyimpangan genetik secara kuantitatif pada melanin (eumelanin dan phaeomelanin), dan jumlah pigmen yang tidak lengkap akibat konsentrasi pigmen berkurang.
Ada dua warna mutasi dilution: pastel dan isabel. Pada pastel, warna bulu hitam berubah menjadi abu-abu, sedangkan bulu merah kecokelatan berubah menjadi kuning kecokelatan. Pada isabel, bulu hitam berubah menjadi abu-abu. Atau kicaumania banyak yang menyebutnya Silver Shama.
Cremino atau Ino merupakan mutasi yang didefinisikan sebagai penyimpangan genetik akibat berkurangnya kualitas melanin (eumelanin dan phaeomelanin). Pada mutasi ini, tidak terjadi oksidasi pada eumelanin dan phaeomelanin, atau boleh dibilang tidak ada atau hilang.
Akibatnya, warna bulu hitam akan berubah menjadi cokelat sangat muda (pale brown), hampir putih. Bulu-bulu tua terlihat hampir putih, apalagi jika sering terkena sinar matahari.
Pada mutasi ini, mata burung terlihat berwarna kemerahan sebagaimana pada mutasi albino. Hanya saja, penglihatan burung jauh lebih bagus ketimbang albino. Seperti halnya brown, mutasi ino termasuk resesif sex-linked.
Schizochroism didefinisikan sebagai kekurangan pada salah satu atau kedua jenis melanin (eumelanin dan phaeomelanin). Dua bentuk penyimpangan pada mutasi schizochroism adalah phaeo dan grey.
Phaeo adalah burung yang tidak memiliki eumelanin (non-eumelanin schizochroism). Pada kasus ini, warna bulu menjadi merah kecokelatan.
Adapun grey adalah burung yang tidak memiliki phaeomelanin (non-phaeomelanin Schizochroism). Burung yang mengalami mutasi ini hanya memiliki warna bulu hitam / abu-abu dan cokelat. Meski demikian, kedua mutasi (phaeo dan grey) ini sangat jarang terjadi.
Sedangkan mutasi melanism terjadi akibat kelebihan melanin pada burung. Ada dua bentuk penyimpangan pada kasus ini, yakni mutasi eumelanism dan phaeomelanism.
Eumelanism adalah mutasi akibat kelebihan eumelanin pada burung. Semua bulu berwarna hitam. Dalam Murai Batu biasa disebut Black Shama. Phaeomelanism adalah mutasi akibat kelebihan phaeomelanin. Akibatnya, bulu burung berwarna merah kecokelatan.
Murai batu albino itu sendiri, bukan berarti jenis burung murai batu dari wilayah atau daerah ya, akan tetapi kenapa bisa terjadinya albino yang dihasilkan !. Karena faktor x gen yang sama dari beberapa keturunan yang dikawinkan secara silang menyilang dan masih berada dalam generasi dan satu darah yang sama.
Ya mungkin dari temen-temen kicau sudah banyak yang mengetahuinya albino itu seperti apa?. yang dimana memiliki keunikan tersendiri dari bentuk ciri tubuh yang berbeda dengan jenis murai batu pada umumnya, karena memiliki bulu yang berwarna hampir 95% dominan putih, serta matanya yang berwarna merah.
Di sini saya akan berbagi pengalaman nyata menurut analisa, observasi dari dari para penangkar yang telah sukses mengorbitkan si burung murai batu albino ini.
Sebenarnya untuk mencetak murai batu albino itu sendiri, bukan harus kalian membeli indukan yang memiliki trah albino!. Melainkan indukan murai batu yang biasa pada umumnya juga bisa menghasilkan anakan yang nantinya akan keluar albino. Setidaknya kalian harus mengetahui dari keturanan keberapa, dengan genetik sedarah dari hasil silangan anakan burung siapan indukannya yang memiliki kualitas baik tentunya.
Untuk lebih mudahnya kalian bisa mengamati ilustrasi dari perkawinan silang yang dihasilkan oleh burung murai batu yang ingin mencetak anakan albino : Untuk lebih maksimal ada baiknya dari masing-masing indukan dari jenis yang sama berasal dari daerah tersebut, misalkan jantan murai batu medan x betina medan, diusahakan indukan yang jantannya memiliki ekor panjang di atas 20 cm.
Analisa Teori
- Indukan A (jantan) x Indukan B (betina) = Menghasilkan 3 Telur (Anakan Murai Batu).
- Produksi pertama (P1) dengan : Anakan 1 (Jantan), Anakan 2 (Betina), Anakan 3 (Betina).
- Produksi kedua (P2) dengan : Anakan 1 (Jantan), Anakan 2 (Jantan).
- Produksi ketiga (P3) dengan : Anakan 1 (Betian), Anakan 2 (Jantan).
- Produksi ke empat (P4) dengan : Anakan 1 (Betian), Anakan 2 (Jantan), Anakan 3 (Jantan).
- Produksi kelima (P5) dengan : Anakan 1 (Jantan), Anakan 2 (Jantan), Anakan 3 (Jantan).
- Produksi ke enam (P6) dengan : Anakan 1 (Betina), Anakan 2 (Betina), Anakan 3 (Jantan).
- Produksi ke tujuh (P7) dengan : Anakan 1 (Jantan), Anakan 2 (Betina).
Praktek Menghasilkan Anakan Murai Batu Albino dan mutasi jenis lainnya
Catatan di sini : Kawinkan kembali indukan hasil dari anak-anakannya yang sedarah dari ketujuh turunan dengan acak, semakin jauh tingkatan produksi ataupun keturunannya semakin pecah genenetik yang akan menghasilkan si putih albino ini, jika terlalu dekat rentang keturanan disilangkan kemungkinan besar dan bisa saja menghasilkan anakan blorok.
- Contoh : (P1) Anakan 2 (Betina) x (P2) Anakan 2 (Jantan) = Blorok
- Contoh : (P1) Anakan 1 (Jantan) x (P7) Anakan 2 (Betina) = Albino
Dengan bentuk yang langka seperti ini malahan menjadi daya tarik yang aneh dan melambungkan harga jual dipasaran yang sangat tinggi. Untuk harga murai batu albino 2022 bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah bro.. Bayangin… Jika anda bisa sukses mencetak anakan murai batu albino ini ? Wow sungguh fantastis bukan!
Lalu genetik golden shama didapat dari mana? Apakah Golden shama itu albino? Apakah Golden shama itu Cremino? Jawabannya, keduanya bukan. Karena Golden shama memiliki warna mata gelap, sedangkan albino atau cremino (ino) memiliki warna mata merah. Genetik Mutasi Gold merupakan hasil dari kombinasi perkawinan antar dua gen mutasi yg berbeda, multiple alleles.
Untuk pertama kali, dengan dua jenis indukan mutasi yang unik menghasilkan 100% warna gold dengan warna mata gelap. Kemungkinan dua mutasi yang berbeda bertemu di alam liar, probabilitasnya sangat kecil sekali (0.000 sekian %). Boleh dikatakan mutasi ini hanya dapat ditemukan dari hasil breeding di aviary, dan tidak ada di alam liar.
Untuk mencetak Golden Shama jantan memerlukan waktu yg tidak singkat. Ini disebabkan Inheritance yang dimiliki mutasi gold adalah sex-linked. Jantan gold hanya dapat diciptakan dengan mengawinkan induk betina gold dengan split/trah gold jantan atau golden jantan.
Dari pengalaman breeding yang sudah dihasilkan, jantan gold yang dikawinkan dengan splitnya, apabila anak yang dihasilkan bermutasi gold, dipastikan bahwa burung tersebut berkelamin betina.
Video mengenal jenis murai batu mutasi
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.