Banyak sekali sebenarnya penyebab burung turun dari tangkringan ketika ditandingkan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Penyebab tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua, fisik dan psikis.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Fisik
Secara fisik adalah kondisi lelah. Burung lelah (atau tidak sedang dalam kondisi top performance) hanya kuat berkicau sebentar dan setelah itu sama sekali tidak mau berkicau. Atau turun sebentar kemudian berkicau lagi. Sebentar atau lama, kondisi burung seperti itu sudah mengurangi penilaian dalam lomba.
Berkaitan dengan hal itu, kalau Anda membawa burung ke lomba pastikan bahwa dia dalam kondisi fisik yang prima. Jangan pernah hanya mencoba-coba karena biasanya akan berbuntut kecewa.
Sedang kelelahan itu sendiri bisa bermacam-macam sebabnya. Ada lelah sejak dari rumah, bisa saja lelah karena lama di perjalanan atau lama menunggu giliran jam lomba. Sementara menunggu itu, biasanya burung terus berkicau. Nah ketika masa tanding tiba, dia tinggal membawa sedikit tenaga.
Berkaitan dengan masalah performa burung, Anda bisa membaca postingan berjudul “Rahasia Burung Jawara”, “Grafik Performa Burung Tangkaran dan Lomba”. Sedangkan untuk menyiapkan burung untuk lomba, secara umum bisa dilihat dalam postingan berjudul “Menyiapkan burung untuk lomba”.
Psikis (mental)
Kalau kondisi fisik lebih mudah diantisipasi, maka kondisi psikis (mental) sulit diprediksi. Apapun penyebabnya kondisi psikis (mental) adalah karena suatu keadaan tertentu di lingkungan tempat diadakan lomba. Antara lain:
1. Suara dari penonton.
Dalam suasana lomba yang penuh teriakan dan suara gedombrengan serta peluit bersahut-sahutan, banyak burung yang terus nancep dan nagen (berkicau dengan gaya dan volume stabil tidak terputus). Tetapi lebih banyak yang berhenti (sebentar atau lama) dan malah ada juga yang turun dari tangkringan.
Kita mungkin tidak bisa membedakan jenis suara satu peluit dengan peluit lainnya, teriakan satu orang dengan orang lainnya, gedombrengan seng ataupun gedombrengan besi yang dipukul-pukulkan ke kayu atau dipukulkan ke bambu. Tetapi burung pasti memiliki pendengaran yang lebih peka, dan bisa membedakan adanya suara-suara yang tiba-tiba terasa asing baginya yang bagi telinga manusia, ya nyaris sama saja.
Itulah sebabnya mengapa ada burung yang tiba-tiba berhenti berbunyi begitu mendengar suara tertentu. Bisa hanya sebentar, bisa lama dan bisa-bisa cuma celingukan terus seakan-akan mencari suara yang asing bagi dirinya sampai lomba berakhir. Yah, jebloklah hasilnya.
Jika hal itu yang terjadi, pastilah sulit bagi kita untuk mencarikan solusi yang tepat karena kita sendiri tidak tahu persis suara apa yang menarik perhatian burung kita sampai-sampai cuma bengong dan tidak mau lagi bunyi.
2. Suara/tembakan burung lain.
Hampir sama dengan kasus suara dari penonton adalah suara dari burung lain yang bisa menjadi penyebab kuat burung kita berhenti berbunyi.
Seketika diturunkan, bisa jadi burung kita langsung tancep. Tetapi di tengah jalan, tiba-tiba ada tembakan atau suara ngerol dari burung lain yang terdengar asing baginya. Ketika burung kita berhenti berbunyi, bisa saja karena takut, tetapi lebih banyak disebabkan ingin mendengarkan untuk ditirukan. Untuk burung yang cerdas menangkap dan pintar meniru, kadang meskipun dia belum pernah menyuarakan lagu/tembakan tertentu, begitu mendengar burung sampingnya memperdengarkan lagu tertentu, langsung ditirukan bahkan kadang lebih nyaring dan lebih panjang. Dalam perburungan, inilah apa yang disebut dengan istilah numpangi (yakni burung menirukan secara lebih keras atau lebih panjang suara/lagu burung lainnya yang seketika itu didengarnya).
Celakanya, kalau burung kita memang bukan tipe peniru yang cepat (bukan berarti tidak cerdas loh), maka yang terjadi adalah mandek bunyi. Ya, seakan-akan terkagum-kagum dan cuma mendengarkan seperti kalau kita mendengarkan suara merdunya penyanyi pujaan kita (bahkan kalau kita tidak hanya diam, tetapi sambil merem-melek…kalau kebablasan malah ketiduran hehehe).
3. Melihat benda asing
Sama dengan poin nomer 1, banyak burung yang tidak merasa asing melihat topi, baju warna-warni, kain spanduk, bendera dan lain-lainnya dikibar-kibarkan ketika dia berkicau. Tetapi, bisa jadi ada satu dua yang tiba-tiba berhenti berkicau begitu ada yang mengacung-acungkan sepatu (moga-moga nggak dilemparkan ke juri hehehe), helm, kerodong batik motif tertentu, atau apa saja yang menurutnya asing. Benda asing bisa hanya menarik perhatian si burung, bisa juag menyebabkan burung takut. Akibatnya sama saja, nilai jeblok kalau sampai burung berhenti berkicau.
Termasuk benda asing (yang mengejutkan burung atau menarik perhatian burung) adalah daun yang tiba-tiba melayang-layang dekat sangkar, atau air yang tiba-tiba menentes dari terpal karena lomba digelar sehabis hujan, dan sebagainya dan sebagainya.
Kalau hal itu yang terjadi, ya sulit pula bagi kita untuk mengatasinya di lain kesempatan karena (celakanya) burung nggak pernah bisa cerita ke kita, tetapi kita bisa marah-marah sambil mencaci maki si burung….
4. Melihat majikan/orang yang biasa merawatnya.
Ada burung yang mandek bunyi secara tiba-tiba begitu melihat si majikan atau orang yang biasa merawatnya. Ini biasanya terjadi pada anis merah (AM). Tetapi ada juga burung lain yang punya kebiasaan “sok akrab” juga “sok manja” seperti itu. Kalau ada burung berkarakter seperti ini, ya ngumpetlah atau berkerodong sarung saja si majikan atau yang biasa ngrawat saat mengawal burung bertanding hehehe.
5. Perubahan sangkar/tangkringan.
Banyak burung yang diubah/ganti sangkar ketika lomba, dari sangkar harian ke sangkar lomba. Kalau ukuran (diameter) tangkringan tidak sama, kadang menyebabkan burung tidak enjoy. Dan begitu merasakan ketidaknyamanan ketika berkicau kanan-kiri, bisa saja tiba-tiba berhenti berkicau dan turun dari tangkringa. Antispasinya, ya gunakan sangkar lomba yang besarannya hampir sama dengan sangkar harian dan juga tangkringannya berdiameter sama dengan tangkringan di sangkar lomba. Atau kalau sangkar harian dan lomba memang sama ukuran, maka sekaligus saja tangkringan harian dipindah ke sangkar lomba.
6. Ada pakan (voer/jangkrik dll) tercecer di dasar sangkar.
Pakan yang tercecer di dalam sangkar ketika burung akan digantangkan di lomba/latber harus dibersihkan. Sebab banyak terjadi kasus burung turun dari tangkringan ketika melihat ada sisa pakan yang ada di bawah sangkar.
Cara “sok pintar” mengatasi burung turun dari tangkringan
Banyak cara yang diusahakan agar burung tidak turun dari tangkringan. Salah satunya adalah memasang karet pentil bersilang2 di dasar sangkar. Harapannya, burung tidak merasa enjoy untuk turun dan karenanya memperkecil kemungkinan burung turun dari tangkringan.
Cuma masalahnya, kalau burung berhenti bunyi karena faktor2 di atas, maka meskipun dia tidak turun dari tangkringan, ya nilainya tetap jelek di akhir lomba.
Ketika burung branjangan masih banyak dilombakan, salah seorang pemain branjangan Jogja pernah punya cara mencegah burung turun dari batu apung tempat dia nangkring. Yakni dengan cara memasukkan air ke bagian dasar sangkar yang dibuat secara khusus (sehingga tidak bocor). Hal itu ternyata efektif. Namun semuanya tidak dicobakan seketika dalam lomba itu karena dalam rawatan harian pun sering dilakukan pengisian air tersebut sehingga branjangan pun terbiasa menghadapi limpahan air di sangkarnya.
Tulisan ini memang tidak secara spesifik menulis mengenai cara-cara mencegah burung berhenti bunyi ketika bertanding di lapangan. Namun dengan menggembarkan berbagai kemungkinan mengenai penyebab burung berhenti bunyi saat tanding, kita bisa melakukan sejumlah antisipasi.
Untuk antisipasi kondisi fisik tentunya hanya melombakan ketika burung berada dalam kondisi top performace. Atau juga tidak membawa masuk dulu ke wilayah lomba sebelum jadwal tanding burung yang diikutkan itu dimulai. Dan berbagai upaya agar burung tidak dalam kondisi kehabisan stamina ketika bertanding.
Dan saya ingatkan lagi untuk membaca masalah apa yang saya sebut sebagai pedoman umum dalam merawat burung, yakni bahwa burung sehat pasti bunyi. Berkaitan dengan hal itu, jangan lupa membaca (klik saja) “Rahasia Burung Jawara”.
Sementara itu untuk antisipasi kondisi mental, maka perlu misalnya memperkenalkan berbagai jenis /bentuk suara tonjolan. Tujuannya bukan secara khusus untuk memaster, tetapi hanya agar burung tidak asing dengan berbagai warna dan ragam suara.
Selain itu juga tidak mengasingkan burung dari keramaian. Bahkan kalau perlu dibawa ke berbagai tempat dan suasana sebagai bentuk latihan agar burung kita tidak “gumunan” (sedikit-sedikit heran melihat sesuatu yang baru).
Mangga diskusi….
Duto Sri Cahyono