Banyak penghobi burung yang bertanya-tanya mengapa burung yang sudah dimaster sekian lama ternyata tidak bisa menirukan suara burung masterannya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Sebenarnya tips mengenai hal ini sudah ada di website ini terutama di kategori Pemasteran. Dengan demikian hasil pemasteran harus dilihat pula mengenai bagaimana pemasterannya; sudah benar atau belum.

Sukses tidaknya pemasteran tergantung dari, antara lain:

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

1. Kesesuaian antara karakter suara burung yang dimaster dengan suara masterannya.

2. Teknik atau cara pemasterannya.

3. Lama pemasteran.

4. Kondisi fisik dan mental burung saat dimaster.

Ad 1. Kesesuaian antara karakter suara burung yang dimaster dengan suara masterannya.

Masing-masing burung punya karakter atau cara membawakan suara sendiri-sendiri. Ada yang tipe nada melengking (tinggi) ada yang rendah, ada yang ngerol ada yang nembak-nembak dan sebagainya.

Bahkan untuk jenis burung yang sama, belum tentu sama pula karakter suaranya. Ada murai batu (MB) yang hanya pintar menyuarakan nada-nada rendah misalnya sangat cepat menirukan suara perkutut, kokok ayam, suara cucakrowo atau bahkan suara anjing atau kucing. Sebaliknya, ada yang sangat fasih untuk menirukan suara-suara kecilan seperti suara jangkrik, suara cililin, suara lovebird dan sebagainya.

Burung dengan warna suara dominan rendah akan sangat sulit dimaster dengan suara-suara kecil/melengking. Sebaliknya, burung dengan warna suara dominan tinggi, maka meski dicampur baur dengan cucakrowo atau ayam berkotek, ya tidak akan pernah kemasukan atau menirukan suara-suara itu.

Jadi kalau Anda punya burung bertipe suara ngebas, jangan frustrasi kalau burung Anda sulit sekali dimaster suara jangkrik, walang kecek, suara gereja tarung dan sebagainya. Dipaksa seperti apapun, ya nggak akan bisa atau kalau bisa, paling ya pendek-pendek dan jarang sekali disuarakan (karena akan terasa berat bagi si burung).

Jadi inilah sebenarnya apa yang disebut dengan “kualitas burung” yang selalu dibicarakan itu. Seandainya semua burung punya warna suara sama, kepandaian sama, mental bertanding yang sama, maka ya tidak ada burung harganya sampai puluhan atau ratusan juta rupiah.

Jadi perlu Anda sadari bahwa setiap burung punya karakter sendiri-sendiri. Ya, setiap burung punya kelasnya sendiri-sendiri. Dengan demikian setiap burung punya label harga sendiri-sendiri.

Ad 2. Teknik atau cara pemasterannya.

Meskipun Anda setiap hari memutar kaset, CD atau apapun untuk memaster burung, belum tentu suara masteran itu akan terekam dan bisa dikeluarkan oleh burung yang kita master. Burung tidak perlu digenjot terus-menerus dengan suara tertentu, tetapi juga kita lihat moodnya dan bahkan perlu dijaga jangan sampai malah burung menjadi stress.

Untuk cara memaster yang baik, coba baca tulisan di sini.

Ad 3. Lama pemasteran.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Kalau saya mengatakan masalah “lama pemasteran”, maka itu bukan berarti bahwa secara otomatis saya mengatakan “semakin lama pemasteran semakin berhasil”. Hal ini sekali lagi kembali ke kondisi burungnya. Burung yang cerdas, akan cepat sekali menangkap dan menirukan suara-suara lain di sekitarnya. Sebaliknya, burung yang kurang cerdas akan membuat pusing orang yang memeliharanya hehehe…

Saya perah punya jalak suren yang hanya mendengarkan suara ting-ting-ting sekilas dari penjual bakso di sore hari. Tetapi ternyata jalak saya pinter sekali untuk menirukan suara ting-ting-ting… Artinya, hasil pemasteran tidak otomatis berbanding  lurus dengan lama pemasteran. Di sini perlu saya tekankan perlunya “keajegan”. Jalak suren saya misalnya, dia pintar menirukan suara ting-ting yang tidak diperdengarkan terus-menerus dalam waktu yang lama, tetapi cuma sesekali hanya saja ajeg setiap hari.

Ad 4. Kondisi fisik dan mental burung saat dimaster.

Burung akan mudah dimaster jika dalam keadaan diam. Artinya, burung dalam kondisi mabung dan karenanya suara berkurang, akan lebih mudah dimaster ketimbang burung dalam kondisi gacor nggak mau kalah berteriak dengan suara burung lainnya.
Ya ini sama saja dengan manusialah…siswa sekolah yang selalu bicara terus-menerus di kelas nggak akan pernah bisa mendengar atau menuturkan ulang kata-kata gurunya. Sedangkan mereka yang diam dan mendengarkan, akan mudah menirukan ulang…hehe.

Meski diam mabung misalnya, kondisi burung harus sehat secara mental dan fisik. Burung yang stress akan sulit dimaster.

Kapan burung menyuarakan suara master?

Dalam hal ini perlu diingat bahwa tidak semua burung akan langsung bisa/mau menirukan suara masterannya. Kadang, suara masteran itu menjadi “suara simpanan” dia. Suara ini akan dikeluarkan ketika burung dalam kondisi emosional tinggi ketika ditrek atau ditemukan dengan musuh.

Keberhasilan pemasteran juga bisa dilihat dari suara keriwikan yang dikeluarkan burung. Namanya keriwikan, ya tentunya tidak keras. Cuma, suara keriwikan itu bisa menjadi teriakan ketika burung dipertemukan dengan burung lain.

Catatan:
1. Kalau ada yang memaster burung baru dalam waktu sebulan dua bulan, tentunya tidak ada alasan untuk mengeluh mengingat tidak semua burung bisa menirukan/menyuarakan suara lain secara instan.
2. Pintar menirukan = pintar melupakan. Burung yang cepat dimaster, biasanya cepat pula melupakan suara masterannya.
3. Sabar dan sabar….

TULISAN TERKAIT:

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895