Terus terang saya bukan ahli menyuntik burung. Kalau tulisan ini saya turunkan, hal itu karena ada pertanyaan dari Om Fadil dan saya berjanji mencarikan referensi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Untuk diketahui Om Fadil adalah seorang dokter hewan muda tetapi saat ini berkecipung di dunia agrobisnis terutama perikanan. Di halaman Penyakit Burung, dia antara lain bertanya seperti ini:
Saya ingin sekali banyak belajar dari blog ini khususnya tentang burung. Kalau menangani kucing atau anjing, biasa saya lakukan. Hanya untuk burung, tampaknya saya tidak berpengalaman. Pernah saya menyuntik burung, dua kali dan kedua2nya mati.
Om Kicau, ada gak bocoran dari teman2 dokter hewan yang mungkin pernah Om temui tentang menginjeksi burung atau melakukan terapi cairan? Saya sungkan dan tidak enak untuk bertanya ke para dokter hewan senior yang sering menangani burung. Padahal menurut saya, mengingat banyaknya penghobi burung saat ini, perlu makin banyak dokter hewan yang bergerak mengkhususkan diri untuk kesehatan burung.Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Untuk pertanyaan ini, saya ada referensi dari Drh Dharmojono di buku Aneka Permasalahan Burung dan Ayam Hias. Ada pertanyaan dokter hewan baru saja lulus dari FKH Syah Kuala Aceh yang ingin spesialisasi dalam hewan kesayangan burung (pet birds). Untuk itu, dia menyadari perlunya keterampilan dalam melakukan penyuntikan atau melakukan infus cairan (fluit therapy). Dia menanyakan bagaimana teknik yang aman untuk melakukannya mengingat burung adalah hewan sangat kecil dan sangat sensitif.
Drh Dharmojono menyebutkan, dokter hewan spesialis burung (pet birds) memang sangat dibutuhkan dan mempunyai peluang bagus di kemudian hari mengingat Indonesia adalah salah satu negara kaya akan jenis dan bangsa burung.
Sebagai dokter hewan praktek, ada tiga komponen dasar yang harus dikuasai, yakni ilmu pengetahuan yang mcndasari (kognitif, knowledge), keterampilan (psikomotor, skill), dan perilaku (afektif, behaviour, attitude).
Khusus untuk parenteral therapy atau pengobatan sistemik lewat suntikan, hal sebagai berikut perlu diingat dan perlu latihan yang cukup.
1. Obat-obatan atau substansi untuk terapi sistemik lewat suntikan benar-benar menggunakan obat yang memang dibuat untuk aplikasi pada burung.
2. Untuk suntikan intramuskuler (di dalam otot), Anda pilih otot dada (breast muscles) atau otot paha (leg muscles), menggunakan jarum suntik ukuran 25 ga atau 27 ga. Apabila obat yang akan disuntikan adalah bersifat nephrotoksis (nephrotoxic drugs) seperti amynoglucocides atau preparat turunannya jangan lewat otot paha, karena bangsa burung (demikian pula reptil), mempunyai sistem portal ginjal (renal portal system) sedemikian rupa sehingga aliran dari dalam tubuh belakang (jadi tcrmasuk dari otot paha) akan langsung masuk ke sistem ginjal sebelum masuk ke dalam sirkulasi umum.
3. Untuk melakukan terapi cairan lewat parenteral (parenteral fluid therapy), Anda dapat berlatih dengan cara intravena dan intraosseous.
a. Intravena
Cara ini dapat dilakukan melalui vena jugularis kanan atau kiri. Dapat pula melalui vena metatarsal medialis kanan atau kiri. Jarum yang dipergunakan berukuran 25 ga atau 27 ga. Apabila terjadi haematoma (pembengkakan pembuluh darah) lebih baik tidak diteruskan dan jangan mencoba dari vena sebelah sisi yang lain karena akan mengganggu peredaran darah secara keseluruhan.
b. Intraosseous
Cara ini dilakukan melalui tulang pipa yang agak besar, yaitu tulang ulna (os ulnaris) atau tulang humerus (os humerus) atau tulang paha (os f emolaris) dengan menggunakan jarum ukuran 25—27 ga. Os humerus dan os femoralis adalah pneumatic (bersifat menggelembung dan berhubungan dengan kantong-kantong udara). Jadi, cairan yang dimasukkan lewat tulang-tulang ini akan dialirkan ke dalam kantong-kantong udara.
Mengambil sampel darah
Ya, itulah referensi yang bisa kita dapatkan dari Drh Dharmojono. Namun selain itu ada satu hal teknis juga yang menarik untuk saya sampaikan, yakni masalah teknik mengambil sampel darah.
Saya, Om Kicau, kurang paham apakah ada perbedaan besar dalam pengambilan sampel darah antara burung dan ayam misalnya. Yang jelas, dokter hewan asal Solo itu mengatakan untuk keperluan venipunktur dan in/use theropy ada tiga vena yang memungkinkan dilakukan, yaitu vena-jugularis (yang sebelah kanan lebih besar daripada yang sebelah kiri), vena-metatarsal medialis, atau vena cutaneus uluaris (disayap sebelah medial dekat siku).
Teknik pengambilan sampel dari vena jugularis adalah sebagai berikut.
1. Posisikan burung bagian leher, punggung, dan k’epala horisontal di meja kerja.
2. Siapkan spuit dengan jarum ukuran 25 ga atau 27 ga.
3. Tiup bulu-bulu di leher, ulas dengan alkohol 70%, dan cari vena jugularis di bagian ventrolateral. Isap darah dengan spuit tersebut sebanyak yang telah diperhitungkan sebelumnya, jarum terarah ke bagian tubuh.
Apabila yang dibutuhkan hanya preparat ulas darah langsung beberapa tetes, dapat dilakukan punktur (puncture) di kuku yang bagian vegetatif (hidup) dengan jarum steril setelah kuku dibersihkan dan di sterilisir. Siapkan juga silver nitrate atau ferric subsulfate yang dioleskan kepada kuku setelah selesai punktur.
Demikian tulisan ini saya akhiri dan memang saya tujukan untuk para doketr hewan (muda) yang selama ini memang lebih banyak bergaul dengan kucing, anjing, sapi, domba, ayam dan lain-lain dan “melupakan” burung, hehehe.
Salam sehat burung Indonesia.