Burung cucak jenggot

Cucak jenggot dan pleci adalah dua jenis burung yang selama ini dianggap burung pinggiran. Harga ombyokan cucak jenggot tak sampai 50 ribu perak. Pleci atau burung kacamata malah bisa dibawa pulang dengan 5 ribu rupiah saja. Padahal, di Singapura, pleci yang diduga kuat burung Indonesia harganya ada yang mencapai lebih dari 50 juta rupiah!

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Cucak jenggot dan pleci sampai sekarang memang belum dianggap burung bergengsi. Harga bakalannya, seperti ditulis di Agrobis Burung, benar-benar sangat terjangkau, barangkali paling murah dibandingkan jenis burung lomba lainnya. Yang jelas, boleh jadi lebih murah dari uang makan sehari-hari kita.

Hal ini menggambarkan bahwa keduanya adalah burung yang sangat merakyat dan punya peluang untuk dibuat lebih ramai. Kalau kelas cucak jenggot dan terutama kelas pleci bisa dikibarkan, tentunya membuka peluang kepada masyarakat menengah bawah untuk bisa berpartisipasi dalam lomba dengan biaya yang murah.

Bandingkan kalau pengin ikut lomba anis merah atau murai batu misalnya. Beli bakalannya saja sudah tidak terjangkau, apalagi kalau beli yang sudah jadi burung lapangan. Kelas pleci masih lumayan populer di kawasan Malang dan sekitarnya, namun di daerah lain tampaknya kurang populer, meskipun pernah di coba untuk dibuka kelas sendiri, terpisah dari kolibri.

Dilombakan di Piala Raja

Jenis cucak jenggot adalah jenis burung yang pertama-tama akan menjadi semakin populer dan digeber secara resmi. Rapim PBI Pusat belum lama ini telah memutuskan untuk boleh membuka kelas cucak jenggot di lingkungan PBI.

Piala Raja Jogja, yang akan digelar pada 1 Agustus yang akan datang, rupanya meresponnya dengan langsung akan membuka kelas ini. Yang jelas, semenjak kasak kusuk kelas cucak jenggot bakal dibuka di Piala Raja, perburuan. burung-burung cucak jenggot di lapangan memang semakin kenceng.

Harga burung cucak jenggot di lapangan, apalagi yang tampak menonjol, pun langsung nangkring. Kini mereka yang memiliki cucak jenggot prospek pun semakin kuat dalam menahan untuk tidak tergesa-gesa menjualnya. Soalnya, makin dekat ke bulan Agustus, harga memang akan semakin meroket.

Intermezo sejenak…: Ada yang mau menawari burung pernah gacor tetapi macet bunyi?

Kalau minat ambil saja. Bunyikan dengan BirdSlim yang dikombinasi dengan BirdFuma. Mau order? Klik di sini.

Sebagai tambahan informasi, masuknya cucak jenggot dalam lingkungan PBI adalah atas usulan hasil Rakernas PBI di Semarang beberapa waktu yang lalu. Usulan itu didasari oleh pemikiran bahwa pengurangan jumlah burung lokal yang diadakan oleh PBI, yang semangatnya adalah untuk mengurangi laju kepunahan, ternyata bisa dikatakan tidak memberikan dampak nyata. Artinya, tujuan mulai dari diberlakukan aturan larangan itu ternyata tidak efektif.

Pelarangan terhadap jenis decu, branjangan, prenjak, misaalnya, tak membuat burung ini menjadi lebih banyak populasinya. Sampai sekarang, meskipun di organiser lain masih ada yang membuka kelas tersebut, pesertanya tetap sepi. Sebab, pasokan dari alam memang sudah jarang.

Dari kesimpulan tersebut, diusung usulan untuk menambah kelas lokal lagi, yang populasinya masih cukup banyak, dan relatif belum terancam kepunahannya. Akhirnya, Rapim PBI menggedok palu untuk membuka kelas cucak jenggot.

Sebagai salah satu even unggulan PBI, khususnya PBl se-Jogja, dibukanya keran baru ini pun ditanggapi dengan antusias. Panitia Piala Raja sudah memastikan akan membuka kelas cucak jenggot. Apakah satu atau dua kelas, akan dilihat perkembangannya dalam waktu dekat ini.

Nah, Anda yang memiliki jagoan cucak jenggot, bersiaplah dari sekarang. Mungkin jagoan Anda akan mencatat rekor baru juara 1 cucak jenggot yang pertama di Piala Raja! Hal yang tentunya akan sangat membanggakan.

Melongok pleci di negeri tetangga

Lomba pleci di Singapura (Repro: Agrobis Burung)

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Burung pleci atau dikenal dengan burung kacamata, saat ini sangat mudah dijumpai di pasar atau kios burung. Harga satuannya hanya berkisar 5 ribu perak. Beberapa organiser ada yang membuka kelas ini, baik di latber maupun lomba yang lebih gede. Namun pesertanya memang kurang. Barangkali yang cukup ramai hanya pada lomba dari kawasan Malang saja. Daerah lain rupanya kurang tertarik dengan lomba burung ini.

Di Jogja pun saat ini belum begitu ramai, namun dalam beberapa waktu ke depan rasanya akan terasa beda. Itu karena beberapa kicaumania memang berniat ingin menggeber jenis pleci agar bisa ramai lagi.

Salah satu yang terobsesi untuk meramaikan kelas pleci adalah Agung Budiman. Agung mengaku iri dengan lomba burung pleci di negeri tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Cina, juga di Hongkong dan Vietnam.

Di Singapura, sekali gantang dalam kelas penyisihan bisa diikuti hingga 200-an burung pleci. Agung mengaku pernah mencoba menawar burung pleci yang menurutnya sangat bagus, dan ternyata memang langganan juara.

Agung mengaku pernah iseng-iseng menawar hingga harganya kalau dikurskan sampai sekitar 50an juta, tapi ternyata tetap kekeh tidak dikasihkan. “Yang punya bilang ditawar sampai 60 juta rupiah juga tidak dikasih.”

Agus Budiman (Repro Agobis Burung)

Merasa gregetan, kini Agung pun terus mengumpulkan dan memburu pleci terbaik di Tanah Air. Salah satu yang sudah berhasil menjadi koleksinya adalah pleci Rontak yang langganan juara tak terkalahkan di seputar Malang.

“Suatu saat, saya ingin membawanya untuk dilombakan di Singapura sana. Saya rasa bisa menang karena kalau kita kan merawat burung jauh lebih serius dari pada mereka. Sebagian besar burung pleci, atau burung kaca mata, atau di Singapura disebut sebaggai burung Mata Putih itu, diklaim sebagai burung Malaysia. Tapi ketika coba ditelurusi, para pengepul Malaysia itu ternyata memburunya ke daerah Lombok, Indonesia. Setelah dibawa ke Malaysia dan dirawat secukupnya, barulah diekspor ke Singapura. Identitasnya pun menjadi burung Mata Putih Malaysia, bukan Indonesia.”

Di Singapura ada sekitar 5 lokasi lomba burung, dan khusus kelas Pleci hampir semuanya dipenuhi peserta. Burung ini disukai dinegeri tetangga karena suaranya yang merdu, halus, dan tidak terlalu berisik. Pleci biasa menemani di ruang kantor dari kantor kecil hingga kantor mewah, suaranya cukup indah didengarkan, juga bisa menimpali alurian musik yang disetel perangkat audio modern.

Tak ada hingar bingar teriakan peserta atau penonton. Semua duduk manis di pinggir lapangan sambil menikmati suara ngerol dari pleci yang meskipun tidak terlalu tembus, tetapi cukup bisa dinikmati kemerduannya.

Perawatan dan stelan

Banyak yang mungkin tak tahu persis bagaimana merawat dan menyetel pleci. Caranya tak beda dengan merawat anis merah. Pakan harian selain buah-buahan juga diberi voer yang lembut.

Pleci dimandikan, dengan cara dimasukkan ke keramba. Tentu ukuran keramba lebih kecil, jeruji juga lebih rapat. Sangkar pleci juga lebih kecil ukurannya.

Sebelum dilombakan, pleci sebaiknya juga dichas dengan sesama peserta yang lain, sebagaimana anis merah. Burung dicas, menurut pengalaman Agung Budiman, akan nanipil lebih baik. “Tradisi ngecas pleci sudah mulai ramai di Malang. Kalau di Singapur tentu tak ada, karena cara mereka memahami hobi dan burung beda dengan kita. Mereka benar-benar hanya buat waktu senggang, kalau kita kan serius sekali. Misalnya pengin tahu biar ketemu setelannya ya dicari beneran. Kalau orang luar ya ndak, lugu, apa adanya. Mau bunyi syukur, ndak juga santai aja.”

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Cerita Brian Barek Jogja

Brian Jogja dan cucak jenggot (Repro Agrobis Burung)

Bakal naiknya pamor cucak jenggot ternyata sudah dirasakan auranya oleh Brian dari Sate Remaja Barek. Salah satu juri belia ini belum lama membeli cucak jenggot dari bakul ombyokan saat ada latihan di Monjali. “Saya membeli 45 ribu perak, masih bakalan memang,” aku Brian yang kini sudah duduk di bangku kuliah. Sesampai di rumah, cucak jenggot itu kemudian diberi master. Eh, ternyata hasilnya sangat bagus.

“Suara jenggotnya malah hilang, jadi full masteran. Kita awalnya juga tak percaya, tapi nyatanya begitu. Makanya kita pun penasaran untuk mencoba membawanya ke lomba,” terang H. Kirno, sang bapak.

Begitulah, setelah dianggap siap cucak jenggot yang kemudian diberi nama Liontin itu tiga kali dibawa ke latber di Sambego, latber paling ramai di Jogja yang dtlaksankan setiap Selasa mulai jam 15.00.

Tiga kali dicoba, ternyata hasilnya sangat memuaskan, bisa mengalahkan cucak jenggot papan atas Jogja yang sudah langganan juara. Sejak itu, Liontin pun jadi bahan perribicaraan. Beberapa orang, baik untuk sendiri maupun mengatasna-makan utusan sejumlah bos, mencoba merayu untuk bisa mendapatkan Liontin.

Konon, ada yang sudah berani membayar hingga kisaran 5 juta rupiah. Tapi, Brian dan H. Kirno, sang bapak, kompak untuk menolak semua lamaran itu. “Masih senang, kita ingin mencoba melombakan ke Piala Raja dulu. Bahkan kalau burung siap dan waktu juga memungkinkan, ada keinginan untuk menurunkan di Gubernur Cup Bali.”

Cerita di Bali

Silas, Bali

Sebelum kelas cucak jenggot dibuka PBI dan pertaa akan diputar di Probolingo, jauh sebelumnya di Bali kelas cucak jenggot sudah mulai ramai diminati. Lain dari cucak jenggot, kolibri kemudian menyusul dan terakhir kelas ciblek juga ikut memisahkan diri dari kelas campuran lokal.

Pamor ketiga kelas ini mulai terangkat ke permukaan setelah Asosiasi Ocehan Gresstenan terus membuka kelas tersebut dan mendapat sambutan dari kicau mania Bali. Rata-rata setiap kelas ini dibuka menyedot hingga 20 ekor. Para jago pun silih berganti menjuarai lomba. Dampak yang kemudian terjadi setelah tiga kelas burung lokal ini dibuka, harga bakalannya mulai merangkak naik.

Di Pasar Satria dan Sanglah Denpasar misalnya, cucak jenggot bakalan sudah mulai menembus angka 200-250 ribu per ekor. Begitu juga dengan kolibri dan ciblek. Rata-rata ketiga jenis burung ini didatangkan dari Jawa khususnya jenis cucak jenggot dan ciblek dari daerah Yogyakarta sedangkan kolibri dari Jawa Timur, selain banyak juga diambil dari lokal Bali khususnya cucak jenggot dan ciblek. “Tetapi kualitasnya masih kalah dengan ciblek Yogya,” ujar Silas.

Namun kalau sudah setengah jadi, seekor cucak jenggot, kolibri dan ciblek bisa di atas angka 500 ribu. Kalau sudah juara harganya bisa melambung tinggi. Juara I cucak jenggot di Bali sempat dipinang 3 juta, kolibri juara II bisa laku 1,5 juta sedangkan ciblek bisa menembus di atas angka satu jutaan.

PBI di Bali, sampai saat ini memang belum pernah membuka ketiga jenis burung ini. Namun sejak cucak jenggot dibuka pusat, Santo Utoyo dari PBI Denpasar menyambut antusias dan ke depan akan membuka kelas cucak jenggot. Jadwal lomba PBI Bali periode 2009-2010 sudah segera berakhir.

“Periode ke depan mungkin akan kami coba buka,” papar Santo Utoyo.

Sebaliknya, Asosiasi Ocehan Gresstenan, justru sudah menggelar ketiga kelas tersebut sejak lama. Antusiasme peserta dari waktu ke waktu terus bertambah seiring terus membanjirnya ketiga jenis burung ini ke Bali. Namun dari ketiga jenis burung ini, Silas mengakui bahwa kolibri paling diminati karena penampilan tarungnya yang unik.

Sering kelas kolibri dipakai sebagai ekshibisi untuk meredam suasana menegangkan sejak pagi. Kemudiari disusul prenjak yang juga memiliki sifat fighter yang kuat. Terakhir baru diduduki cucak jenggot.

Penampilannya yang monoton membuat peminatnya stagnan. Tetapi tetap menarik karena rata-rata kicau mania memiliki cucak jenggot sebagai master. Namun yang unggul di lapangan, yakni cucak jenggot yang benar-benar dirawat dan dimaster, bukan sekedar menjadi master. Seperti asuhan Gde Suarya Tajun, dimana jago cucak jenggotnya selalu di posisi pertama karena lagu yang dibawakan benar-benar unik. “Kalau benar-benar dikondisikan dengan benar, pastilah kelas cucak jenggot bakalan menjadi menarik,” tutur Silas.

Di Bandung gelatik wingko laris manis

Gelatik atau glatik wingko

Seiring ramainya burung lokal merambah blantika perkicauan nasional, kini muncul lagi burung lokal baru yang lagi ngetrend yakni gelatik wingko atau glatik wingko. Burung yang berperawakan seperti burung gereja ini mampu menyedot perhatian kicauamania untuk mengadopsinya. Pasalnya, gelatik wingko ini mudah beradaptasi dan cepat bunyi dibandingkan dengan jenis burung lokal lainnya.

Gelatik wingko yang memiliki warna dominan abu-abu hitam sangat cocok untuk buat isian segala jenis burung ocehan lainnya, terutama burung kenari. Suaranya yang nyaring dengan ciri khasnya cerecetnya panjang-panjang serta nafasnya kuat, burung asal daerah Jawa ini juga bisa mempunyai materi lagu burung lainnya seperti gereja.

Di tempat-tempat lainya, khususnya wilayah blok barat, gelatik wingko mampu memberikan warna tersendiri bagi dunia kicauan.

Di samping suaranya yang merdu, gelatik wingko pun harganya relative murah dan terjangkau. Akhir-akhir ini penggemar ocehan banyak yang memburunya, selain untuk di jadikan masteran juga untuk pajangan di rumahan.

Tak heran, di pasar burung di Jakarta dan Bandung pun gelatik wingko laku keras, sebagian besar kicaumania harus menungu satu atau dua hari untuk memperoleh burung lokal ini.

Untuk gelatik wingko yang masih muda atau anakan, para pedagang umumnya mematok harga sekitar Rp 100.000/ekor. Sedangkan yang sudah dewasa harga yang diatawarkan mulai dari Rp 450.000 sampai Rp 500.000/ekor. Untuk yang sudah gacor, harganya pun bisa mencapai jutaan rupiah.

Belum lama ini, di lapangan Banteng, Jakarta, gelatik wingko pernah dilombakan di kelas khusus campuran lokal. Di kelas ini, terdapat banyak burung lokal namun yang unggul adalah gelatik wingko. “Mudah-mudahan ke depannya beberapa organizer burung mampu memberikan ruang khusus kelas ini untuk dilombakan,” ujar Giman, salah seorang penghobi asal Jakarta.

Sementara untuk memiliki gelatik wingko yang prospek, kicaumania harus memilih patuknya yang lebih ceriwis jangan terlalu tebal tipis. Postur tubuh pun yang transparan dan jangan yang milih bentek. Dengan demikian, suara merdu disertai dengan tembakan cerecetannya sangat jelas terdengar. Begitu pun dengan rawatannya. Burung ini perawatannya cukup sederhana, setiap harinya hanya diberi makanan berupa voer atau biji-bijian. Kemudian, diberi kroto sedikit lalu digantangkan dengan burung ocehan lainnya. (Agrobis Burung)

Catatan Om Kicau

Mengomentari liputan Agrobis Burung ini, Om Kicau hanya memberi catatan, alangkah indahnya jika perburuan burung-burung liar seperti cucak enggot dan pleci, diimbangi dengan sebuah usaha untuk menangkarkannya. Harapan ini saya sampaikan sesuai dengan visi dari blog ini, yakni mendukung perkembangan seluas-luasnya penangkaran burung, khususnya burung-burung kicauan yang semakin hari akan semakin menipis populasinya di alam. Semoga.

Punya burung kakinya berkerak? Atau luka-luka dan bengkak?

Tahukah Anda, BirdCream bisa menghilangkan kerak dan bengkak pada kaki burung? Mau order? Klik di sini.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895