Sakit mag kronis yang diderita Arifin Sobirin kini sembuh berkat jeruk nipis. Jeruk yang berasa sangat masam ini, semula dianggap bakal meremas-remas perutnya yang sangat peka terhadap rasa ekstrim seperti masam/lecut, pedas, asin dan sebagainya. Ternyata, tidak. Sakit mag tidak pernah lagi menghampirinya setelah dia mengonsumsi jeruk nipis.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Ya, perut kembung, perih, terasa panas, dan pahit di mulut “sahabat lama” Arifin Sobirin. Kebiasaan menunda waktu makan sejak remaja membuat pria penggila kerja itu harus berurusan dengan sakit mag. Rasa sakit kerap muncul hanya karena urusan sepele. Misal mengonsumsi buah mangga yang tua tapi belum matang sempurna. “Rasanya manis di lidah, tapi membuat perut melilit,” kata pria yang kerap berpindah kota: Padang, Jakarta, Yogyakarta, Batam karena urusan pekerjaan itu sebagaimana dikutip trubus-online.co.id.
Gejala gastritis mulai dirasakan saat menetap untuk kedua kalinya di Jakarta pada 1988. Lagi-lagi kesibukan kerja membuat kelahiran 54 tahun silam itu membiarkan semua gejala itu mereda dengan sendirinya.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Puncaknya pada 1990. Saat buang hajat Arifin mendapati feses masih berupa butiran nasi. Hari sebelumnya ayah 3 putri itu memang terlambat makan. Pria yang kini berkebun buah naga di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, itu bergegas memeriksakan diri ke internis. Sang dokter spesialis penyakit dalam memberikan berbagai obat, salah satunya mengandung zat antasid untuk menetralkan keasaman lambung.
Potensi kanker
Menurut dr Akrom MKes, dosen Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, feses masih menyerupai butiran nasi lantaran dinding bagian dalam lambung mengalami banyak luka sehingga tidak mampu menjalankan fungsi pencernaan mekanis. Dalam lambung berlangsung 2 jenis pencernaan: kimiawi dan mekanis. Pencernaan kimiawi berlangsung dengan berbagai cairan pelumat, seperti pepsinogen dan asam klorida.
Pencernaan mekanis hanya memperhalus hasil pencernaan “berat” yang terjadi dalam mulut. “Tujuannya sekadar meratakan cairan pelumat dengan makanan,” kata Akrom. Dalam lambung Arifin, pencernaan mekanis itu tidak berfungsi sehingga makanan dari mulut praktis tak tercerna. Keruan saja bentuknya tidak banyak berubah saat keluar lewat “pintu belakang”.
Meski kerap dipandang enteng, penyakit mag alias gastritis menjadi masalah dunia. Pada 2005, Melanie Weck dan Hermann Brenner dari Pusat Riset Kanker Jerman di Heidelberg, Jerman,` meriset penderita sakit mag di negara-negara di Asia, Amerika, Australia, dan Eropa. Mereka menjumpai kasus mag di Asia—Jepang, China, dan Iran—diderita lebih dari 50% populasi penduduk dan hampir setengahnya dialami orang berusia 25—55 tahun alias usia produktif.
Studi itu juga menemukan penyakit mag berpotensi untuk berkembang menjadi kanker lambung. Proses yang membutuhkan waktu 10—30 tahun itu terjadi karena kerusakan jaringan di dinding lambung akibat peradangan atau luka dalam waktu lama. Sayang, studi itu gagal memperoleh persentase penderita mag yang kemudian mengidap kanker lambung.
Perut dingin
Sejak kejadian pada 1990 itu, Arifin akrab dengan obat-obatan pereda sakit mag. Obat-obatan itu menjadi andalan setiap kali rasa perih, mual, panas di perut, atau pahit di mulut datang melanda akibat terlambat makan. Pria asli Jakarta itu pun berpantang makanan dan minuman pedas, asam, panas, terlalu asin, dan terlalu manis.
Pada pertengahan 2005, seorang relasi menyarankan Arifin mengonsumsi jeruk nipis untuk meredakan derita mag-nya. Keruan saran itu ia tolak mentah-mentah. “Gila saja, jeruk nipis kan sangat asam,” pikirnya. Dokter Robert Hatibie di Pecenongan, Jakarta Pusat, mengatakan penderita sakit mag sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang berasa asam. Sebab asam mengiritasi luka sehingga menimbulkan rasa pedih.
Keraguan Arifin mulai goyah waktu ia makan di sebuah restoran dalam suatu perjalanan dinas. Sambil lalu ia berkisah perihal penyakit mag yang dideritanya kepada salah satu pramusaji. Tak diduga, sang pramusaji menceritakan pengalaman kerabatnya di desa yang terbebas dari penyakit serupa berkar mengonsumsi jeruk nipis.
Berangkat dari cerita itu Arifin bertekad mencoba terapi jeruk nipis. Pagi-pagi setelah bangun tidur—tanpa didahului makan atau minum apapun—ia mengambil 2 buah Citrus aurantifolia, mengiris buah sama besar, memeras airnya ke dalam gelas, lalu meneguknya. Arifin sudah bersiap-siap menghadapi sakit tak terkira di perut.
Di luar dugaan, perutnya terasa dingin seolah baru meminum air pegunungan yang sejuk. Keesokan hari hingga 3 hari berturut-turut Arifin melanjutkan konsumsi bitter orange itu. Hasilnya sensasi kembung, mual, atau pedih bagai sirna. Kali berikut, pernah ia lagi-lagi terlambat makan sehingga penyakitnya kambuh. Keesokan harinya tanpa ragu ia meneguk air dari sebutir jeruk nipis dan pulih seketika. “Sekarang malah tak pernah kambuh sama sekali,” katanya.
Moraes TM dan rekan-rekan dari Department of Physiology Sao Paulo State University, Brasil, menemukan bahwa sari jeruk nipis mengandung zat yang merangsang kelenjar di permukaan dinding lambung untuk memproduksi lendir. Lendir itu melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat gesekan. Hasil riset mereka menunjukkan 99% tikus yang dirangsang dengan etanol absolut dan obat nonsteroid NSAID tidak mengalami kerusakan lambung berkat pemberian sari jeruk nipis.
Hasil riset lain oleh Smail Aazza dan koleganya dari Faculty of Sciences, University Sidi Mohamed Ben Abdallah, Maroko dan University of Algarve, Portugal, mendapati zat linalol dan linalil asetat sebagai zat antioksidan yang melindungi jaringan tubuh dari kerusakan. Di tanahair, buah tanaman kerabat kemuning itu lazim digunakan untuk mengatasi jerawat, merapatkan pori-pori, sampai mengurangi lemak tubuh. Maria Margaretha Andjarwati, herbalis di Kelapagading, Jakarta Utara, biasa meresepkannya untuk mengatasi batuk.
Jeruk nipis mengandung berbagai senyawa aktif seperti asam sitrat, asam amino, glikosida, sampai vitamin seperti B1 dan C. K Heyne dalam Tumbuhan Berguna Indonesia menyebutkan, buah tanaman anggota famili Rutaceae itu lazim dimanfaatkan untuk merangsang keluarnya dahak pada penderita batuk berdahak. Belum ada yang menyebutkan pemanfaatannya untuk mengatasi sakit mag. Itu sebabnya dr Akrom menekankan agar penderita mencari dosis yang tepat sehingga kesembuhan lekas tercapai. (Argohartono Arie Raharjo/Majalah Trubus)
Artikel Topik Agro-Herbal lain: Klik di Sini.
Penting:Â Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Trima kasih buat ulasannya!tapi apakah juga bisa untk penyakit gerd dan jantung?
Tq infonya om…wah harus segera ane coba ni resep sangat bagus krn ane juga punya sakit mag
thank om duto
tulisan yang menarik..