Kabar tidak mengenakkan datang dari even lomba burung Bintaro, Jakarta, Minggu 10 Juni 2012. Disebutkan salah seorang peserta memukul salah satu juri. Tidak terima kekalahan, atau ada sebab lain?

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Sumber omkicau.com menyebutkan, sejak awal, lomba di Bintaro sudah terasa beraroma panas. Penyebabnya, karena pendaftaran dinilai mahal, sementara peserta sepi. Panitia menentukan agar hadiah bisa keluar utuh, peserta minimal harus 30. Sementara di lapangan peserta paling ramai di kisaran 28. Kelas pleci yang sedang popular saat ini, disebutkan hanya diikuti 5 peserta.

Sejumlah peserta melaporkan penjurian kurang bagus. Khadafi, salah satu peserta mengaku kurang puas dengan dua hal tersebut, penjurian dan pemotongan hadiah. Padahal, Khadafi adalah pemesan tiket terbanyak.

“Daripada marah-marah, bikin sakit hati, dosa lagi, saya memilih pulang saja,” ujar Khadafi. Khadafi memilih meninggalkan arena lomba pada sekitar jam 11.

Kelas Kacer

H SADAT

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Peristiwa yang kemudian membuat kabar tersebar kurang sedap terjadi di kelas kacer, sebab berkembang berita H. Sadat memukul salah satu juri, Brian Rachmad – Jogja, ketika kelas kacer sesi kedua selesai dan juri menancapkan bendera koncer.

Benarkah peristiwanya seperti itu dan apa pula penyebabnya? Inilah penelusuran yang berhasil kami himpun.

Wahyu Tangerang, juri senior PBI yang kebetulan ada di lapangan saat sesi kacer kedua, menuturkan, ia melihat kedua jagoan itu sama-sama tampil. Pada akhirnya Solo Berick mendapatkan 4 bendera koncer A, Speed Racer dapat bendera 2 koncer A.

”Sampai penancapan bendera selesai, saya tidak melihat ada peristiewa kericuhan sama sekali. Bahkan waktu itu ada anak buah Sadat di dekat saya, hanya berkomentar pelan dan nyantai, ‘Oh kalah ya’.  Setelah pergi, saya baru dengar katanya ada ramai-ramai.”

Soal tuduhan bahwa juri kurang bagus, Wahyu mengaku kurang sependapat. “Sepanjang lomba tadi, saya melihat secara umum juri kerja bagus. Kalau soal ada peserta kurang puas, ya saya tidak tahulah. Ini pendapat saya yang netral,  tidak bela siapa pun. Tapi suasana lomba memang panas sejak awal, menurut saya karena tiketnya cukup mahal, tapi peserta tidak penuhi target, maksimal saya kira hanya diikuti 28-an peserta, sehingga hadiah dipotong-potong cukup besar, ini memang ikut membuat situasi makin memanas.”

Peserta lain, yang keberatan disebut namanya, dan dikenal sebagai spesialis kacer di Jakarta juga menyebutkan, baik Speed maupun Berick, keduanya kerja bagus. “Tentu ada kekurangan dan kelemahan masing-masing. Kalau melihat penampilan burung di lapangan, menurut saya, cengli-nya kedua burung ya di-tos-kan.”

Ada pemukulan

Dihubungi secara terpisah, Adry perawat Speed Racer yang tinggal di Bangka mengakui memang ada  keramaian atau lebih tepatnya tindakan pemukulan.

“Pangkal masalahnya pada juri dari Jogja, saya sebut saja namanya Brian. Saya sesungguhnya teman baik dia, sama-sama di Grup Kicaumania BB juga. Tapi dia melakukan kesalahan karena selama menjuri berkomunikasi hingga mempengaruhi atau mengajak-ajak juri lain sambil menyebutkan gantangan nomer 39, nomer Solo Berik, ngerolnya lebih bagus. Ngomongnya cukup keras sebab penonton yang di belakangnya sampai pada dengar. Kalau cuma soal menang dan kalah, seandainya tidak ada kejadian mempengaruhi juri lain, saya kira tidak akan sampai seperti itu.”

Adry kemudian menjelaskan di awal lomba, tapi hanya sebentar saja, Speed Racer yang ada di gantangan 18 sempat turun. “Tak sampai tiga detik ketika baru digantangkan. Setelah itu, kerjanya luar biasa. Speed, lagu, power, saya pastikan unggul. Powernya Berick sudah ketutuplah.”

Setelah koncer ditancapkan, Adry mengaku sudah menenangkan H. Sadat supaya tidak protes terlalu keras. “Nanti kita tanya baik-baik melalui panitia,” ujar Adry, sambil menurunkan Speed Racer.

Nah, saat Adry sedang mengerodong Speed Racer, H. Sadat lantas masuk ke ruang juri. Di dalam, ia menemui dan bertanya kepada salah satu juri, Tofik Kuro, juri yang ia kenal. Kebetulan duduk di sebelahnya adalah Brian.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Saat itu, H. Sadat tanya kepada Tofik, di mana kekalahan Speed dari Berick. Tofik disebutkan tidak bisa menjawab. Pada saat bersamaan, Brian disebutkan memasang kedua tangannya di depan muka dalam posisi siap-siap menangkis, seolah-olah akan diserang. Sadat rupanya terprovokasi dengan cara Brian seperti itu, kemudian menempeleng.

“Saya tidak tahu apakah tempelengan dari H. Sadat itu kena atau tidak, sebab posisi saya waktu itu masih di luar mengurus Speed. Pada saat itu, kemudian banyak orang lain yang ikut masuk merengsek ke ruang juri, ikut marah karena akumulasi kejengkelan dari awal mula,” jelas Adry lagi.

Setelah itu, Dicko yang mengawal Berick mendatangi H. Sadat untuk meminta maaf. Menurut Adry, “Dicko mengatakan Brian masih juri muda, belum memahami betul bagaimasan seharusnya berkomunikasi antar-juri di lapangan”.

Agar masalah selesai tuntas, Adry kemudian memohon kepada panitia Edo Lembang, agar bisa dipertemukan dengan Brian secara resmi.

Adri kemudian bertanya kepada Brian. “Brian, tolong jelaskan pada saya secara jujur, secara laki-laki, di mana kalahnya Speed dari Berick. Tolong dijawab yang sebenarnya. Kalau memang benar, pertahankan keyakinananmu sampai mati, tapi kalau memang salah, ya harus mau mengakui kesalahan.”

Waktu itu, Brian menyebutkan Speed kalah kerja. “Tentu saya menyangkal soal ini. Sebab Speed kerjanya luar biasa. Terus saya tanya, bagaimana dengan lagu dan speednya, Brian jawab bagus Speed. Lalu bagaimana dengan powernya, Brian pun menjawab Speed jauh di atasnya.”

Kemudian Adry bertanya, terus kalau begitu, di mana Berick keunggulannya? Brian menjawab, “lebih nagen”.

Adry pun bertanya lagi, kenapa Brian sebagai juri sampai mengajak-ngajak atau mempengaruhi juri lain sambil menyebut Berick lebih ngerol?  “Saya tidak menyebut nomor  gantangan lagi, sebab semua orang sudah pada tahu kalau nomor 39 adalah Berick, dan nomor 18 adalah Speed.”

Menurut Adry, Brian menjawab untuk koordinasi supaya tidak meleset.

“Brian, aku temanmu, saya datang jauh-jauh dari Bangka untuk lomba, kalau buat cari uang dari hadiah, pasti tidak masuk. Saya hanya ingin katakan, juri saya kira harus punya pendirian, tidak takut salah kalau memang yakin dengan pilihannya. Apa yang kamu lakukan menurut saya sudah melampaui tugas juri, itu tugas korlap. Kenapa itu kamu lakukan, logika pasti mengatakan itu ada apa-apanya kan.”

Adry menyebutkan, dengan muka merah seperti mau menangis, Brian menyebutkan dirinya dalam tekanan besar, di satu sisi berhadapan dengan burung Speed, di sisi lain juga berhadapan dengan burung milik temannya di Jogja.

Adry mengaku secara pribadi sudah mau memberikan maaf kepada Brian, apalagi Brian secara tidak langsung sudah mengakui keunggulan Speed. “Tapi tidak tahu bagaimana dengan H. Sadat, pemilik Speed Racer, apakah juga sudah mau memaafkan dan menganggap sudah selesai.”

Adri kemudian pamitan untuk keluar. Baru tiga langkah, Adry ditarik tangannya oleh Brian, isinya memohon bagaimana supaya H. Sadat juga mau menerima maafnya dan bisa menerima kembali Brian seperti sedia kala.

Singkatnya, menurut Adry, Brian kemudian menulis SMS kata permohonan maaf kepada H. Sadat, yang kata-katanya waktu itu juga dipandu oleh Dicko supaya baik dan pas.

Sudah selesai

Hingga tulisan ini diturunkan, omkicau.com belum bisa menghubungi secara langsung Brian Rachmad. Namun Dicko dalam pembicaraan via telepun dengan Om Kicau tadi malam mengatakan masalahnya sudah selesai.

“Ya memang ada salah pada sisi Brian, dia itu juri muda yang kebetulan dalam melakukan komunikasi dengan juri lain terlalu mencolok. Kita tahu kan ada kode-kode komunikasi tertentu antar-juri, nah saat itu dia terlalu keras,” katanya.

Namun demikian, lanjutnya, dari sisi peserta ada kesalahan juga. Seharusnya kalau ada protes dan sebagainya sebaiknya disampaikan kepada panitia.

“Ya mungkin karena terbawa emosi sesaat, bisa saja orang menjadi marah tak terkendali. Namun dari pihak Pak Sadat sudah ada permohonan maaf kepada Brian dan Brian pun sudah minta maaf kalau dirinya sempat membuat peserta emosi. Jadi masalahnya sudah selesai,” katanya.

Om Kicau berharap masalah ini tidak terulang dan masalah antara juri dan peserta Lomba Bintaro bisa selesai sampai di sini – tuntas – sehingga kebersamaan antar-kicaumania Indonesia tetap terjaga.

UPDATE:
Berkaitan dengan artikel ini Om Brian Rachmad memberikan konfirmasi kepada Om Kicau. Dia menyatakan:

Ya Om, itu sudah benar cuma kemarin saat dipukul pukulan hanya mengenai tangan saya karena saya sudah siap pasang tangan di kepala. Lalu kemarin saya tidak mau nangis loh Om semua masih biasa saja, hehehe.
Saya juga masih melanjutkan ngejuri lagi. Kemarin siang saya sudah telpun-telpunan dengan H Sadat langsung dan sudah damai Om. Terimakasih.

Ya demikianlah, akhirnya insiden Bintaro sudah bisa terselesaikan dengan baik.
Salam kompak, salam dari Om Kicau.

(Om Kicau berdasar wawancara dan laporan Waca-Jogja)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-7.550085110.743895