Beberapa jenis burung kicauan saat ini terpinggirkan di ajang lomba. Burung anis kembang, tledekan dan cucakrowo di Pulau Jawa adalah tiga contohnya. Sedang murai batu Sumatera juga terpinggirkan di ajang lomba di Kalimantan. Bisakah bangkit lagi?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Topik “burung yang terpinggirkan di ajang lomba” adalah tema laporan utama Agrobis Burung terbaru (Edisi 635, Munggu II Juli 2012). Tema ini cukup menarik untuk kita simak di tengah kemunculan banyak event organizer (EO) lomba burung.
Trend yang berubah
Pada tahun 2000-an, ada dua jenis burung lokal yang saat itu sangat ngetren, dicari-cari, harganya melambung, lomba terutama even besar selau penuh pesertanya, bahkan ketika itu bila jumlah peserta melebih jumlah gantangan kemudian dibuat penyisihan, juga sampai ada kelas penyisihan.
Jaman dulu belum ada pemisahan kelas A, B, dan seterusnya. Yang ada misalnya kelas anis merah, ketika peserta lebih dari 63, katakanlah 90 misalnya, dibuatlah kelas penyisihan, dibagi menjadi dua masing-masih 45 burung.
Setelah dinilai dan direkap, sekitar 25-30 burung masuk final utama, jumlah yang sama yang nilainya di bawahnya masuk final madya.
Sementara itu pembagian kelas bintang, sejati, favorit, kemudian masih dibagi-bagi lagi A, B, dan seterusnya, muncul sejak era LKMI dengan ide-ide dari Endik Gundul. Setelah itu, PBI akhirnya juga mengikutinya, sampai akhirnya bermunculan banyak EO seperti sekarang ini.
Anis kembang
Meskipun saat ini popularitasnya belum pulih kembali, namun komunïtas anis kembang ternyata berjalan baik dan cukup solid, di antaranya yang tergabung dalam grup di jejaring sosial face book.
Kepedulian mereka patut diacungi jempol, antara lain mau urunan mengumpulkan uang untuk disumbangkan ke panitia lomba agar kelas anis kembang bisa lebih menarik hadiahnya.
Umumnya, jumlah burung yang biasa melampaui jumlah gantangan dan kemu dian melalui penyisihan adalah anis merah, yang dari dulu memang memiliki penggemar paling banyak. Namun pada masa jayanya, anis kembang juga beberapa kali tercatat bisa sampai melalui penyisihan.
Pada saat itu, harga anis kembang terus melambung tinggi. Anis kembang jadi lambang gengsi. Kalau belum ikut menggantang anis kembang, mungkin belum merasa gagah dan bisa jumawa.
Waktu itu, asal burung bisa ngerol saja, harganya sudah di atas Rp. 4 juta. Karena harganya yang begitu tinggi, saat itu anis kembang juga masuk dalam daftar burung yang paling diincar maling. Jadi, lalai sedikit, burung akan melayang.
Banyak kisah burung anis kembang berharga puluhan atau mendekati ratusan juta yang kemudian raib.
Salah satu transaksi anis kembang yang mungkìn terbesar waktu itu adalah saat anis kembang Robinhood dari Mardi Solo dibeli oleh Afung Cikampek, melalui (alm) Roy Solo. Transaksi terjadi pada saat kontes PBI Jogja di Babarsari.
Burung ini asal muasalnya, dari Kianwi Purbalingga, kemudian pindah ke Drs. Firmanudin, barulah dibeli Mardi Solo.
Kicaumania Purwokerto yang lain, Drs Hananto Prasetya SH waktu itu juga memiliki sejumlah anis kembang top langganan juara yang diberi nama Sampurna 1, 2, 3. Ada juga nama personel setia Satria Paksi BC Mr. Gunawan yang spesialis anis kembang, nama jagonya Mercubuana.
Namun, kemudian perlahan-lahan popularitas anis kembang beringsut menurun. Salah satu yang diduga jadi penyebabnya adalah banyak orang yang tergesa-gesa menurunkan anis kembang yang sesungguhnya belum cukup umur sehingga burung menjadi tidak stabil bahkan kemudian rusak.
Orang tergesa-gesa menurunkan burung, karena berharap bisa segera tampil di lapangan dan laku mahal. Atau karena belinya mahal, tentu ingin segera melihat penampilannya, syukur-syukur juga bisa segera laku iebih mahal lagi dan untung berlipat.
Yang kemudian terjadi malah banyak burung yang jadi rusak tak mau tampil bagus. Ini salah satu yang diduga jadi penyebab kenapa anis kembang berangsur-angsur kurang banyak penggemarnya.
Penangkaran anis kembang nan berkembang
Padahal sesungguhnya suaranya enak dinikmati, lebih kristal bila dibandingkan dengan anis merah misalnya. Kalau pas ngerol juga kelihatan gagah. (Cek artikel ini misalnya: Anis kembang, burung favorite untuk kicauan).
Berita baiknya, anis kembang adalah salah satu jenis burung yang sudah bisa ditangkar. Jumlah penangkarnya cukup banyak, dan sudah bisa dijadikan untuk lahan bisnis yang bagus.
Salah satu daerah atau kota yang dikenal sebagai kota anis kembang adalah Salatiga. Di situ ada dua breeder cukup besar, yaitu Nasa BF dan GAT BF.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Keduanya memiliki puluhan pasang indukan yang berproduksi, dan anakan nya juga selalu terserap pasar dengan harga yang baik. Untuk bisa mendapatkan anakan dari para breeder, Anda bahkan harus inden.
Menurut Heri GAT, salah satu breeder yang sangat aktif di komunitas anis kembang, kebanyakan pembeli memang membali anakan sepasang, dan kemungkinan disiapkan lagi untuk dijadikan indukan, bukan disiapkan untuk jadi burung lomba.
Barangkali, ini merupakan salah satu alasan, kenapa meskipun serapan anakan anis kembang hasil breeding banyak, tapi peserta Iombanya masih minim.
Di jejaring sosial seperti face book, group anis kembang juga memiliki pengkut cukup banyak dan aktif. Selain salin berdiskusi, bebagi informasi tentang breeder, pasar atau penawaran jual beli juga banyak terjadi. Transaksi melalui perantara jejaring sosial juga terdeteksi sering terjadi.
Komunitas anis kembang, juga melakukan langkah-langkah nyata untuk meramaikan kelas ini.
“Di KM Cup Ungaran, tadinya tidak ada kelas anis kembang, kemudian saya berusaha kolek dari teman-teman komunitas, kemudian terkumpul 1,5 juta. Saya serahkan panitia untuk hadiah, maksudnya ya biar ramai lagi,” kata Heri yang koleksi anis kembangnya antara lain adalah Parikesit dan Maharaja ini.
Di Piala Raja, salah satu dari penggemar anis kembang – Abdul Fathony Jakarta – juga menyumbangkan Rp. 500.000 untuk tambahan hadiah anis kembang. Semua itu tentunya karena para penggemar anis kembang masih yakin kelas ini pada saatnya nanti pasti akan bisa ramai lagi.
“Apalagi breeder-nya sudah jalan, tak lagi mengandalkan tangkapan alam. Secara materi dan kualitas, hasil breeding juga sudah terbukti mau nampil di lapangan. Jadi, persyaratannya sesungguhnya sudah lengkap untuk menjadi burung populer dan mahal,” ujar Hery GAT yang setiap kali ada latber-latber kecil sekali pun di Salatiga dan sekitarnya, selalu memberikan suport atau sponsor.
Melihat upaya-upaya yang dilakukan para penggemar anis kembang, harusnya kelas ini memang punya prospek untuk kembali ramai. Apalagi bila para penggemar juga memiliki akses yang baik dengan para EO, sehingga sama-sama punya kepedulian untuk mengangkat kembali pamor anis kembang.
Di Piala Raja misalnya, anis kembang juga dibuka dua kelas, selain kelas wajib PBI yaitu kelas ring (Bintang PBI), juga dibuka di kelas yang lebih atas, yaitu Sekar Kedaton. Karena ini evennya PBI, maka pesertanya memang wajib mengenakan ring, sebagai bukti sah hasil penangkaran.
Rangkaian artikel “Burung terpinggirkan di ajang lomba Agrobis Burung”:
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (1): Anis kembang bisakah bangkit lagi?
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (2): Tledekan, riwayatmu kini…
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (3): Bali coba angkat lagi pamor anis kembang dan tledekan
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (4): Cucakrawa terancam degradasi?
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (5): Banten, lomba anis kembang teramai ada di sini
- Burung terpinggirkan di ajang lomba (6): Ironi cucakrawa di Kalimantan
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.