Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selebihnya menjadi milik Jayakarta, termasuk tahun 2012 ini, ketika tampuk pimpinan sudah beralih ke Andre SAS. Kemenangan Jayakarta Team memang bisa dipahami, karena hampir semua jagoan terbaik, ujung-ujungnya merapat ke Jakarta dan sekitarnya, yang pada even-even besar, sebagian besar juga bergabung dengan Jayakarta Team.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Belum lagi, dengan bergabungnya sejumlah kicaumania dari luar kota yang kemudian ikut bergabung dengan Jayakarta, membuatnya semakin kuat dan tak tertandingi. Andre SAS juga menyebutkan datangnya dukungan dari mana-mana, untuk memperkuat pasukan Jayakarta.
“Kami berterimakasih kepada teman-temaan yang mau ikut memperkuat Jayakarta, apalagi dengan dasar pertemanan atau persaudaraan, bukan karena kepentingan yang lain. Semoga kekompakkan seperti ini bisa tetap kita jaga, juga pada even mendatang, seperti di Lampung pada bulan September besuk.”
Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, dominasi Jayakarta cukup menonjol di kelas anis merah. Burung-burung top anis merah, memang dikenal banyak mangkal di blok barat, baik itu Jabodetabek maupun Jawa Barat.
Deny Halim misalnya, masih eksis dengan pasukan berkudanya. Kali ini dengan gaco Kuda Birawa. “Kuda-kuda kami masih bisa lari kencang,” ujar Deny bangga. Nanang PLN juga gembira bukan kepalang dengan gaco Matador-nya, ada pula Kenneth dengan Ceper. Ming Basket yang bergabung dengan Jayakarta, menyumbang poin anis merah dengan Aura.
Unggulan
Di Piala Raja 2012 ini, sejumlah unggulan atau nama-nama jagoan yang diperkirakan akan menjadi pemenang menjadikan even ini menjadi menarik untuk dilihat. Sebelum bertarung, bahkan semacam perang ‘urat syaraf’ pun sudah dilakukan.
Sejumlah jagoan sudah merilis kesiapannya untuk bertarung dan keyakinannya bisa meraih prestasi tertinggi apabila sang jagoan bisa tampil maksimal.
Di kelas murai batu misalnya, yang belakangan ini paling menjadi sorotan adalah Natalia, jagoan murai nias milik Mr Gunawan dari Solo. Di kelas pertama, Natalia memang tampil mempesona, sesuai dengan ekpetasi para penonton yang penasaran, hingga ketika juri memilihnya menjadi pemenang, banyak penonton yang bersorak.
Di sesi berikutnya, penampilannya memang sedikit menurun, sehingga dicuri oleh jagoan Ming Basket dari Surabaya, yaitu Super Bejo.
Jagoan lain pun tidak boleh dianggap enteng, seperti Geger milik H. Hendy Carton yang sudah menang di sesi pertama, Murai Batu Ring, dan menutup kemenangan bagi Jayakarta di sesi terakhir, Murai Batu Sekar Kedaton. Ada pula Thunder milik H. Sadat B 16 SF Jakarta, yang meraih juara 1 dan 2.
Di kelas kacer, unggulan lebih banyak, mulai Solo Berick yang belakangan ini prestasinya begitu kinclong, Speed Racer milik H. Sadat, Putra Kutai milik Fitri BKS, Melody milik Bambang Honda, Satria Dewa milik Jemy DS, juga ada Ningrat dan Kamandanu, dua jagoan dari Kalimantan.
Ada 4 kelas kacer, juara 1-nya diraih oleh Putra Kutai kelas Sekar Kedaton, Speed Racer kelas Prameswari, dan Melody di kelas Maharaja dan Pariwisata alias nyeri.
“Yang paling diandalkan sesungguhnya Hipnotis, yang meraih trophy Maharaja pada 10 Juli 2011 yang lalu, tapi sekarang mabung, jadi awalnya kuatir juga, tapi ternyata Melody pun tampilnya luar biasa,” kata Bambang Honda.
Speed Racer juga sudah melalui beberapa pertarungan awal di blok barat dengan prestasi mengesankan, seperti di Menhut Cup. Karena itu banyak kacermania yang penasaran juga seperti apa kehebatannya. Di kelas Prameswari, Speed tampil memukau dan meraih juara.
Nama Solo Berick masuk jajaran atas unggulan karena catatan prestasinya yang luar biasa, sebut saja saat even Road To Presiden di Lampung, 4 kali juara, kemudian di Presiden Cup juga 4 kali juara, Paku Alam Cup PBI Bantul 2 kali juara, yang paling gres adalah sapu bersih 3 kelas kacer di Bupati Cup Jember, 1 Juli atau hanya berselang seminggu sebelum Piala Raja.
Di Piala Raja, penampilan Solo Berick juga cukup stabil. Soal ini bisa dikonfirmasikan pada para penonton atau peserta lain yang melihat langsung. Menurut Dicko yang menjadi arsitek Solo Berick, hanya soal nasib yang kurang mujur.
“Dari 4 kali turun, Berick masuk juara 2, 4, 4, 2. Angka ini sesungguhnya sudah menunjukkan betapa Berick sangat stabil. Bahwa di antara 4 sesi itu tak ada juara 1-nya, saya tak bisa bilang apa-apa, kecuali nasib yang lagi kurang hoki.”
Kelas kacer memang sangat ketat persaingannya. “Secara jantan, Berick mengakui memang juara 2 di kelas Sekar Kedaton, di kelas Prameswari Speed Racer juga tampil lebih baik, tapi Berick semestinya tidak tos 3-4 di Prameswari. Di kelas Pariwisata, tampilnya pun sangat bagus, sehingga semestinya tidak juara 2, dan di kelas ini, Speed tidak masuk. Yah, saya hanya bisa bilang Berick kali ini sedang kurang beruntung,” tegas Dicko.
Unggulan lain yang menonjol adala Pemburu Dollar (PD) milik Robert Hendro dari Bondowoso. PD meraih hatrik alias merebut 3 kali juara 1. Sebelum turun gelanggang, Robert juga cukup pede jagoannya bakal moncer. Sebelum era PD, Robert Hendro juga sudah sangat dikenal sebagai biangnya cucak hijau, dengan gaconya Pemburu Cinta.
Selain Putra Kutai, Ningrat, dan Kamandanu di kelas kacer, jagoan asal Kalimantan yang moncer adalah di kelas cucak jenggot dengan Golden milik Andi dari Banjarmasin, serta di kelas lovebird ada Amphibi milik H. Raihan dari Emas Hitam Jr.
Dibandingkan dengan kicaumania yang lain, H. Raihan termasuk yang paling baru kehadirannya di blantika kicaumania, bisa dibilang baru beberapa bulan terakhir. H. Raihan kini meneruskan tongkat estafet Emas Hitam team, setelah sebelumnya juga berjaya di era Aba Firas dan H. Chiut.
H. Raihan sedang rajin-rajinnya berburu jagoan baru, setelah sebelumnya sudah mendapatkan kenari, kacer, dan terakhir murai batu Matahari milik Amim Jakarta, yang nyeri di Bupati Cup Jember (1/7).
Kicaumani Bali yang datang dengan rombongan besar, Bali Peace, juga membawa pulang prestasi, antara lain di kelas cendet melalui Mustika, milik Fajar. Juara lainnya antara lain Dion dari Goa Gong Malang dan Tusuk Jarum milik Sonny Lie Semarang.
Selain dominasi jagoan dengan bendera Jayakarta, dua jagoan dari daerah berhasil mencuri poin di anis merah. Mantili milik Budi Bogem misalnya, bahkan merebut singgasana tertinggi di kelas Maharaja, satu lagi dibawa pulang oleh Aisitheru milik Adi Dollar Semarang.
Pelaksanaan
Pelaksanaan Piala Raja cukup rapi, dibuka dengan kirab oleh punggawa keraton yang mengantar trophy Mahkota Raja. Hari Sabtu-nya, sudah dilakukan penukaran tiket dengan sistem acak, dilakukan penghitungan terlebih dahulu, kemudian dikocok.
Panitia menjamin tak ada yang bisa mengatur-atur nomor gantangan. Meskipun begitu, di lapangan tetap saja ada ‘nyeletuk’, “Kenapa ya para tokoh itu kok burungnya dapat tengah terus, katanya dikocok.”
Para peserta masih juga berteriak-teriak, walupun rata-rata tak berani menyebutkan nomor gantangan. Ini memang PR buat penyelenggara lomba secara umum, supaya bisa mendidik dan menjaga aturan TANPA TERIAK dengan baik.
Keluhan terhadap penjurian belum juga bisa dihindari. Komplain cukup menonjol antara lain di kelas lovebird, juga kenari. Di kelas kapas tembak, M. Khadafi dari Aceh bintang Aceh juga tampak menuju ruang juri untuk protes.
“Kapas Tembak peserta hanya sedikit, burung saya tampil menonjol dari awal hingga akhir, bahkan di 10 menit terakhir tinggal Merak Menari saja yang tampil, kok tidak masuk juara juga, bingung saya. Tapi di sisi lain, saya juga merasa tak sia-sia datang ke Piala Raja, sebab meskipun juri tak memberi koncer, tapi saya secara langsung mendapat salut dan pengakuan dari para penonton dan peserta lainnya, mereka memberikan pengakuan secara spontan dan jujur, jadi saya senang dan sangat berterimakasih kepada semuanya.” (Lihat juga komplain dan kritik lainnya pada komentar untuk artikel: Jayakarta tak terbendung di Piala Raja 2012, Natalia undang decak kagum)
Protes dari peserta mungkin tidak bisa dihindari 100 persen. Selain dari juri sendiri ada peluang untuk salah atau sengaja salah (salah karena sengaja, bila itu benar, yang membuat peserta geram), untuk beberapa kasus peserta pun sering kali kurang cermat mengamati burung-burung yang lain, lebih banyak memperhatikan burungnya sendiri. Faktor lain, perbedaan pemahaman tentang pakem burung yang semestinya bisa juara.
Ini juga PR yang dari dulu belum terselesaikan, apakah itu di PBI, juga EO yang lainnya.
BERIKUT INI ADALAH DATA JUARA PIALA RAJA 2012 (beberapa diperbaiki atas permintaan pemilik burung)
Klik saja masing-masing judul untuk mengetahui detail juara setiap kelas yang ingin Anda ketahui.
KELAS-KELAS KAPAS TEMBAK DAN CUCAK JENGGOT