Kabar menyedihkan kematian seekor anakan nuri kepala hitam ini sebenarnya saya coba simpan sendiri. Namun, saya rasa perlu juga saya sampaikan di sini untuk diambil hikmahnya bagi siapa saja yang berminat menangkar burung, khususnya nuri kepala hitam atau burung lain dengan makanan yang sifatnya “berat”, yang bisa menimpa hingga tewas burung kesayangan kita.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Seperti saya ceritakan pada artikel Sepasang burung nuri kepala hitam itu akhirnya beranak…, sepasang burung nuri yang saya tangkar di rumah memang tidak mau bertelur dan mengerami telurnya di glogok kayu yang saya sediakan, tetapi bertelur dan mengeram di tanah.
Kedua anakan nuri pun akhirnya dibesarkan di tanah. Ketika usia sekitar 10 hari, anakan tersebut sudah mulai berjalan-jalan hilir mudik di dalam kandang penangkaran dengan suara cericitannya yang panjang-panjang.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Sedangkan makanan untuk kedua indukan dan biasanya dilolohkan oleh indukan ke anakan, saya letakkan di sebilah papan kayu. Makanan yang biasa diberikan anak kandang yang merawat burung tersebut, Sahid namanya, adalah pepaya atau buah-buahan lain dan jagung manis.
Saat akan memberi makan anakan, indukan akan mencoel-coel pepaya, mengunyahnya dan terbang ke dasar kandang mendekati dan meloloh anakan.
Nah, ceritanya, ketika indukan sedang menggigit-gigit pepaya yang akan diberikan ke anaknya, salah satu anakan berada tepat di bawah papan tempat makanan, setinggi sekitar 90 cm dari permukaan kandang. Celakanya, saat pepaya digigit-gigit itulah buah tersebut terseret dan jatuh dari tempatnya. Tepat di bawahnya, ada seekor anakan nuri. Maka… yah tertimpalah anakan itu.
“Mas, anakan nurinya tertimpa pepaya…,” kata isteri saya melalui telepun ketika saya sedang asyik mancing di kolam pemancingan dekat Waduk Cengklik Boyolali beberapa waktu lalu. Lalu isteri saya menceritakan kronologi peristiwa itu sebagaimana dia dapat ceritanya dari anak kandang.
Saya hanya diam dan menyadari kecerobohan cara penangkaran yang demikian. Tetapi isteri saya sangat-sangat menyesalkan kejadian itu. “Aduh mesakake banget. Padahal awake apik banget, lemu, lucu. (Aduh kasihan sekali. Padahal tubuhnya bagus sekali, gemuk dan lucu),” kata dia saat itu.
Tetapi nasi telah menjadi bubur. Hal yang bisa saya sampaikan kepada anak kandang ya agar dia memindahkan wadah pakan ke tempat yang rendah dan anakan bisa merayap sampai di sana. Dengan demikian, selain mengurangi risiko anak burung tertimpa pakan, juga agar anakan nuri tersebut bisa belajar makan langsung di wadah pakan.
Semoga pengalaman tidak mengenakkan ini bisa kita ambil hikmahnya.
Salam sukses penangkaran burung Indonesia.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
mas tanya, anak nuri itu merawatnya gimana?
sebenarnya tidak beda dengan rawatan anakan burung lain, berikan asupan ef yang lebih banyak dan lengkapi kebutuhan vitamin serta mineralnya untuk menunjang pertumbuhan anakan.
soal nya saya jg berminat om..
tlg kasih tau gmn cara pertama nangkar nya om…
..thanks
Sayang skali,,,itu milik om duto sendiri??
turut berduka Om, semoga anakan berikutnya dapat berkembang biak dengan selamat.
sabar omm……kok gk di loloh sendiri om?? klo dibiarin ke induknya apa bs jinak??? tks
Maunya seperti itu Om, tetapi netasnya menjelang Lebaran sih, takutnya nanti malah kurang terawat karena anak kandang juga mudik.
eman om, kasihan anakan nya.. bisa buat pelajaran buat nantinya
Hadoooooh sayang banget ya….
Walah iya banget Om, yah moga-moga periode telur berikut bisa lebih hati-hati dan waspada.
Terima kasih.