Pernahkah Anda membayangkan suatu saat burung cucakrowo, anis merah, jalak suren, atau burung berkicau lain yang saat ini banyak dipelihara kicau mania kelak musnah dari muka bumi? Alhasil, anak-cucu kita kelak hanya bisa melihatnya dari gambar di buku, atau mendengar cerita keindahan burung-burung tersebut dari kakek dan neneknya?
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Untuk saat ini, mungkin kita tidak pernah membayangkannya. Tetapi kita akan menjawab “mungkin” jika pertanyaan itu ditujukan untuk burung ekek geling (Cissa thalassina), trulek jawa (Vanellus macropterus), Gagak banggai (Corvus unicolor), jalak bali (Leucopsar rothschildi) dan 15 spesies burung lainnya.
Ya, 19 spesies burung Indonesia kini berada dalam status Kritis (Critically Endangered / CR). Daftar lengkap spesies burung Indonesia yang termasuk kritis bisa dilihat pada Daftar Burung Kritis.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Burung yang termasuk dalam daftar merah versi IUCN (International Union for Conservation Nature and Natural Resources) itu menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat. Semua stakeholders di negeri ini mesti bersama-sama menyelamatkan burung-burung endemik Indonesia itu agar terbebas dari ancaman kepunahan.
Caranya?
Yayasan Kutilang Indonesia punya gagasan menarik. Pertama, melibatkan para perokok di negeri ini (lho, kok perokok?). Kedua, melibatkan para penggemar burung di Indonesia (ini masih bisa dipahami). Ketiga, mendorong pemerintah terutama Kementerian Kehutanan lebih proaktif dalam penganggaran upaya penyelamatan burung-burung endemic dari ancaman kepunahan.
Sumbangsih Kaum Perokok
Gagasan pertama yang dilontarkan Yayasan Kutilang Indonesia ini memang unik. Menurut perhitungan Yayasan Kutilang, biaya untuk menyelamatkan semua jenis burung yang terancam punah di Indonesia sekitar Rp 793,5 miliar hingga Rp 1,115 triliun setiap tahun.
Sangat besar kalau kita melihatnya dengan kacamata pesimistis. Tetapi menjadi relatif kecil apabila kita melihatnya dengan kacamata optimistis. Ok, kita menggunakan kacamata optimis saja. Jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 65 juta orang. Anggap saja harga sebatang rokok rata-rata Rp 500, meski beberapa merek tertentu harganya mencapai Rp 1.000/batang.
Jika para perokok setiap hari menyumbang sebatang saja, berarti tiap hari akan terkumpul dana sebesar Rp 32,5 miliar, atau Rp 875 miliar/bulan, atau Rp 11,86 triliun/tahun. Tentu teknis menyumbangnya bukan dengan memberikan rokok, melainkan menyumbang Rp 500/hari dengan mengurangi konsumsi sebatang rokok dan menyisihkannya.
Ohooo, ini sebuah nilai yang fantastis, yang mampu menyelamatkan semua jenis burung Indonesia dari ancaman kepunahan hingga tahun 2022. Pertanyaannya, maukah para perokoh memberi sumbangsih seperti itu? Semoga mau!
Sumbangsih Penggemar Burung
Gagasan kedua adalah melibatkan para pemelihara burung, baik burung berkicau, klangenan (perkutut dan derkuku), merpati, dan burung hias. Yayasan Kutilang mencatat jumlah pemelihara burung di enam kota di Jawa dan Bali (Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, dan Denpasar) mencapai 1,45 juta orang. Jika mereka mau menyumbang Rp 3.000/hari, maka dalam satu tahun akan terkumpul dana Rp 1,588 triliun: cukup untuk program penyelamatan selama setahun.
Padahal, jumlah pemelihara burung di Jawa dan Bali di luar enam kota besar tersebut juga banyak. Belum lagi para penggemar burung di luar Jawa dan Bali. Jika semuanya mau bahu-membahu, dana yang terkumpul bisa digunakan untuk program penyelamatan selama 2-3 tahun.
Komitmen Pemerintah
Lalu, bagaimana keterlibatan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kehutanan? Ya, kita juga mesti menagih komitmen pemerintah. Sebenarnya, dana Rp 1,115 triliun per tahun untuk penyelamatan burung dari ancaman kepunahan ini hanya 16,6% dari RAPBN 2013 untuk Kementerian Kehutanan yang tercatat Rp 6,717 triliun. Persoalannya, maukah pemerintah bersungguh-sungguh menyelamatkan 19 spesies burung yang kini terancam punah?
Mumpung berandai-andai masih digratiskan, saya pun membayangkan bagaimana jika para perokok, para penggemar burung, dan pemerintah melaksanakan semua gagasan tersebut, niscaya 19 spesies burung yang kini berada dalam status Kritis akan turun pangkat setidaknya ke level Genting (Endangered/EN) atau Rentan (Vulnarable/VU) Cek misalnya Daftar Merah IUCN. (Dudung Abdul Muslim)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
saya setuju……..tp harus cepat sasarannya…..sip…….
tidak masalah bagi kami ntuk menyumbang demi kelestarian burung di indonesia..kami pun tak ambil pusing dari kata2 sumbangan perokok atau lainnya..yg kami kwatirkan malah. .seandainya dana itu terkumpul akan menimbulkan masalah yaitu:
” ngasih makan koruptor”…
ingat. .!! jangankan dana yg beginian.uang pengadaan al qur’an & uang pemberangkatan haji yg sdah pasti tampak dosanya bila disalah gunakan aja disikat..!..benar2 negri koruptor…
masalahnya itung2 an dana sebanyak itu, benar2 untk melindungin burung gak tuh.
setuju…ane sebagai perokok berat rela kok disuruh nyumbang….tapi lebih afdol kalo harga rokok sudah termasuk sumbangan kita…….
#Sebagai penggemar burung tentu saja saya mendukung gagasan hebat ini..
#Mengadalkan pemerintah sepertinya masih ragu niih..
#alternatif lain sumber dana, donasi atau retribusi wajib/sukarela untuk setiap peserta lomba burung,gak usah gede2 lah, cukup 2.000 saja..
#Keuangan yang accountable juga salah satu hal penting..
#Kalau bisa subsidi atau permudah legalitasnya untuk breeder kecil seperti saya ini (he..he.he..).Mau breeding jalak Bali gak kuat beli indukannya (sementayra baru Muraibatu dulu..)
Ide yang bagus dari Yayasan Kutilang, mungkin bisa juga ditiru cara kerja WWF. (saya termasuk donatur WWF) Cara kerja yang proaktif mencari donatur di bandara dan mall. Ada tim pencari donatur yang digaji serta ada juga laporan keuangan yang verified dari kantor pajak. Mungkin Yayasan Kutilang mau membuka stand disetiap lomba besar dan latber dan mencari doantur dieven tersebut.
Wassalam
Trimakasih masukannya Om…
semoga bisa dikerjakan oleh kawan-kawan di Yayasan Kutilang
Sangat setuju nih…
Sy termasuk perokok dan penggemar burung sehingga memiliki 2 cara untuk menyumbangkan pelestarian burung-burung tersebut. Meski bukan perokok dan juga bukan pemelihara burung sepertinya bukan pekerjaan sulit untuk melakukannya, tapi bagaimana cara menyumbangkannya.
Mungkin sebaiknya ada gerakan atau wadah yg dengan mudah untuk menyumbangkannya.
Om dan tante semua, komentar Anda makin membuktikan bahwa tak semua penggemar burung abai terhadap kelangsungan hidup burung di alam bebas.
Ayo, siapa mau memelopori gerakan Sebatang Rokok untuk Selamatkan Burung-burung Kritis di Facebook? Atau, Omkicau bisa memelopori Aksi Koin 500 untuk Selamatkan Burung Kritis?
sangat-sangat sepakat….
om kicau dan KICAUMANIA.or.id bisa jadi media yang paling bagus untuk membuktikan bahwa kita para penggemar burung tidak abai atas kelestarian burung…
saya untung tidak merokok hehe
salam kenal om.. .
maukah pemerintah bersungguh-sungguh menyelamatkan 19 spesies burung yang kini terancam punah??? Hoohohohohoo…^___^ Hmm..
mau Om,tp kalo suatu hari saya gak mampu beli rokok,saya gak bisa nyumbang 😀
setuju om..
tp apa benar dana yg di sumbangkan para perokok di dunia disalurkan dngan benar????
klo menurut sy lbh baik pajak rokoknya ya di naikin buat konservasi..
sangat setuju om, seandainya tiap2 komunitas menjalankannya, atau di tiap lomba burung berkicau disispkan sumbangan, misalkan ditarik tambahan Rp5000 / tiket, di tiap Latberan Rp 1000, kemudian ada lembaga pemerintah yg mengelola dananya…. insyaALLAH…… bisa lestari ….
Cocok Om…
KICAUMANIA dan OmKIcau bisa kerjasama dengan Balai Taman Nasional G.Merbabu untuk merehabilitasi hutan Merbabu yang rusak-parah, sehingga banyak mata air yang sudah mati. Selain mengembalikan mata-mata air, hutan baru yang kita bangun dengan uang donasi itu bisa juga kita jadikan habitat burung-burung yang telah terancam punah, paling tidak misalnya Jalak Putih, Jalak suren, AM, kacer, PC, dll.
Memang hasilnya baru bisa nampak dalam 10 sampai 15 tahun…tapi jika tidak kita mulai sejak sekarang, maka tidak akan pernah terwujud…