Salah satu hal yang banyak dikeluhkan peserta dalam lomba full penyisihan seperti yang dilakukan oleh Papburi, atau oleh EO lain yang mengadopsi tata aturan main Papburi, misalnya Nglaras Swara Jogja, adalah waktu tunggu yang sangat lama dimulai dengan tanding babak penyisihan sampai hasil rekapan nilai pada saat final.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selama ini, final dibarengkan di sesi terakhir. Jadi, kalau kita membawa burung yang jadwalnya dimulai pada sesi paling awal, penyisian A-F yang berlangsung pukul 10 pagi misalnya, harus menunggu hingga jam 5 sore untuk menunggu digelarnya sesi final. Atau menunggu hingga sekitar 5 jam.
Selain menimbulkan kelelahan dan rasa jemu, hal itu juga dituding para pemilik burung sebagai penyebab burung tidak bisa tampil maksimal mengingat pemilik juga kesulitan menyetel burung kalau harus menunggu sesi tanding berikut dalam rentang waktu lama.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Berdasar pendapat beberapa pihak, mulai peserta, EO maupun juri, penyusunan ulang jadwal tanding dan mempercepat proses entry rekap merupakan hal mutlak yang perlu dilakukan.
Kritik dan masukan ini, dalam berita tentang lomba Papburi Klaten (21/10) sudah disinggung, tapi kiranya kurang detil dan mungkin masih membingungkan bagi sebagian pembaca. Karena itu, tulisan dari Waca Jogja ini mencoba membeberkan lebih lengkap dan detil, termasuk contoh penyusunan jadwalnya, sehingga lebih gampang dipahami, termasuk oleh pembaca yang belum pernah ikut lomba full penyisihan model Papburi.
Berikut ini adalah contoh jadwal di Papburi yang selama ini digunakan:
1. PLECI ABC
2. KENARI KALITAN STANDAR ABC
3. KENARI KALITAN ISIAN ABC
4. KENARI STANDAR ABC
5. KENARI REGULER ABC
6. CAMPURAN IMPOR ABC
7. LOVEBIRD ABC
8. PLECI DEF
9. KENARI KALITAN STANDAR DEF
10. KENARI KALITAN ISIAN DEF
11. KENARI STANDAR DEF
12. KENARI REGULER DEF
13. CAMPURAN IMPOR DEF
14. LOVEBIRD DEF
15. FINAL PLECI
16. FINAL KENARI KALITAN STANDAR
17. FINAL KENARI KALITAN ISIAN
18. FINAL KENARI STANDAR
19. FINAL KENARI REGULER
20. FINAL CAMPURAN IMPOR
21. FINAL LOVEBIRD
Coba kita simak dari jadwal di atas. Setelah Pleci A-B-C, diselingi kelas lain Kenari Kalitan Standar A-B-C, dan seterusnya. Sesi Pleci D-E-F baru dimulai lagi di sesi ke 8, atau realitasnya di sesi ke 22. Satu sesi, waktu normal bila peserta 10 ekor dan burung secara umum nampil, 10 menit.
Bagaimana juri sebagai manusia biasa membandingkan secara cermat antara burung yang tampil di sesi A-B-C dengan D-E-F, setelah lewat jeda waktu yang begitu lama, dan setelah konsentrasinya juga tercurah memperhatikan 7 jenis burung yang lain? Bayangkan, dengan waktu per sesi 10 menit, jeda antara A-B-C dan D-E-F sudah lebih dari 200 menit atau dua jam lebih!
Belum lagi bila sebagian personel juri mungkin ada yang mendapat giliran istirahat, sehingga ganti juri baru yang tidak ikut menilai pada sesi sebelumnya.
Tentu kita bisa memahami, bahwa jadwal di atas didisain untuk mengakomodasi kepentingan agar panitia berkesempatan menjaring peserta lebih banyak. Maksudnya, bila peserta yang mendaftar tidak langsung full dari A-F, ada peluang peserta atau burung yang di sesi A-B-C kurang nampil atau nilai kurang, sehingga diperkirakan tidak bisa masuk 10 besar, bisa mendaftar lagi di sesi berikutnya D-E-F.
Sekarang, mari kita perhatikan usulan jadwal yang baru:
1. PLECI A-B-C-D-E-F
2. KENARI KALITAN STANDAR A-B-C-D-E-F
3. FINAL PLECI
4. KENARI KALITAN ISIAN A-B-C-D-E-F
5. FINAL KENARI KALITAN STANDAR
6. KENARI STANDAR A-B-C-D-E-F
7. FINAL KENARI KALITAN ISIAN
8. KENARI REGULER A-B-C-D-E-F
9. FINAL KENARI STANDAR
10. CAMPURAN IMPOR A-B-C-D-E-F
11. FINAL KENARI REGULEER
12. LOVE BIRD A-B-C-D-E-F
13. FINAL CAMPURAN IMPOR
14. FINAL LOVEBIRD
Model yang baru ini, satu kelas langsung diselesaikan penyisihannya, tentu dengan juri yang sama, tidak boleh ada penggantian sampai ke final jenis atau kelas yang sama, dengan harapan standar penilaiannya tidak berubah.
Secara logika, jadwal baru ini lebih memudahkan juri dalam menilai atau membanding-bandingkan antara burung yang tampil di sesi A dan seterusnya hingga F, karena tidak ada jeda atau diselingi jenis burung yang lain. Konsentrasi tidak sampai buyar. Asal proses rekap cepat, burung yang kurang kerja atau nilai kurang di sesi A, bisa mengulang atau mendaftar lagi di sesi C, D dan seterusnya.
Burung yang main di sesi awal, dalam contoh jadwal di atas Pleci, tidak perlu harus menunggu sampai sore untuk ikut final dan tahu juaranya. Cukup disela satu jenis burung/kelas yang lain, bisa langsung final, dengan asumsi setelah dilewati 6 sesi penyisihan, tentu rekap sudah selesai dan sudah diketahui yang masuk 10 besar untuk ikut final. Waktu tunggu dari penyisihan terakhir hingga final, hanya sekitar 1 jam.
Usulan ini disarikan dari berbagai sumber, mulai dari peserta, juri, panitia, EO yang sudah mengikuti lomba-lomba full penyisihan. Usulan baru ini bisa jadi menghasilkan hal yang lebih baik, tapi memang perlu keberanian panitia, sebab memang berpotensi mengurangi jumlah peserta.
Supaya lomba juga lancar dan waktu efektif, panitia juga harus berani untuk tidak mengulur-ulur waktu ketika peserta yang mendaftar belum full dari A-F. Kalau masih mengulur waktu demi menunggu penunpang, perkiraan waktu tunggunya bisa meleset jauh, dan berpotensi memunculkan protes peserta.
Misalnya, di awal sesi peserta yang sudah mendaftar baru 25, pada sesi C langsung jalan tanpa menunggu lama meskipun peserta hanya 5, dan tidak perlu mengulur lagi untuk menggelar sesi D. berarti tinggal cari 10 terbaik di antara 25 peserta. Setelah itu langsung dilanjut dengan sesi penyisihan kelas/jenis berikutnya.
Jika hal ini diterapkan maka kepentingan panitia, juri, dan peserta bisa terakomodasi. Bagaimana menurut pendapat Anda? (Waca – Jogja)