Terganggu hawa dingin di habitat aslinya, ribuan burung asal China, Jepang dan Siberia (Rusia-Asia) saat ini bermigrasi ke wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Mereka menuju kawasan selatan lereng Gunung Slamet dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu. Burung-burung ini membutuhkan suhu hangat di daerah tropis.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Menurut Koordinator Biodiversity Society Banyumas, Timur Sumardiyanto, ribuan burung yang bermigrasi itu terdiri atas beberapa spesies, mulai dari burung sikep madu asia dan elang alap, burung layang-layang, hingga burung air.

SIKEP MADU ASIA: DARI JEPANG DAN SIBERIA MENUJU INDONESIA

Burung sikep madu berasal dari kawasan utara Jepang dan daerah Siberia. Sedangkan elang alap berasal dari daratan China utara.

Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...

“Mereka terbang menempuh jarak ribuan kilometer melalui Semenanjung Malaya, melewati Sumatera, melintasi Jawa, dan berakhir di Nusa Tenggara,” kata Timur Sumardiyanto kepada wartawan, sebagaimana dikutip news.detik.com.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dalam sehari, rata-rata 800 ekor burung layang-layang api dan layang-layang loreng Asia melintas di atas Bendung Gerak Serayu. Burung-burung ini menggunakan kawasan hutan di sepanjang DAS Serayu untuk beristirahat pada malam hari. “Sungai Serayu disenangi burung migran, karena melimpahnya makanan dan air,” ungkapnya.

Migrasi burung tersebut terjadi setiap tahun. Burung membutuhkan suhu hangat yang bisa ditemukan di daerah tropis. Salah satu daerah tujuan mereka adalah kepulauan Indonesia.

“Sekarang memang sedang musimnya burung-burung dari belahan utara khatulistiwa untuk bermigrasi. Mereka terbang ribuan kilometer menuju tempat yang hangat, karena di tempat asalnya akan berlangsung musim dingin,” jelasnya.

Periode kedatangan migrasi burung-burung tersebut adalah Oktober-November. Mereka terbang mengikuti tiupan angin dan menghindari musim dingin. Setelah beristirahat sekitar tiga bulan, burung-burung ini akan memulai perjalanan pulang pada awal Maret.

“Di Indonesia, biasanya perjalanan mereka berakhir di Nusa Tenggara Timur. Setelah itu akan kembali lagi ke utara,” tambahnya.

Peneliti keragaman hayati, Hariyawan Agung Wahyudi, mengatakan kegiatan pemantauan proses migrasi burung secara tidak langsung sebenarnya bisa dikaitkan dengan perubahan iklim dan lingkungan. Bila terjadi perubahan kondisi lingkungan dan iklim di satu daerah, maka akan terjadi perubahan pola migrasi dari burung-burung tersebut.

“Migrasi burung sangat penting untuk mengetahui perubahan kondisi lingkungan, terutama terkait geotermal. Penggundulan hutan akan berdampak pada perubahan geotermal, dan burung bermigrasi dapat menjadi indikator perubahan tersebut,” kata Hariyawan yang sejak 2000 aktif memantau migrasi burung di kawasan Banyumas.

Salam dari Om Kicau.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.