Ada pemandangan yang mungkin relatif baru dalam berbagai lomba dan latber di kawasan Jogja. Jika sebelumnya kita melihat aktivitas ngecas bersama sebelum lomba dilakukan untuk jenis burung seperti anis merah dan pleci, kini hal yang sama terjadi pada cucak hijau. Benarkah fenomena ini hanya ada di Jogja? Mungkin teman-teman kicaumania dari daerah lain bisa share di sini apabila menjumpai hal serupa.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Memang jumlah burung yang saling ngecas belum sebanyak anis merah atau pleci. Namun dari waktu ke waktu, perkembangannya terus meningkat. Artinya, mereka yang semula belum ngecas mulai tertarik untuk mencobanya: sebuah strategi untuk mencoba setelan baru yang, siapa tahu bisa membuat burung makin nampil saat lomba.
Ketika sejumlah pemilik cucak hijau ditanya mengenai alasan ngecas bareng sebelum digantang, mereka umumnya mengaku ingin lebih “memanaskan” burung. Mengenai kenapa perlu dipanaskan dengan cara ngecas, mereka pun mengatakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekitarnya pada saat itu.
“Melihat cuaca Mas. Kalau kondisi mendung dan dingin, burung perlu tambah pemanasan dengan cara ngecas bareng calon peserta. Sebab cucak hijau sesungguhnya kurang kondusif untuk bertarung dalam kondisi mendung dan dingin, apalagi sampai gerimis atau hujan,” jelas Om Udin Kadisoka, yang belum lama ini melejitkan cucak hijau Cinta Damai di even latihan KMYK (24/11).
Hal yang sama disampaikan Om Gino, yang dalam latihan TKKM (5/12) menjadi runner up melalui gaco Loku. Dalam kondisi mendung, umumnya cucak hijau tidak mau nampil jika tidak diawali dengan pemanasan tambahan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Ada satu pertanyaan menggelitik dan mohon jangan disalahmengerti sebagai ego kedaerahan: benarkah model ngecas ramai-ramai cucak hijau ini khas Jogja? Dalam beberapa pengalaman meliput even lomba dan latber di daerah lain, saya kok belum menemukan model seperti ini.
Contohnya, saat even Triwulanan Laskar Sukowati Sragen, Kamis (29/11) lalu, ada seorang peserta asal Jogja yang menenteng cucak hijau. Namanya Tobil Proliman. Selama perjalanan Jogja – Sragen, burung menunjukkan tanda-tanda dalam kondisi siap tempur.
Di Sragen, situasi juga mendung dan relatif dingin. Menjelang sesi cucak hijau, Tobil memutar mencari sesama pemain cucak hijau. Maksudnya mau mengajak ngecas bareng sebagaimana kebiasaan di Jogja ketika cuaca mendung. Ternyatadi Sragen, para pemilik cucak hijau tidak mau diajak ngecas bareng.
“Waduh repot, kalau cucak hijau punya saya disandingkan, mereka menyingkir. Sampai saat di lapangan sebelum digantung, saya mencoba mencuri kesempatan untuk saya dekatkan, juga sudah minta izin dan mengatakan alasannya bahwa hal ini wajar dan benar. Eh, tetap saja pemain di sana pada tidak mau,” kata Tobil.
Akhirnya, jagoan milik Tobil memang tidak mau nampil maksimal. Tobil pun punya alasan kenapa burungnya lebih banyak diam. “Lha biasanya dihas, di sini tak ada teman yang mau diajak untuk saling ngecas supaya panas. Ya burung akhirnya diam dan malah ngantuk pengin tidur.”
Boleh jadi, apa yang terjadi di Jogja adalah kesepakatan tak tertulis yang muncul akibat kebiasaan. Bisa jadi pula, di daerah lain muncul fenomena serupa yang kita belum tahu apabila belum ada yang share di sini. (Waca-Jogja)
Salam sukses dari Om Kicau.