Survei rumah tangga tentang hobi memelihara burung pernah diselenggarakan Burung Indonesia, yang didukung oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI). Nielsen Survey Indonesia, Aksenta, Universitas Oxford, dan Darwin Initiative. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan, misalnya apa alasan kita memelihara burung. Ada enam jawaban yang paling banyak muncul, dan yang paling dominan atau lebih dari 40% dari 1.781 responden di 6 kota memberikan jawaban begini: “Burung mampu mengingatkan saya akan suasana di desa”.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Meski survei digelar tahun 2006, namun masih sangat relevan untuk masa sekarang. Kalau omkicau.com mengulas kembali hasil survei tersebut, itu semata-mata untuk mengingatkan kembali seluk-beluk hobi burung, sekaligus melakukan retrospeksi terhadap beberapa hal yang bisa kita perbaiki.

Survei ini memang digelar hanya di enam kota di Jawa dan Bali, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Surabaya, dan Denpasar, dengan jumlah responden 1.781 orang. Yang namanya survei, sigi, atau jajak pendapat, tentu tidak bisa mewakili hobi dunia burung di seluruh Indonesia. Namun, setidaknya, banyak pesan yang bisa kita dapatkan dari survei tersebut.

Berikut ini beberapa pertanyaan dan hasil yang diperoleh dari survei Burung Indonesia:

1. Persentase rumah tangga yang memiliki hewan piaraan di rumah

Wah, ternyata banyak juga ya orang yang memelihara hewan di rumah. Ini belum menyangkut jenis hewan apa yang dipelihara, karena akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

2. Jenis hewan apa yang paling banyak dipelihara dalam rumah tangga?

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Sebagian besar rumah tangga yang disurvei memelihara unggas (burung, ayam dan sejenisnya). Urutan berikutnya ikan, kucing, dan anjing.

3. Persentase rumah tangga yang memelihara burung

Seperti dijelaskan sebelumnya, 95% dari 1.781 responden memelihara hewan di rumah. Ketika ditanya apakah mereka juga memelihara burung, ternyata 40% menjawab “ya”.  Adapun yang 60% lainnya memelihara ayam, ikan, kucing, anjing, dan satwa lain selain burung.

4. Alasan orang memelihara burung

He..he.., rupanya memori masa kecil di desa susah dihilangkan. Saat saya menulis artikel Ocehan burung di pagi hari membuat suasana hati nyaman, muncul beberapa komentar bahwa suara burung membuat mereka teringat masa kecil di desa. Urutan kedua adalah burung bisa menjadi teman.

5. Persentase pemelihara burung berdasarkan jenisnya

6. Jenis burung yang paling banyak dipelihara

7. Khusus untuk burung berkicau, darimana kicaumania mendapatkan burung tersebut?

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Lebih dari separo (58,5%) responden yang memelihara burung mendapatkannya dari hasil tangkapan alam, baik melalui tangan pertama (pemikat) maupun pedagang burung. Inilah yang perlu kita perbaiki di masa mendatang, dengan beberapa anjuran berikut ini:

  • Untuk burung yang popular yang sudah ada yang menangkar, sebaiknya mulai sekarang membiasakan untuk membeli burung dari para penangkar. Mulai dari murai batu, kacer, cucakrowo, cucak hijau, cendet, tledekan, pleci, anis merah, anis kembang, dan sebagainya.
  • Jangan terpengaruh provokasi yang menganggap burung hasil tangkapan alam lebih bagus daripada burung penangkaran. Semua hanya faktor perawatan. Mari kita bermimpi, agar suatu saat nanti seluruh lomba burung berkicau hanya diikuti oleh burung-burung hasil penangkaran.
  • Untuk beberapa jenis burung yang belum banyak ditangkar, misalnya samyong, cucak rante, kapas tembak, cucak jenggot, dan sebagainya, omkicau.com mendorong mereka untuk menjadi penangkar melalui berbagai artikel penangkaran burung-burung tersebut di atas.

Meski demikian, saya pribadi tidak setuju dengan tudingan sebagian orang bahwa penggemar burung sebagai penyebab utama menurunnya populasi beberapa jenis burung tertentu. Penyebabnya sangat kompleks. Bahkan kalau mau jujur, dalam kasus di luar Jawa, maraknya penggundulan hutan menjadi sebab utama burung kehilangan habitat. Pada beberapa spesies burung penetap (bukan tipe burung migrasi), kehilangan habitat berarti kehilangan kesempatan untuk bertahan hidup.

Dalam kasus di Jawa, maraknya alihfungsi lahan pertanian dan areal perkebunan untuk keperluan non-pertanian juga menjadi penyebab utama beberapa spesies burung terancam punah. Logikanya begini, kalau spesies ekek geling jawa terancam punah karena ulah kicaumania, kok kita jarang sekali melihat sobat kicaumania memelihara burung tersebut: dari dulu sampai sekarang.

Seridit sulawesi dan serindit maluku juga terancam punah. Tetapi jarang sekali masyarakat di Sulawesi Tengah dan Maluku, yang menjadi habitat kedua jenis burung tersebut, yang memeliharanya. Bahkan tak ada lomba serindit di kedua wilayah itu, sebagaimana kicaumania Sumatera dan Kalimantan yang kini aktif melombakan serindit melayu.

Bukti lainnya adalah, dalam catatan IUCN Red List, seluruh jenis burung yang dilombakan di Indonesia  tidak termasuk dalam status di ambang kepunahan. Umumnya masih dalam status Least Concern (tidak terlalu mengkhawatirkan).

Adapun beberapa jenis burung yang dilindungi pemerintah, sesuai dengan PP No 7 Tahun 1999, tidak semuanya merupakan burung langka. Semua jenis burung dalam keluarga Nectariniidae, yang terdiri atas belasan spesies burung madu (sebagian kicaumania menyebutnya kolibri, meski saya pribadi menolak istilah kolibri untuk sebutan burung madu), dilarang dipelihara bukan karena kelangkaannya, melainkan karena burung ini menjadi salah satu aktor penting dalam penyerbukan tanaman di hutan-hutan dan lahan perkebunan.

Oke, kita belajar dari beberapa kekhilafan masa lalu, namun janganlah pihak lain secara gebyah-uyah menyalahkan kicaumania, dan tidak berani menyalahkan para pengusaha kelas kakap yang menghabisi habitat puluhan jenis burung berkicau di Indonesia.

8. Persentase burung impor dan burung lokal

Ternyata burung impor hanya sedikit sekali yang masuk dan dipelihara kicaumania. Sebagian besar atau sekitar 94,9% burung yang dipelihara kicaumania berasal dari negeri sendiri.

9. Jenis burung berkicau yang paling banyak dipelihara

Rupanya kenari masih banyak dipelihara kicaumania. Tetapi melihat perkembangan terkini, nampaknya data ini sudah tidak begitu akurat lagi. Terlebih survei hanya dilakukan di enam kota besar, sementara kicaumania tersebar di sejumlah kota / kabupaten di Indonesia yang jumlahnya sekitar 500 daerah.

10. Manfaat memelihara burung berkicau

Model pertanyaannya adalah responden disodori tujuh pernyataan. Setiap pernyataan harus dijawab dalam lima pilihan: sangat setuju, setuju, antara setuju dan tidak setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Hasilnya, sebagian besar mengatakan bahwa burung dapat melepaskan stress dan membuat hidup lebih santai.

Dampak ekonomi hobi memelihara burung

Dalam survei ini juga diketahui, bahwa setiap rumah tangga yang memelihara burung rata-rata mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta / tahun. Tidak dijelaskan apakah itu hanya biaya perawatan, atau sudah termasuk biaya pembelian burung. Burung Indonesia memperkirakan biaya yang dikeluarkan kicaumania di enam kota yang disurvei mencapai Rp 754 miliar / tahun.

Uang sebesar itu berputar ke sana-kemari, bahkan mampu menghidupi ribuan kepala rumah tangga melalui bisnis pakan burung, berdagang burung, penangkaran burung, perajin sangkar dan aksesoris kandang, perawat burung, pencari dan pembudidaya kroto (telur semut sangrang), pencari / pembudidaya jangkrik, ulat hongkong, ulat kandang, ulat bambu, hingga cacing tanah.

Jadi, jangan meremehkan hobi burung berkicau, karena menjadi sandaran banyak orang, baik sandaran ekonomi maupun sandaran psikologi seperti kepuasan dan ketenangan batin.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.