Di sebuah tabloid, juga di salah satu website, saya membaca tulisan tentang cucakrowo albino. Saya kaget, karena gambar cucakrowo albino tersebut tak seperti bayangan dan pengetahuan saya tentang albino. Demi kebenaran ilmiah, rasanya pemahaman tentang cucakrowo albino perlu diluruskan. Apabila tidak diluruskan, saya khawatir “kekhilafan” itu malah akan dianggap sebagai kebenaran oleh masyarakat yang belum tahu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Berikut ini beberapa gambar cucakrowo “albino” yang saya ambil dari sebuah tabloid serta website, tetapi dari penangkar yang sama (untuk kebaikan bersama, tidak perlu saya sebutkan).
Untuk mengkritisi gambar dan publikasi cucakrowo tersebut, kita mesti kembali ke pengertian dasar tentang albino. Apa sih yang dimaksud albino?
Masalah ini sudah dikupas tuntas dalam artikel Binatang-binatang albino yang eksotik. Saya hanya ingin membuat intisari dari artikel di atas :
- Albino adalah kelainan genetik akibat perpaduan gen-gen resesif dari orangtuanya, yang menyebabkan individu burung (juga manusia dan binatang mammalia) kehilangan pigmen melanin pada mata, kulit, bulu, kuku, dan paruhnya.
- Kehilangan pigmen melanin itulah yang membuat warna bola mata, iris mata, kulit, bulu, kuku, dan paruh pada burung tidak muncul. Akibatnya, burung albino akan memiliki bulu dan beberapa bagian tubuhnya yang terlihat putih susu atau putih pucat. Adapun iris matanya merah muda atau biru, dengan pupil merah. Contoh bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kalau mau gambar yang lebih dahsyat lagi, silakan lihat burung merak albino berikut ini:
Dalam artikel Misteri murai batu blorok juga sudah dijelaskan tentang pigmen melanin, yang bertanggung jawab atas warna hitam, merah-cokelat, cokelat, dan kuning tua. Bukankah semua warna ini juga dijumpai pada burung cucakrowo yang diklaim albino tersebut?
Ketika pigmen melanin hilang seluruhnya, maka burung disebut mengalami albino. Dalam beberapa kasus, seperti murai batu blorok, burung tidak kehilangan pigmen melanin secara total, tetapi kekurangan pigmen, atau kehilangan sebagian pigmennya, alias mengalami depigmentasi.
Karena hanya mengalami depigmentasi, maka yang terjadi adalah perubahan warna bulu di beberapa bagian tubuhnya saja. Berbeda dari kehilangan pigmen melanin, maka yang terjadi adalah perubahan warna bulu secara total, alias tidak memiliki warna, alias putih, alias albino.
Jadi, cucakrowo yang diklaim albino sebenarnya lebih tepat jika dikelompokkan sebagai cucakrowo blorok. Apalagi dalam gambar terlihat ketika berumur dua bulan saja bulunya tetap memiliki warna, cokelat muda di sebagian besar bulunya. Kemudian ketika berumur 6 bulan, warna cokelat dan hitam muncul di sana-sini.
Artinya, pigmen melanin jelas masih ada, meski tidak maksimal sehingga tidak memunculkan warna seperti cucakrowo pada umumnya. Lihat gambar cucakrowo yang diklaim albino (kali ini dipotret dari atas sangkar):
Masih banyak warna gelap yang muncul, warna yang menjadi tanggung jawab pigmen melanin. Jadi, sekali lagi, itu cucakrowo blorok, jauh dari cucakrowo albino.
Sekadar perbandingan, cucakrowo atau Pycnonotus zeylanicus memiliki saudara dekat bernama trucukan (Pycnonotus goiavier). Dari blog tetangga, ada gambar trucukan albino. Ini baru yang dinamakan albino.
Pada beberapa jenis burung, khususnya burung paruh bengkok (parrot) seperti lovebird, palek (cockatiel), nuri, dan sejenisnya, para penangkar justru berlomba-lomba mencetak burung albino, dengan menggunakan kombinasi induk jantan dan induk betina tertentu. Silakan cek kembali artikel Cara menyilang loverbird agar menghasilkan anakan lutino dan albino.
Galeri burung albino
Kalau masih belum jelas, berikut ini sekumpulan gambar burung albino, yang ternyata cantik juga dilihat :
Semoga bisa menjadi pengetahuan kita bersama. Bagi pemilik cucakrowo blorok, semoga semua ini karena ketidaktahuan kita saja. Anda tetap bisa menjualnya dengan harga tinggi. Sebab, bagaimana pun, cucakrowo blorok masih merupakan barang langka di negeri ini. Cuma, promosinya mesti diganti dengan yang lebih benar: cucakrowo blorok.
—