Kacer Satria Dewa, yang belum lama ini berjaya di Valentine PBI Jogja, gagal memenangi satu pun gelar juara 1 di BnR Award yang berlangsung meriah di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (3/3) lalu. Jagoan milik Jimmy DS (Jayakarta Team) ini hanya menempati juara 2 (dua kali) dan sekali juara 4 dari lima kelas kacer yang dilombakan. Bajing Ireng milik Zoel Bakung (Jambi Team) justru menjadi kacer terbaik, setelah menempati urutan teratas di Kelas Kacer Best of the Best (BOB).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Hujan deras disertai petir memang sempat memengaruhi performa beberapa burung jawara. Banyak burung berprestasi yang kerjanya menjadi kurang maksimal. Peserta pun mengalami beberapa hambatan, terutama ketika masuk ke Taman Wiladatika, karena genangan air terjadi di mana-mana.
Namun, para peserta umumnya sepakat bahwa kondisi alam yang kurang bersahabat tidak bisa dijadikan alasan kekalahan. Toh burung yang menang, maupun pemiliknya, juga merasakan hal yang sama.
Pertarungan di kelas kacer tak kalah seru, terutama setelah Bajing Ireng menunjukkan performa terbaiknya di Kelas BOB. Bajing Ireng memang sudah lama diprediksi bakal menjadi salah satu kacer terbaik di Indonesia. Tetapi siapa sangka prestasinya bisa melesat secepat itu, apalagi bisa mengungguli dua nama yang lebih dulu ngetop: Solo Berrick milik Mr Donk (Jogja) dan Satria Dewa.
Zoel Bakung, atau sering juga disapa Ijoel, sejak awal sudah optimis dengan kemampuan Bajing Ireng. Om Kicau pernah memuat profilnya, beserta para punggawa Jambi Team lainnya (silakan cek di artikel: Jambi Team siapkan jago-jago terbaik menuju BnR Award.
Solo Berrick, yang pernah mencetak rekor fantastis dengan memborong semua (lima) kelas di Tani Jaya Cup Balikpapan, berjaya di Kelas Kacer Pakan BnR. Di kelas ini, Solo Berrick justru mampu mengalahkan Bajing Ireng yang harus puas di urutan ke-7 dan Satria Dewa di posisi ke-2. Namun penampilannya kurang maksimal di Kelas Kacer AMB, dan hanya menjadi juara 7.
Bajing Ireng dan Solo Berrick merupakan beberapa burung yang mampu menembus dominasi Jayakarta Team. Tim tuan rumah yang dipimpin Andre SAS ini memang unggul di sejumlah kelas dan mampu meraih total poin terbanya, sehingga dinobatkan sebagai juara umum bird club (BC). Sedangkan juara umum single fighter (SF) diraih Mr Chandra (9 Naga BF) yang mengoleksi 10 gelar juara 1 di sejumlah kelas.
Meski menjadi juara umum BC, Jayakarta mendapat perlawanan sengit dari tim-tim lainnya, mulai dari Aceh hingga Lampung di Sumatera (termasuk Tim Bangka Belitung), tim seantero Kalimantan, serta beberapa tim dari Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Duta 168 Semarang, misalnya, mampu mendobrak dominasi Jayakarta Team di Kelas Anis Merah BOB, melalui jagoan milik Bambang Venus: Brutal. Penampilannya benar-benar memukau para penonton dan peserta lainnya. Sebelumnya, Brutal juga tak tertandingi di even Valentine PBI Jogja (17/2).
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Di kelas yang sama, jagoan Duta 168 lainnya, Samudra, milik Kombes Drs Suprodjo WS, finish di urutan ke-8. Sebaliknya, Jayakarta Team harus puas di urutan ke-5 dan ke-11, masing-masing melalui anis merah Red Label dan Sobek.
Duel Ratu Jagat Vs Putri Ayu di kelas cucak jenggot
Duta 168 juga menjadi ancaman serius bagi Jayakarta Team, setelah cucak jenggot andalannya, Ratu Jagat (milik Yayank Pangkalan Bun), menjadi juara 1 di Kelas CJ Ebod Vit. Namun burung yang dirawat Jikano Semarang ini menghadapi lawan sepadan, Putri Ayu (milik Herry TSI), yang mengalahkannya di Kelas Jatijajar. Di kelas ini, Putri Ayu menjadi juara 1, sedangkan Ratu Jagat di posisi kedua. Sebaliknya, di Kelas Ebod Vit, Putri Ayu menjadi runner-up di bawah Ratu Jagat.
Berikutnya ada nama Jondit, pria asal Solo yang kini tinggal di Buaran, Klender, Jakarta Timur. Membawa lovebird bernama Dewi San San, Jondit juga mencuri sekali juara 1. “Burung ini sudah sering dapat juara satu,” ujarnya, yang mengibarkan bendera Buaran SF.
Tawaran pun berdatangan setelah Dewi San San ditetapkan sebagai juara di Kelas LB Jatijajar B. Berapa? Sejauh ini, tawaran tertinggi sekitar Rp 125 juta, tetapi Jondit belum mau melepasnya.
Secara keseluruhan, lomba berjalan relatif lancar, meski sempat diwarnai insiden di Kelas MB Best of the Best, sehingga sesi ini terpaksa diulang.
Keluhan terhadap penilaian juri juga masih ada. Sebagian peserta merasa burungya kurang terpantau dengan baik. Bagaimana pun, juri, panitia, bahkan juga para peserta, adalah manusia biasa yang melekat dengan kelemahan. Memantau burung 70 ekor tentu bukan hal mudah, meski berbagai upaya terus dilalukan agar penilaian bisa berjalan dengan sebaik mungkin, seteliti mungkin, dan seadil mungkin.