Om Kicau sangat senang melihat para penangkar burung terus bertumbuhan di berbagai kota. Salah satunya adalah ABS Bird Farm, yang sukses dalam penangkaran murai batu, lovebird, dan kenari. Artikel kali ini akan mengupas bagaimana Om Agus, pemilik ABS, melakukan penangkaran murai batu, khususnya perawatan indukan dan cara menyiapkan anakan agar nantinya siap lomba. Adapun soal penangkaran lovebird sudah ditulis dalam artikel terpisah di sini.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Agus dulu dikenal sebagai penggemar burung kicauan, sering ikut lomba, dan pernah menjadi perajin sangkar burung dengan bendera yang sama: ABS. Sempat vakum cukup lama, akhirnya dia kembali menekuni hobinya setelah digandeng Mr Anca, salah seorang kicaumania senior di Jabodetabek, yang menekuni dunia penangkaran burung.
Bersama Mr Anca, Om Agus kemudian hunting ke Sumatera guna mencari beberapa ekor murai batu unggulan. Keduanya melakukan seleksi langsung di lapangan, ditambah data awal yang sudah disiapkan sejak dari Jakarta.
Seleksi yang dilakukannya mencakup kualitas suara, postur tubuh, dan prestasi. Beberapa murai batu yang pernah juara di Sumatera akhirnya berhasil dibawa pulang, dan dijadikan calon indukan.
Setelah memperoleh indukan berkualitas, sebagian dikembangkan di Jatiluhur, sebagian lagi diternak di rumahnya di Ciracas, Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Selain murai batu, dia juga menangkar lovebird dan kenari. “Kebetulan Bung Anca sudah lebih dulu menangkar. Saya sekadar meneruskan,” ujarnya.
Khusus untuk penangkaran di Ciracas, dia hanya memanfaatkan ruang-ruang bangunan yang ada, karena lahan memang terbatas. Ruang-ruang itu kemudian didesain sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan kandang penangkaran untuk murai batu dan lovebird.
Jadi, petak-petak kandang dibuat di dalam bangunan rumah, dengan ukuran 2 x 1,5 m2 dan tinggi 1,7 meter. Semua dinding bersifat tertutup, kecuali dinding bagian depan yang terbuka (ditutup kawat ram / strimin). Kotak sarang sederhana ditempatkan di sudut kandang.
Ada yang berbeda dari konstruksi kandang ternak murai batu di ABS. Posisi bak mandi ditempatkan di bagian depan kandang. Burung akan mandi bersama pasangannya apabila cuaca sedang panas.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kandang seperti itu bertujuan memudahkan pemilik jika ingin menangkap burung dalam kandang. “Saat mandi, burung bisa ditangkap di kandang mandi. Kalau tidak dengan cara seperti ini, burung bisa stres jika ditangkap di dalam kandang. Sebab induk jantan masih kita gunakan untuk lomba,” kata Om Agus.
Hampir semua indukan di kandangnya terbiasa dengan lalu-lalang manusia di sekitarnya. Jadi, mereka tetap anteng ketika mengerami telurnya, meski didatangi orang yang tidak dikenalnya.
Indukan tak pernah diberi kroto
Yang menarik, penangkaran murai batu ABS Bidr Farm sama sekali tidak menggunakan kroto. Ini berbeda dari sebagian besar breeder murai batu. Om Agus hanya memberikan jangkrik sebanyak-banyaknya, yang ditempatkannya dalam boks di atas lantai kandang beralas semen.
“Semua murai batu di sini, baik indukan yang sedang berproduksi maupun anak-anaknya tidak mengkonsumsi kroto. Pertimbangannya, selain penghematan dari aspek ekonomi, saya juga tidak mau repot dengan ketersediaan kroto segar yang terkadang mudah, tetapi terkadang sulit didapatkan,” kata Om Agus.
Sebagai pengganti kroto, dia menggunakan telur ayam rebus. Kuning dan putih telur yang sudah direbus dicampur atau diaduk menjadi satu bersama jangkrik, ulat, dan serangga lainnya.
“Kroto mengandung protein. Telur rebus juga mengandung protein, bahkan justru lebih higienis. Lagi pula, kroto dan telur rebus kan sama-sama telur. Bedanya, kroto itu telur semut rangrang. Sedangkan yang saya gunakan telur ayam,” selorohnya.
Apa yang dilakukan Om Agus hampir sama dengan yang dilakukan Om Yang-Yang (PM22 Bird Farm Tasikmalaya). Bedanya, Om Yang Yang menyajikan telur rebus yang diserut menggunakan serutan keju, dan diberikan kepada indukan tanpa dicampur dengan bahan pakan lain. Jangkrik dan ulat hongkong diberikan dalam wadah terpisah.
Meski tanpa kroto, pasangan indukan di dalam kandang penangkaran tetap produktif. pasangan indukan tetap dalam kondisi top formnya. “Yang penting jangkrik, telur rebus, dan ulat hongkong. Tanpa kroto tidak masalah. Dan itu terbukti, indukan tetap produktif, rajin kawin, dan bertelur hingga menetaskan anak-anakannya,” tambahnya.
Bagaimanapun caranya, Om Agus selalu berusaha menjaga kualitas indukan, agar selalu bisa menghasilkan anakan yang juga berkualitas. Terbukti produknya laris manis diserbu pelanggan, terutama para penggemar murai batu. Anakan dibiarkan diasuh indukannya hingga berumur 1 minggu. Setelah itu baru dipanen dan diloloh sendiri oleh Om Agus.
Memasuki umur 2 minggu, anakan dipasangi ring kode ABS. Biasanya setelah anakan diangkat dari sarang, induk jantan dan betina akan kembali kawin dan berproduksi lagi.
Dimaster sejak umur 10 hari
Karena anakan murai batu produksi ABS memang dipersiapkan sebagai burung lapangan alias burung lomba, maka sejak dipanen dan ditempatkan dalam sangkar khusus, mereka sudah diperkenalkan dengan suara master atau isian.
Anakan ditempatkan dalam sangkar-sangkar tersendiri dan ditempatkan dalam ruangan khusus. Di sekeliling ruangan terdapat aneka jenis burung isian atau master, mulai dari pelatuk, tengkek buto, lovebird, cucak jenggot, kenari, cililin, dan sejenisnya.
Om Agus juga sering menggunakan master elektrik seperti sonic master. “Suaranya terdengar jelas, dan biasanya akan direkam anakan murai baru,” jelasnya.
Itu sebabnya, produk anakan murai batu dari ABS setelah besar memiliki ciri khas. Yang keluar bukan suara dasar burung aslinya lagi, tetapi sudah berisi suara burung master. Sebab pemasteran sudah dilakukan sejak anakan berumur 10 hari. Itu yang membuat produk ABS terbilang laris di pasaran. (d’one)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.