Jangan ditiru ya, he… he… he… Ini hanya berlaku untuk burung, itu pun untuk jenis burung tertentu, sebagaimana hasil penelitian para ahli perilaku binatang dari Universitas Melbourne Australia dan University Groningen Belanda. Tim peneliti gabungan ini mengamati perilaku burung blue tit (Parus caeruleus) yang ternyata suka berselingkuh. Ssstttt, jangan bilang siapa-siapa ya, yang suka selingkuh justru burung betina !!!
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Blue tit memang burung imut yang cantik. Penampilannya mirip dengan great tit (Parus major), atau gelatik batu sejati yang hidup dan berkembang biak di Eropa. Bedanya, bulu-bulu pada tubuh bagian atasnya berwarna kebiruan.
Peneliti gabungan dari dua universitas ternama ini mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung blue tit. Mereka melakukan identifikasi DNA, untuk menentukan siapa bapak dari telur-telur burung tersebut.
Perlu diketahui, telur fertil langsung memiliki sel pertama yang mengandung susunan DNA lengkap dan bersifat tetap. Susunan DNA ini tidak akan berubah ketika telur menetas, atau ketika piyik sudah dewasa, lalu tua, dan mati.
Hasilnya mengejutkan! Sebagian besar telur yang menetas merupakan hasil pembuahan dari burung jantan yang bukan menjadi pasangan ibunya. “Hampir 75 persen telur dibuahi oleh pejantan lain,” kata Michael Magrath dari Universitas Melbourne, seperti diberitakan ABC News, Minggu (14/4) lalu.
Burung betina, tidak terkecuali blue tit, memiliki kemampuan unik dalam mengatur pembuahan. Dia bisa menyimpan sperma selama sehari dalam saluran reproduksinya. Jika sudah menyimpan sperma selingkuhannya, maka sperma burung jantan yang menjadi pasangannya antre di belakang sperma selingkuhannya. Begitu juga sebaliknya.
Jika sperma selingkuhannya sudah membuahi sel telur (ovum), barulah esok harinya sperma burung jantan pasangannya akan membuahi ovum berikutnya. Burung betina memiliki masa ovulasi 23 – 25 jam sekali. Jadi, urutan telur yang keluar memiliki jarak waktu seperti itu.
Galeri menarik burung blue tit
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Studi burung seychelles warblers
Hasil penelitian ini hampir mirip dengan studi yang dilakukan para ilmuwan dari University of East Anglia, Inggris. Mereka melakukan penelitian terhadap burung seychelles warblers (Acrocephalus sechellensis) di Pulau Cousin, Seychelles. Seychelles merupakan negara kepulauan berbentuk republik yang terletak di sebelah timur daratan Afrika.
Tim peneliti mengidentifikasi sekitar 97 persen dari total populasi seychelles warblers di negeri itu. Mereka mengambil sampel DNA dari sejumlah burung, lalu mengamati kebiasaan mereka sewaktu berkembang biak.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Molecular Ecology, para ilmuwan memantau 160 ekor anak burung yang menetas tahun 1997 – 1999, lalu melakukan uji DNA terhadap anakan-anakan tersebut setelah dewasa, dan itu dilakukan selama 10 tahun. Hasilnya ? Sekitar 40 % anak burung seychelles warblers dibuahi oleh burung jantan lain yang bukan pasangan ibunya.
Burung betina bersifat sangat oportunistis
Kedua hasil penelitian ini seperti menjungkirkan anggapan selama ini bahwa burung betina secara sosial hanya berhubungan dengan seekor burung jantan saja. Ini berlaku untuk semua jenis burung. Sebaliknya, pada beberapa spesies tertentu, burung jantan hidup berpoligami.
Karena itu, dalam berbagai literatur perburungan selama ini kerap tertulis, spesies burung A bersifat monogami, dan spesies burung B bersifat poligami. Tetapi fakta yang terungkap melalui dua studi di atas berbicara lain. Burung betina terkadang suka merespon burung jantan lain yang merayunya. Apalagi kalau penampilan burung jantan itu melebihi pasangannya. Jadi,
Dalam beberapa kasus, sekitar 70 persen telur yang ditemukan di beberapa sarang dibuahi burung jantan bukan pasangannya. Yang dimaksud burung jantan pasangannya adalah burung yang selama ini membangun sarang, menemaninya di sarang, melindunginya dari burung dan satwa lain, serta selalu memasok makanan ketika burung betina sedang mengerami telur.
Burung betina mudah berselingkuh, jika pejantan tersebut memiliki warna bulu yang lebih menarik atau ekor yang lebih panjang dari pasangannya. Karena fenomena yang diamati hampir seragam, para peneliti menyimpulkan bahwa burung betina seperti sadar ingin memperbaiki keturunannya. Makanya begitu ada pejantan yang merayunya, dan penampilannya lebih keren dari pasangannya, dia mau saja dibawa ke semak-semak.
Meski burung betina tidak mampu berpikir, para peneliti mengatakan ada dua manfaat dari perilaku burung betina yang berselingkuh. Pertama, memperluas keragaman genetik pada anak-anaknya. Kedua, anak-anaknya relatif lebih tahan terhadap penyakit.
Celakanya, burung jantan jarang mengetahui praktik perselingkuhan ini. Ia tidak menyadari jika sebagian telur yang menetas bukan anak kandungnya.
Bridget Stutchbury, ahli biologi yang juga penulis buku, mengatakan bahwa burung betina memiliki sifat sangat oportunistis. Burung betina sangat mudah dirayu oleh burung jantan yang bukan pasangannya, apalagi jika dalam kondisi birahi.
“Ketika burung betina menyelinap pergi dari sarangnya, dia bisa pergi menemui burung jantan lain, kawin, dan kembali lagi ke sarangnya,” kata Stutchbury, dalam sebuah wawancara di televisi Kanada. “Burung jantan yang menjadi pasangannya tetap melakukan tugas sebagai bapak, termasuk dalam merawat dan memberi makanan kepada anak-anaknya, meski tidak semua anakan itu adalah anak kandungnya sendiri.”
Oh, kasihan burung jantan !!!
Semoga bisa menambah ilmu pengatahuan kita bersama.
—