Sekitar 12 tahun lalu, nama Om Kuwadi cukup dikenal di kalangan pemain burung di wilayah Jabodetabek, karena selalu bertengger di urutan teratas kelas anis merah dan anis kembang, melalui Niki Sae. Lebih dari satu dekade, pengusaha sukses di bidang meubel, kusen pintu, jendela, dan aneka kayu jati ini absen dari ingar-bingar perburungan nasional. Kini, dia kembali lagi ke hobi lama, dengan menjadi penangkar lovebird, cucakrowo, murai batu, dan jalak bali, di bawah bendera Niki Sae Bird Farm Bogor.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kalau sudah hobi memang tak akan pernah lari ke mana. Bertahun-tahun menggeluti hobi burung, Om Kuwadi sempat rehat cukup lama. Ia bahkan beralih ke hobi lain, mulai dari tanaman hias hingga motor gede (moge) Harley Davidson.
Tiga bulan lalu, seorang kolega memberinya hadiah berupa dua pasang lovebird. Hal inilah yang membuat kenangannya kembali ke masa silam, ketika masih aktif di hobi burung. “Sudah lebih dari dua belas tahun saya total tidak memelihara burung,” kata Om Kuwadi, ketika ditemui omkicau.com di rumahnya yang asri, kawasan Warung Nangka, Ciawi, Bogor.
Kehadiran lovebird di rumah seperti memaksanya untuk kembali ke hobi burung. Tak hanya itu, ia mulai berfikir untuk menangkarkannya. Maka, diam-diam Om Kuwadi rajin hunting berbagai jenis lovebird, mulai dari lutino, albino, blorok, hingga warna-warna eksotik lainnya.
Jalan pintas dengan cara jebol kandang merupakan alternatif yang dipilihnya. Tidak sia-sia, belum genap tiga bulan menekuni breeding, indukan terus berproduksi seperti tiada henti. Meski Om Kuwadi membeli dengan cara jebol kandang, dia melakukan crossing sendiri dengan menggunakan pasangan lainnya.
Misalnya untuk menghasilkan anakan lutino mata merah, dia menjodohkan lutino mata hitam dan albino mata merah. “Dan terbukti memang, hasilnya lutino mata merah,” ungkap pria awet muda yang juga pengusaha kuliner Bakso Tukul ini.
Kandang penangkaran sebagai view ruang keluarga
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Om Kuwadi bukan sekadar membangun kandang penangkaran lovebird, tetapi juga melakukan penataan sedemikian rupa sehingga kandang sekaligus menjadi view unik dan menarik dari ruang santai keluarga.
Sebanyak 30 kandang lovebird ditempatkan di teras belakang rumah, yang berbatasan dengan ruang keluarga, dan dipisahkan oleh kaca tembus pandang. Jadi, ketika kita berada di ruang keluarga, otomatis bisa melihat langsung aktivitas burung-burung yang cantik tersebut.
Kandang penangkaran menggunakan sistem battery. Setiap pasangan menempati 1 petak kandang berukuran 60 x 100 cm2 dan tinggi 80 cm.
Kotak sarang atau glodok ditempatkan di bagian atas kandang. Bagian belakang kotak sarang diberi pintu untuk mengontrol telur dan memanen anakan. Jadi, pemilik tak perlu mengganggu pasangan induk dalam kandang ketika akan mengecek telur atau memanen anakannya.
Untuk pakan harian bagi pasangan induk, Om Kuwadi memberikan biji-bijian (millet, juwawut, canary seed), ditambah extra fooding (EF) seperti kangkung, jagung muda, dan sebagainya. Pemberian kangkung bisa lebih mempercepat produksi
Panen anakan umur 5 hari
Meski jebol kandang, Om Kuwadi mengganti beberapa pasangan induk, dan itu butuh waktu penyesuaian terhadap pasangan barunya. Pasangan yang sudah berjodoh akan kawin, dan sepekan kemudian induk betina bertelur.
Setelah menetas, anakan tetap diasuh induknya sampai umur 5 hari. Setelah itu baru dipanen, atau diangkat dari kotak sarang, dan dipindahkan ke boks inkubator yang sudah disiapkan. Bahkan tidak jarang dia melakukan panen saat anakan umur 3 hari.
Boks inkubator yang digunakannya terbilang modern. Dengan begitu, anakan burung pasca-panen merasa nyaman dengan suhu yang sudah diatur sebelumnya.
Begitu anakan dipanen, induk diistirahatkan selama 2 – 3 hari. Saat itulah dia mulai membersihkan kandang dan kotak sarang. Bahan sarang yang lama dibuang, lalu kotak sarang dijemur sehingga menjadi steril dari kuman. Setelah itu, bahan sarang yang baru dimasukkan ke kotak sarang.
Jika kandang dan aksesorisnya sudah bersih, pasangan induk kembali dimasukkan. Sekitar seminggu kemudian, induk betina akan kembali bertelur.
Makanan untuk piyikan merupakan hasil racikan sendiri, berupa adonan voer halus, ditambah bubur bayi, ditambah air hangat, lalu diblender hingga halus. Bubur ini diberikan setiap saat, terutama ketika piyikan cuap-cuap tanda lapar. Cara ini lebih aman, karena anakan selalu terkontrol makananya. Lain halnya jika diasuh oleh induknya. Jika anaknya terlalu banyak, terkadang ada anakan yang tidak dirawat dengan baik. Biasanya anakan yang menetas lebih dulu lebih diperhatikan induknya.
“Jika diloloh manusia, semua anakan mendapat porsi yang sama. Anakan kita asuh sampai umur 1,5 bulan atau sudah bisa makan sendiri. Memasuki umur 2 bulan lebih, mereka mulai dipisah dan ditempatkan di sangkar masing-masing,” kata Om Kuwadi.
Jalak bali, cucakrowo, dan murai batu
Selain menangkar lovebird jenis lutino, albino, dan blorok, Niki Sae Bird Farm Bogor juga mengembangkan penangkaran burung jalak bali, cucakrowo, dan murai batu. Saat ini baru ada lima kandang untuk masing-masing jenis burung selain lovebird.
Dari ketiga jenis burung tersebut, 80 % indukan sudah berproduksi. Untuk menangakr jalak bali, Om Kuwadi sudah mengantongi surat izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Barat, dengan Nomor SK 40 / BKSDA Jabar 2 / 2013 dan surai izin pengedaran dalam negeri bernomor SK 41 / BKSDA Jabar 2 / 2013.
Kandang jalak bali didesain dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 3,5 meter. Kontruksi kandang sengaja dibuat lebih tinggi. Bagian lantai dibuat berupa tanah bercampur pasir. Di dalam kandang juga disediakan pohon kecil. Semua ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban di dalam kandang.
Anakan jalak bali juga dipanen saat umur 5 hari. Selanjutnya dimasukan ke inkubator. Demikian pula untuk jenis burung cucakrowo dan murai batu. Anakan dipanen setelah umur 5 hari, dan selanjutnya dimasukan ke inkubator.
Untuk mengecek indukan yang sedang berproduksi, semua kandang dilengkapi dengan kamera CCTV yang terhubung dengan monitor 32 inci yang ditempatkan di ruang keluarga.
“Dengan kamera CCTV, kita bisa memantau semua perkembangan burung indukan, baik saat kawin, bertelur, mengeram, menetas dan merawat anakannya. Burung pun merasa nyaman dan tenang,” tutur Om Kuwadi. (d’one)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
harga Anakan Cucakrowo nya berapa Om
Manteb Om