Burung yang memiliki suara kencang, atau istilah popularnya “suara tembus”, tentunya sangat diidamkan sobat kicaumania di mana saja. Mereka akan mencari berbagai cara agar burungnya memiliki suara lebih kencang daripada biasanya. Mungkinkah kita mengubah volume burung yang semula pelan menjadi kencang? Apakah volume dari setiap individu burung merupakan sifat bawaan sejak menetas (faktor genetik), yang tidak bisa diutak-atik melalui perlakukan khusus? Ikuti penjelasan lengkap dari Om Kicau berikut ini.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Volume memang merupakan salah satu sifat bawaan burung sejak menetas, atau terkait dengan faktor genetis. Selain volume, irama lagu juga merupakan faktor genetis, sedangkan variasi lagu (termasuk isian) jelas dipengaruhi faktor perawatan, terutama pemasteran.
Tetapi ada dua hal yang harus dibedakan dalam memahami faktor genetik yang berkaitan dengan volume suara. Pertama, volume dari spesies itu sendiri. Kedua, volume yang dimiliki setiap individu burung dalam satu spesies.
Volume suara antara spesies yang satu tidak selalu sama dengan volume suara pada spesies lain. Contoh paling mencolok adalah spesies seperti murai batu dan cucakrowo memiliki volume suara kencang. Volume kedua spesies ini terdengar jauh lebih keras daripada burung pleci, gelatik batu, dan burung gereja. Ini jelas menunjukkan bahwa spesies yang satu memiliki volume lebih kencang daripada spesies yang lain.
Nah, volume suara antara individu murai batu yang satu dan individu murai batu lainnya bisa berbeda. Yang satu lebih kencang daripada yang lain. Demikian pula dengan pleci. Ada yang suaranya lebih kencang daripada pleci lainnya. Ini menunjukkan ada perbedaan genetis mengenai volume burung pada individu berbeda pada spesies yang sama.
Melalui dua pemahaman di atas, sulit rasanya untuk mengubah volume suara pada burung piaraan Anda di rumah, karena setiap individu sudah memiliki volume dengan kapasitas tersendiri. Volume, sebagaimana irama lagu, sangat berkaitan dengan pita-pita suara yang ada dalam syrinx, kotak suara yang terdiri atas tulang rawan.
Yang dapat kita lakukan adalah memaksimalkan volume suara burung, sehingga bisa mencapai kapasitas terbaiknya, dengan cara melatih secara teratur, memberinya makanan berkualitas. Kalau dikiyaskan pada manusia, ada penyanyi hebat yang sejak kecil memperlihatkan bakat bernyanyinya. Tetapi, tidak sedikit pula penyanyi hebat yang dulu belum pandai bernyanyi, tapi melalui teknik olah vokal mampu mencapai range suara tertentu, sesuai dengan kapasitas suaranya, sehingga tidak pernah terdengar fals.
Bagaimana burung mengeluarkan suara kicauannya?
Sebelum melangkah kepada cara memaksimalkan volume, perlu diketahui dulu bagaimana burung bisa mengeluarkan suara kicauannya.
Burung adalah binatang unik dan dibekali Tuhan dengan sebuah kotak suara bernama syrinx. Seperti halnya manusia, burung mulai berkicau dengan mengembuskan udara dari paru-paru. Pada manusia, vokal maupun konsonan tidak akan pernah muncul jika mulut dalam kondisi tertutup. Tak percaya? Silakan mengucapkan kata atau kalimat apapun dengan mulut tertutup (he.. he.. he…).
Burung mampu mengeluarkan suara dalam kondisi paruh terbuka maupun tertutup. Bahkan mampu pula bernyanyi sambil menggigit makanannya. Itu berarti suara burung tidak tergantung dari paruhnya. Pada manusia, suara sangat tergantung dari mulutnya.
Kotak suara pada burung juga berbeda dari manusia. Kotak suara manusia, yang disebut larynx, terletak di bagian atas tenggorokan, mengandung pita suara, dan menghasilkan suara saat udara yang diembuskan mengaktifkan “kabel-kabel” di sekitarnya. Burung juga memiliki larynx di bagian atas tenggorokan, tetapi tidak memiliki pita suara dan berfungsi sebagai katup aliran udara. Pita suara burung terdapat dalam kotak suara yang disebut syrinx, terletak di bagian bawah tenggorokan, tepat di atas dua bronkus yang mengarah ke paru-paru.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Syrinx yang merupakan organ yang berbentuk mirip kotak / petak ini berhubungan dengan membran yang bisa bergetar dengan elastis, yang berfungsi sebagai ruang resonansi untuk memproduksi suara kicauan. Otot khusus yang disebut syringeal inilah yang mengontrol syrinx.
Seekor burung bisa mengeluarkan suara bervariasi dalam dua cara, dengan memanipulasi otot syringeal untuk mengubah ketegangan dan posisi membran, sehingga pitch (frekuensi getaran) dari suaranya bisa dinaikkan atau diturunkan. Seekor burung juga bisa meningkatkan atau mengurangi tekanan aliran udara dari paru-parunya, sehingga membuat suaranya menjadi lebih keras atau lebih lembut, dan terkadang bisa berpengaruh pula terhadap pitch-nya. Resonansi pipa udara dalam tenggorokan burung yang bervariasi dalam ukuran dan bentuk dalam berbagai jenis burung juga mempengaruhi volume suaranya.
Jadi, secara umum, makin banyak dan makin kuat otot dari syrinx yang dimiliki oleh individu burung, berarti makin besar pula potensi untuk menghasilkan suara yang kompleks atau suara kicauan. Sebagian besar burung yang termasuk jenis pengicau (Passeriformes) memiliki 5-9 pasang otot syringeal. Sedangkan burung non-pengicau, misalnya merpati, hanya memiliki 1 pasang otot syringeal,
Karena itulah, kekuatan vokal dan panjang lagu (bisa dilihat pada kenari) juga sangat bergantung pada kekuatan otot dada dan paru-paru, serta kantung udara. Perbedaan mencolok dari jenis lagu ini bisa dilihat pada kenari rusia yang memiliki nada dan irama berbeda dari jenis kenari lainnya. Sebab kenari rusia memiliki bentuk syrinx yang unik dan sangat elastis (silakan cek kembali artikel kenari rusia di sini).
Memaksimalkan volume kicauan
Burung yang sehat dan kuat adalah burung yang mampu bersuara dengan lantang dan keras, sesuai dengan kapasitas berdasarkan spesies masing-masing. Sekali lagi, kapasitas maksimal volume suara pleci dan gelatik batu, misalnya, jelas berbeda dari volume suara murai batu dan cucakrowo. Jadi, upaya pemaksimalan ini dalam konteks berdasarkan spesies burung itu sendiri. Jika Anda memiliki murai batu yang mestinya bisa bersuara keras, tetapi faktanya tidak demikian, inilah yang bisa diperbaiki dan dimaksimalkan.
Agar burung memiliki volume suara maksimal sesuai dengan kapasitasnya, diperlukan pakan yang mengandung nutrisi secara serasi dan seimbang dalam perawatan hariannya. Nutrisi bisa saja didapatkan dari pakan utama maupun pakan tambahan / extra fooding (EF) yang diberikan pemilik atau perawatnya.
Namun, tidak seperti burung yang hidup di alam liar, burung-burung dalam pemeliharaan atau dipelihara dalam sangkar selalu memiliki masalah dengan nutrisi dan mineral. Sedangkan nutrisi inti seperti energi metabolisme (kalori), karbohidrat, protein, lemak, dan serat kasar relatif bisa tercukupi melalui pemberian pakan utama dan EF.
Kekurangan vitamin dan mineral ini bisa terjadi pada salah satu atau beberapa jenis saja, baik dalam level rendah maupun tinggi. Awam sulit mengetahui kekurangan jenis vitamin atau mineral tertentu, dalam level rendah atau tinggi, sehingga kita baru menyadarinya ketika burung mengalami gangguan kesehatan tertentu. Misalnya kelumpuhan (kekurangan mineral Ca dan P), burung mudah sakit (kekurangan vitamin C), banyak telur yang infertil (kekurangan vitamin K), dan sebagainya.
Karena itu, untuk memastikan burung selalu dalam kondisi fit, dan selalu aman dari risiko kekurangan vitamin dan mineral, diperlukan asupan dari luar. Pemberian multivitamin dan multimineral menjadi solusi terbaik agar burung dalam kondisi fit dan sehat, sehingga bisa mengeluarkan suara dengan volume maksimal, sesuai dengan kapasitas terbaiknya.
Melatif fisik burung juga dapat menguatkan otot-otot dada dan sayap, sehingga mampu menekan kantung udara dalam rangka menyanyikan kicauannya, serta menguatkan nafas. Beberapa pelomba sering menggunakan kandang umbaran untuk melatih fisik burung. Ini boleh saja dilakukan, sepanjang tidak menyiksa burung atau melampaui batas kemampuan burung.
Melatih fisik burung juga bisa dilakukan tanpa harus menggunakan kandang umbaran, tapi cukup memasukkan burung ke dalam sangkar / kandang yang agak besar, menambah jumlah tenggeran dan meletakkannya dengan jarak berjauhan, memisahkan tempat makan agak jauh dari tempat minum, dan sebagainya. Trik ini akan membuat burung lebih aktif bergerak di dalam kandang.
Jika Anda memiliki kandang aviary, bisa juga dimanfaatkan seminggu sekali untuk melatih fisik burung. Biarkan burung seharian dalam kandang tersebut, sejak pagi hingga sore hari. Sore, atau menjelang petang, burung dikembalikan ke sangkar harian.
Selalu mendekatkan burung-burung master, atau audio burung (mp3), juga dapat menjadi solusi tambahan untuk meningkatkan volume suara burung. Sebab burung akan terpancing untuk bersuara, sehingga melatih dan menguatkan pita-pita suaranya, untuk menghasilkan suara yang lebih keras.
Beberapa penyebab perubahan volume suara
Pada sisi lain, terkadang kita menjumpai seekor burung yang semula mempunyai volume keras, tiba-tiba mengalami penurunan volume. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, tetapi yang paling sering adalah keberadaan kotoran / dahak dalam tenggorokan serta infeksi di dalam tenggorokan burung. Oke, kita bedah satu-persatu mengenai dua penyebab utama tersebut.
A. Kotoran / dahak dalam tenggorokan
Kotoran / dahak dalam tenggorokan, baik yang berbentuk cair maupun agak mengental, jelas akan mengurangi volume suara burung. Dalam kondisi parah, dan tidak segera diatasi, hal ini akan membuat burung serak dan lama-lama macet bunyi.
Berikut ini tips mengatasi gangguan akibat keberadaan dahak / kotoran dalam tenggorokan burung :
Metode gurah
Metode gurah untuk menjernihkan suara burung bisa diterapkan dalam rangka membersihkan kotoran atau dahak di dalam tenggorokan burung. Hasilnya, selain kicauan terdengar lebih lantang, volumenya bisa makin tembus. Metode gurah pernah diulas omkicau di sini.
Menjemur burung setiap hari
Sebenarnya hampir semua pemilik burung akan menjemur momongannya setiap hari. Untuk mengurangi dahak, atau membuang dahak secara bertahap, burung dijemur tanpa diberi makanan dan minuman. Jangan khawatir burung akan kelaparan, karena di alam liar pun burung sering berjemur dalam waktu cukup lama tanpa makanan dan minuman.
Yang penting, penjemuran tidak lebih dari dua jam, apalagi sampai lewat pukul 10.00 pagi di mana matahari mulai menyengat. Terapi ini hanya diberikan sampai keluar cairan dari tenggorokannya. Setelah cairan keluar, burung bisa diberikan makanan dan minuman yang berupa larutan penyegar, selanjutnya dijemur seperti rawatan harian biasanya.
B. Infeksi dalam tenggorokan
Tenggorokan yang terinfeksi juga bisa menyebabkan suara kicauan burung menjadi tidak begitu full atau suara terdengar serak. Untuk itu diperlukan pengobatan khusus.
Infeksi tenggorokan bisa disebabkan adanya luka akibat terkena serangga. Misalnya terkena duri dari kaki jangkrik yang tidak dicopot sebelum diberikan, atau gigitan ulat hongkong yang masih hidup saat ditelan. Gejala yang bisa diamati antara lain burung mengalami sesak nafas, atau nafasnya terasa berat dan jelas terdengar, terutama pada malam hari.
Beberapa kicaumania pernah mengobati gangguan tersebut dengan metode gurah. Ini jelas keliru, karena gurah hanya untuk membuang dahak atau menjernihkan suara, bukan mengobati burung yang nafasnya berat (cek kembali artikelnya di sini). Untuk mengobati, tentu harus pakai obat, salah satunya BirdBlown.
Infeksi juga bisa disebabkan bakteri dan parasit yang masuk ke saluran pernafasan burung, terutama tungau kantung udara (airsac mite). Gejalanya bukan lagi sesak nafas, tetapi suara burung terdengar serak / parau, dan lama-lama macet bunyi. Ketika mendengar kicauan burung Anda mulai serak, jangan tunda pengobatannya. Anda bisa menggunakan BirdFresh untuk menyingkirkan tungau kantung udara serta bakteri dan parasit lain yang menginfeksi saluran pernafasan burung.
Itulah beberapa informasi tentang cara memaksimalkan volume hingga mengatasi perubahan volume pada burung.
—