Judul artikel ini berkesan provokatif. Tetapi itulah imbauan yang dilontarkan Adi Pirang, juri dan koordinator lapangan (korlap) yang mukim di Jambi, dan kini sukses menangkar kacer. “Indukan kacer sering meloloh anaknya sampai kekenyangan dan mati. Ini saya alami sendiri,” katanya ketika ditemui Kelana Lana, Rabu (10/7) malam, yang melaporkannya untuk omkicau.com. Untungnya, masih ada dua ekor anakan yang selamat, dan akhirnya dipanen untuk diloloh sendiri.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Adi Pirang bersama Daglex, kacer jawara yang ditangkarkan.

Ini merupakan kali kedua Om Adi Pirang berbagi pengalaman dalam menangkar kacer. Sebelumnya, dia pernah menceritakan pengalaman menariknya dalam menangkar kacer, yang berakhir dengan keberhasilan setelah menunggu berbulan-bulan. Apalagi burung jantan yang dijadikan indukan adalah Daglex, salah satu kacer jawara yang sebenarnya masih sering berprestasi di Jambi (cek informasinya di sini).

Om Adi Pirang menggeluti hobi burung kicauan sejak tahun 1999. Dia menjadi juri PBI Angkatan Ke-9, dengan No Reg 484/A- IX/PBI/2009. Atas usulan Ketua PBI Cabang Jambi, Alex Chandra, dia pun berkesempatan menjadi koordinator lapangan (korlap) sejak empat tahun terakhir. Saat ini sudah 25 even lebih, baik lokal dan regional di Sumatera, yang diikutinya sebagai korlap.

Artikel kali ini hanya membahas bagaimana menangani anakan kacer yang baru menetas, tentu berdasarkan pengalaman Om Adi Pirang sendiri. Sebab masalah penjodohan induk jantan dan betina sudah pernah dibahas dalam share pengalaman sebelumnya.

Memang tidak mudah menangkar burung kacer. Hal ini menjadi salah satu sebab, mengapa banyak breeder yang memilih murai batu sebagai komoditas usahanya. Banyak faktor yang menyebabkan para breeder gagal dalam menangkar burung fighter ini, seperti pernah dijelaskan Om Kicau secara detail pada artikel di sini.

Setelah menunggu 8 bulan, Om Adi Pirang akhirnya bisa memperoleh anakan dari Daglex, kacer jawara yang sengaja ditangkarnya saat masih berada di puncak prestasi. Anakan ini menetas pada November 2012. Kini, Daglex bersama pasangannya mampu menghasilkan anakan secara rutin.

Terakhir, induk betina yang menjadi pasangan Daglex menghasilkan tiga butir telur yang semuanya menetas. Sejak awal, Om Adi Pirang ingin mempercayakan pengasuhan ketiga piyik itu kepada induknya. Dalam hati, ia merada bahwa induk betina memiliki naluri merawat yang baik.

Induk betina saat masih mengasuh anakannya.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Tidak selamanya induk kacer memiliki naluri merawat anakan secara baik.

“Ternyata tidak selamanya induk kacer mampu meloloh anak-anaknya dengan baik. Buktinya, seekor anakan kecer mati kekenyangan, akibat terus diloloh induknya sendiri. Akhirnya, dua anakan yang masih hidup saya pisahkan, dan saya rawat sendiri,” ujarnya.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Bahan lolohan anakan kacer

Untuk bahan lolohan, Om Adi Pirang membuat sendiri. Ada dua jenis bahan yang dapat diberikan untuk meloloh anakan kacer. Pertama, voer yang dicampur dengan air hangat. Cara ini memang praktis, apalagi voer mudah dibeli di kios pakan burung.

“Tetapi, cara ini juga punya kelemahan. Biasanya, bagian kepala dan paruh anakan kotor dan basah karena terkena pakan lolohan ini. Jika tidak segera dibersihkan, anakan mudah sekali terserang penyakit, karena bagian yang basah mudah mengundang bakteri,” tutur Om Adi Pirang.

Kedua, bahan lolohoan terbuat dari kroto dan jangkrik. Kroto harus bersih dan segar, dan perlu dilembutkan terlebih dulu. Sedangkan jangkrik hanya diambil bagian perutnya saja, dan harus dilembutkan pula. Kedua bahan itu kemudian dicampur jadi satu, dan diberikan kepada anakan kacer.

Melalui berbagai pertimbangan, Om Adi Pirang pada akhirnya lebih menyukai lolohan yang terdiri atas kroto dan jangkrik. Faktanya, kedua anakan itu pun selamat sampai sekarang.

Pengalaman ini bisa menjadi referensi bagi penangkar pemula yang selama ini kesulitan dalam merawat anakan kacer, terutama banyaknya kasus anakan mati selama dirawat oleh induknya sendiri.

Berdasarkan catatan Om Kicau, tentu saja tidak semua induk kacer memiliki perilaku buruk seperti itu dalam merawat anaknya. Terdapat beberapa faktor. Bisa disebabkan karakter induk itu sendiri, tetapi bisa juga karena lingkungan kandang yang membuatnya tidak nyaman, dan sebagainya.

Namun, apabila Anda mengalami pengalaman di mana anakan sering mati saat diasuh induknya, dan bukan karena terinjak, segera periksa tembolok (crop) anakan yang mati. Jika tembolok penuh, berarti anakan mati akibat kekenyangan. Dalam hal ini, pengalaman Om Adi Pirang bisa menjadi salah satu solusi yang bisa Anda terapkan.

Anakan Daglex (menetas November 2012) kini sudah menjadi indukan baru.
Adi Pirang (kiri) bersama koleganya, Adi Godek.

Bagi yang mau konsultasi mengenai penangkaran dan perawatan burung kacer, di bawah ini ada alamat dan nomor telepon Om Adi Pirang.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.