Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah lovebird hasil penangkaran Tobil Proliman Jogja moncer di berbagai even, baik yang masih di tangannya maupun sudah dibeli orang lain. Prestasi terbaru diraih Jablay (kini milik Mamat Sate) yang menjuarai Pertamax Ceria Banjarnegara, Minggu (18/8). Bahkan Tobil pernah membawa gaco umur 3 bulan, Kayla Jr, dalam even P2B2M Magetan (21/6) dan sukses juara pula. Gaconya yang lain, Putri Ayu, juga menjuarai Handayani BC di Wonosari (14/3).
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Kini Tobil bukan sekadar pengorbit lovebird jawara, melainkan juga breeder lovebird kualitas lomba yang kian disegani. Hebatnya, semua itu diraihnya ketika dia tetap keukeuh pada breeding lovebird secara konvensional, di mana anakan tak pernah diloloh melalui spet atau hand feeding.
Om Tobil mengakui, usaha penangkaran lovebird ini sudah dijalaninya sejak dua tahun lalu di kediamannya, Dusun Proliman, Desa Bogem, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
“Awalnya sih coba-coba menjodohkan lovebird lomba yang kebetulan sedang birahi. Tidak ada pikiran untuk serius menjadi breeder. Tetapi karena memantau sepasang lovebird setiap hari, akhirnya jatuh cinta juga pada dunia breeding. Alhamdulilah, sekarang indukan sudah mencapai 20 pasang dan siap produksi,” kata Om Tobil.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Sebagai pengorbit lovebird jawara, tak sulit bagi Om Tobil untuk melakukan seleksi indukan terbaik. Apalagi dia memiliki beberapa burung jawara seperti Lady Gaga, Klenting Hijau, dan Klenting Kuning yang pernah mendominasi di berbagai even Blok Tengah. Semuanya kini dijadikan indukan.
Sampai saat ini, Om Tobil memang masih fokus pada lovebird suara. Jadi, ia belum berfikir mencetak lovebird warna-warna eksotik yang belakangan juga makin diminati penangkar serta penggemarnya.
Konsekuensi dari breeder lovebird suara adalah tak bisa langsung menjual anakan umur 1 bulan. Dia tidak ingin menjual lovebird sebagaimana membeli “kucing dalam karung”. Karena produknya adalah lovebird suara, tentu harus memiliki kriteria suara tertentu, dan itu harus melalui pemasteran.
“Kalau sudah dimaster, barulah dijajal di lapangan terlebih dulu. Seperti Kayla Jr, ketika berumur tiga bulan kita coba di P2B2M Magetan, dan berhasil juara. Harus ada bukti dulu mengenai kualitasnya,” kata Om Tobil, yang mengutamakan kualitas daripada kuantitas produk.
Ketika tampil perdana di P2B2M Magetan, 21 Juni lalu, Kayla Jr yang kini menjadi milik Sigit WMP Klaten sama sekali tak gentar dengan lawan-lawannya, dan selalu rajin bunyi. Tak heran jika burung ini meraih juara di usia muda dan pada penampilan perdana.
“Kaila Jr itu ngekeknya panjang-panjang dan gacor. Namun karena masih sangat muda, saya harus menahan diri untuk tidak terlalu sering melombakannya. Nanti bisa rusak mentalnya,” tambah Tobil.
Demikian pula dengan Putri Ayu. Saat turun dalam even Handayani BC di Wonosari (14/3), dan juara pula, Putri Ayu beberapa kali mengeluarkan tembakan panjang, diselingi dengan tembakan sangat panjang.
Diasuh induk sampai mandiri
Berbeda dari beberapa penangkar burung lainnya, Om Tobil lebih mengandalkan perawatan piyikan kepada induknya. Karena itu, sejak menetas hingga burung bisa mandiri (makan sendiri), anakan LB tetap berada dalam kandang induknya.
Dia sama sekali tak berminat mengikuti jejak rekan penangkar lain yang memamenan anakan ketika berumur 1 minggu, kemudian melolohnya menggunakan spet atau hand feeding. Menurut dia, apa yang dilakukannya itu sesuai dengan apa yang diyakininya lebih bagus.
“Ini untuk menjaga kualitas anakan. Kalau diibaratkan pada manusia, bayi yang diberi ASI sejak lahir lebih sehat daripada bayi yang sejak lahir diberi susu formula. Demikian juga piyik lovebird. Kualitas anakan yang diloloh induknya pasti berbeda dari anakan yang langsung diloloh dengan sistem spet, yang kini umum dilakukan para breeder untuk memenuhi tingginya permintaan pelanggan,” ujarnya.
Ketika diasuh induknya, piyik lovebird akan mendapat asupan pakan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhannya. Meski sistem spet membuat anakan cepat bongsor, tetapi soal kualitas di lapangan belum tentu terbukti.
Tobil pun mengakui, banyak sekali pemesanan yang belum terpenuhi akibat breeding konvensional yang dijalankannya. Namun, dia tak bergeming untuk segera mengasuh anakannya dengan sistem spet. “Sebelum bisa makan sendiri, saya belum berani memisahkan anakan dari induknya. Kadang-kadang, kita harus merelakan kepergian pelanggan ke breeder lain. Tak apa-apa. Yang penting, sekali orang beli anakan dengan Ring Tobil, orang tersebut langsung puas. Apalagi semua anakan pasti diuji dulu di lapangan,” ujar Tobil.
Sebulan setelah menetas, anakan dipantau setiap hari. Ini dilakukan untuk melihat kesiapan anakan menjelang dipisahkan dari induknya. Jika anakan sudah bisa makan sendiri, ya langsung dipisahkan.
Setelah dipisah dari induknya dan ditempatkan dalam sangkar tersendiri, anakan langsung ditempel dengan cucak jenggot dan kenari gacor. Proses mastering ini biasanya berlangsung 2 bulan, lalu diuji di lapangan seperti Kayla Jr yang dijajal saat berumur 3 bulan.
Dalam beberapa kasus, Om Tobil sering menjumpai anakan lovebird yang sudah gacor hanya sebulan setelah dimaster, dia tetap belum berani menurunkannya di lapangan. “Soalnya takut akan merusak mentalnya. Intinya, selalu dipantau setiap hari,” tandas Om Tobil.