Ardhy Happard dikenal sebagai breeder sekaligus pengorbit lovebird jawara. Beberapa burungnya moncer di lapangan, antara lain Mata Dewa dan Mata Dewi. Mata Dewa sudah puluhan kali juara atau minimal masuk 10 besar dalam berbagai even nasional. Paling gress adalah keberhasilannya menjadi juara 3 dan juara 7 dalam even nasional Royal Cup 2013 di Lapangan Banteng Jakarta, Minggu (25/8) lalu. Dan, percaya nggak percaya, Om Ardhy merawat gaco-gaconya ini tanpa penjemuran !
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Apa kelebihan Mata Dewa? Menurut Ardhy, burung ini mengeluarkan suara ngekek yang panjang. Interval suaranya saat narik bisa mencapai empat oktaf. “Yang lebih penting, gaya nyekleknya saat narik panjang seringkali mencuri perhatian juri dan memukau penonton,” kata Om Ardhy.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Kebetulan, Mata Dewa dan Mata Dewi merupakan lovebird hasil penangkaran sendiri di rumahnya, Jl Jati Bendungan No 9 RT 006 / RW 03, Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur.
Keduanya berasal dari pasangan induk yang sama, bahkan dari periode peneluran yang sama, serta diloloh secara bersama-sama pula oleh induknya. Keduanya kini berumur dua tahun.
Sampai saat ini, induk jantan dan induk betina dari kedua gaco ini masih aktif berproduksi. Bahkan, ketika Om Kicau datang ke penangkarannya, induk betina sedang bertelur. “Adik-adik Mata Dewa juga bagus. Umur tiga bulan sudah narik panjang-panjang,” ungkap Om Ardhy.
Dari sisi ini, Om Ardhy memiliki keunggulan tersendiri, karena dia sudah tahu kualitas induk jantan dan induk betina. Tetapi, jika Anda tak berkesempatan seperti Om Ardhy, maka tips perawatan yang dilakukannya tetap bisa diterapkan terhadap lovebird yang Anda beli sejak anakan.
Mata Dewa dan Mata Dewi kini menjadi duet amunisinya ke berbagai even, yang mengharumkan nama Happard SF. Sudah tidak terhitung berapa lembar piagam yang dikoleksi kedua lovebird ini, yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah ini.
Mata Dewa bahkan sudah menjuarai hampir semuua lomba yang digelar event organizer (EO) ternama di negeri ini, mulai dari Pelestari Burung Indonesia (PBI), BnR, hingga EO independen.
Hebatnya lagi, Om Ardhy sering menurunkan gaconya tidak hanya pada hari Minggu, tetapi juga pada hari lain. Sebab, latber di Jabodetabek bisa dikatakan hampir setiap hari ada kecuali Senin. “Mata Dewa dan Mata Dewi dalam seminggu bisa mengikuti tiga even. Misalnya Selasa dan Kamis ikut latber, lalu Minggu ikut latpres,” ujarnya.
Berikut ini tips perawatan lovebird lomba ala Om Ardhy:
1. Perhatikan kualitas pakan
Kebetulan Om Ardhy tidak pernah memanen piyik lovebird pada umur 5 – 10 hari, karena semua anakan diasuh induknya hingga lepas sapih (umur 2 bulan). Karena itu, dia hanya memperhatikan kualitas pakan pada indukan, yang nanti akan melolohkan pakan kepada anak-anaknya. Dalam hal ini, Om Ardhy memberikan pakan biji-bijian berupa juwawut dan milet putih.
Apabila Anda membeli anakan lovebird, tentu tinggal menyesuaikan pakan untuk piyikan tersebut. Om Kicau sudah pernah mengulas beberapa formula pakan untuk anakan lovebird, antara lain:
- Bubur sereal untuk bayi, yang diberikan melalui sendok (bukan spet atau handfeeding). Silakan cek tips pakan anakan lovebird dari Yudi Taurus BF di sini.
- Adonan voer halus dan bubur bayi, ditambah air hangat, lalu diblender hingga halus. Cara ini sudah dipraktikkan Om Kuwadi, pemilik Niki Sae Bird Farm Bogor (lihat artikelnya di sini).
- Produk lolohan khusus lovebird, seperti Nutri-Love Hand Feeding.
Pakan lolohan itu diberikan sampai lovebird sudah bisa makan sendiri, atau sekitar umur 1 bulan.
2. Pemasteran sejak dini
Karena Om Ardhy mempercayakan pengasuhan anakan-anakan lovebird kepada induknya, maka pemasteran terjadi melalui dua tahap. Pertama, pemasteran alami ketika anakan diasuh induknya sejak menetas hingga umur 2 bulan.
Karena pasangan indukannya bersuara panjang, otomatis semua anaknya akan menirukan tarikan suara indukannya. “Jadi, untuk menghasilkan lovebird lomba sebenarnya tidak perlu harus berasal dari indukan juara. Yang penting, pasangan indukan sama-sama bersuara panjang, sehingga semua anakannya pasti akan menirukan suara indukannya,” ujarnya.
Inilah yang terjadi pada Mata Dewa dan Mata Dewi, di mana bapak dan ibunya bukanlah trah juara, tetapi memiliki suara panjang. Melalui pemasteran dan perawatan konsisten, anakan pun memiliki suara panjang dan punya prospek bagus di lapangan.
Ketika anakan dipisahkan dari induknya, yaitu umur 2 bulan, maka setiap anakan dimasukkan ke sangkar soliter. Sangkar-sangkar tersebut didekatkan dengan sangkar lovebird yang mempunyai suara panjang, agar bisa dimaster oleh anakan-anakan tersebut.
“Kunci sukses lovebird lomba sebenarnya pada pemasteran, bukan (mutlak) dari darah induk juara,” kata Om Ardhy. Dia biasa memaster anakan lovebird di ruang khusus, seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
3. Jangan menampilkan lovebird terlalu muda
Om Ardhy berpesan, jangan sekali-sekali menurunkan lovebird di lapangan ketika usianya masih sangat muda. Lovebird baru mencapai kestabilan suara jika usianya sudah dewasa, atau setidaknya sudah mengalami masa mabung pertamanya. “Jadi, sebaiknya menurunkan lovebird kalau umurnya memang sudah dewasa,” pesannya.
Dalam hal tertentu, pendapat ini sama seperti yang dianjurkan Om Anto 999, pemilik Ananta Bird Farm Sragen, yang juga dikenal sebagai breeder dan pengorbit lovebird jawara tingkat nasional. Dia menyarankan, lovebird setidaknya ditampilkan di lapangan kalau umurnya minimal 6,5 bulan (buka arsipnya di sini).
Tetapi masalah ini terkadang bersifat debatable, karena tidak sedikit pula lovebird muda yang sudah memiliki kualitas suara bagus di usia muda. Misalnya Putri Ayu dan Kayla Jr, hasil penangkaran Om Tobil Proliman, atau Kirana milik Om Dwi Wahyudi (DT Farm Jogja). Kirana bahkan menjadi juara 2 Piala Raja 2013 di usia belia: 6 bulan ! Jadi, silakan disikapi sendiri secara bijak.
Om Ardhy pertama kali menampilkan Mata Dewa ke arena lomba saat berumur 7 bulan. Saat itulah burung selalu siap jika bertempur dengan saingannya yang jauh lebih tua. Kalaupun ingin mencoba burung muda boleh-boleh saja, asalkan jangan terlalu sering, dan lawannya juga jangan terlalu berat dulu. Even latberan bisa menjadi ajang melatih mental lovebird. “Kalau lovebird muda terlalu sering turun lomba, nantinya bisa rusak. Kerjanya di lapangan jadi nggak bener,” sarannya.
4. Simpan burung lomba di ruang khusus
Apabila sudah memutuskan lovebird A diprioritaskan untuk lomba, dan lovebird B untuk hiburan di rumah, maka lovebird A harus dipisah dan disimpan dalam ruangan khusus. Ini untuk mencegahnya agar tak mudah terpancing bersuara saat mendengar suara burung sejenis di sekitarnya. Apalagi jika mendekati hari lomba, burung benar-benar harus diistirahatkan total.
Beberapa keunikan yang perlu diungkap
Di luar tips perawatan lovebird lomba seperti disebutkan di atas, ada dua kebiasaan Om Ardhy yang unik atau cukup nyeleneh, sehingga harus dipisahkan dari tips perawatan lovebird lomba.
Namun, itulah fakta yang dilakukannya selama ini terhadap Mata Dewa dan Mata Dewi. Meski bertentangan dengan pendapat umum, Om Kicau tak akan menyembunyikan fakta tersebut.
Berikut ini dua fakta nyeleneh yang biasa dilakukan Om Ardhy dalam perawatan lovebird lomba:
1. Perawatan tanpa penjemuran
Om Ardhy paling ogah menjemur lovebird lombanya. Jadi, begitu dimandikan, burung hanya dianginkan sebentar, kemudian dikerodong lagi. Mandi pun tidak berlebihan, hanya setengah jam, lalu digantang untuk diangin-anginkan.
He… he… he…, aneh tapi nyata, dan silakan disikapi sendiri. Namun, perlu diingat juga, penjemuran memiliki banyak manfaat, termasuk menyerap sinar matahari sebagai sumber provitamin D (lihat manfaat penjemuran burung). Bahkan, terapi penjemuran bisa mendongkrak power lovebird, seperti pernah ditulis Om Kicau di sini.
2. Pakan hanya berupa milet putih
Om Ardhy juga memberikan pakan sekadarnya kepada gaco-gaconya, yaitu hanya berupa milet putih. “Pakan cukup milet putih, nggak usah macam-macam,” kata dia. Alasannya, lovebird bukan burung fighter, melainkan burung koloni, sehingga tidak perlu dipacu melalui extra fooding (EF).
Cara ini juga dilakukan Om Fredy dari ILB Sarolangun Jambi (cek artikelnya di sini). Bedanya, jika mau turun lomba, Om Fredy selalu memberikan jagung muda mulai H-2.
Untuk masalah pakan seperti ini, tentu jangan dijadikan standar perawatan lovebird lomba. Sebab, risiko di kemudian hari pasti akan muncul. Jika sekarang belum muncul, dan burung masih moncer di lapangan, Om Kicau bisa memastikan kalau kualitas genetis Mata Dewa dan Mata Dewi memang bagus, yang diwarisi dari salah satu atau kedua induknya.
Tetapi memberikan pakan lovebird hanya berupa milet putih, tanpa keragaman bahan pakan lainnya jelas berbahaya. Sebab kandungan nutrisi pada milet putih sangat terbatas, dan lebih didominasi karbohidrat dan energi metabolisme (kalori).
Makanya, ketika para pemain menerapkan EF berupa sayuran, sebenarnya ini untuk melengkapi kebutuhan nutrisi penting lainnya, khususnya protein, vitamin, dan mineral.
Itu sebabnya, mengapa dua hal yang agak nyeleneh terpaksa Om Kicau pisahkan dari tips perawatan lovebird lomba, karena memang sangat berisiko bagi lovebird lain, terutama jika kualitas genetisnya tak sebagus Mata Dewa dan Mata Dewi. (d’one)
—
Ardhy Happard SF
HP 0838 9966 0022 / PIN BB 2263FC12
Jl. Jati Bendungan No 9 RT 006 / RW 03, Kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur
—
—