Pelatuk bawang (Dinopium javanense) biasanya dipelihara untuk dijadikan burung master. Burung ini juga kerap dijadikan pelengkap ritual bernuansa mistik. Di sisi lain, habitat burung ini makin menyusut, menyusul maraknya alihfungsi hutan untuk kegunaan lain. Tak heran jika pelatuk bawang kini sangat sulit ditemukan di habitat aslinya, kecuali di beberapa kawasan taman nasional. Maukah Anda memulai penangkaran burung pelatuk bawang. Hasilnya bisa dijual sebagai burung master, bukan dijadikan sebagai pelengkap ritual yang sarat mistik, hi… serem….
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
—-
Pelatuk bawang termasuk salah satu jenis burung yang sering digunakan sebagai media dalam sebuah laku ritual. Bahkan, menurut orang zaman dulu, burung ini diyakini memiliki khasiat mistik / supranatural yang kemudian menjadi kultur / budaya yang tidak bisa dilepaskan.
Sebagai umat beragama dan punya logika, seharusnya kita tak perlu memercayai mitos seperti itu. Tapi fakta di lapangan sulit diingkari, betapa sebagian dari masyarakat kita masih memercayainya. Mereka bahkan rela merogoh kocek, minimal Rp 1 juta, hanya untuk membeli burung yang hanya dijadikan pelengkap ritual.
Boleh jadi, inilah salah satu faktor utama mengapa angka perburuan pelatuk bawang di masa lalu sangat tinggi dan berimbas pada menipisnya populasi burung yang punya jambul seperti tokoh kartun Woody Woodpecker ini. Tentu, kita tidak menafikan dua faktor lain, yaitu pemanfaatan pelatuk bawang sebagai burung master dan maraknya alihfungsi lahan untuk tujuan lain.
Karena itu, diperlukan upaya penangkaran terhadap pelatuk bawang agar tak terancam punah. Jika berbicara soal breeding burung, kita tidak bisa mengandalkan upaya pemerintah yang telah melakukannya di beberapa kawasan konservasi seperti taman nasional.
Alangkah baiknya kita selaku penggemar burung bisa terlibat aktif melalui breeding di rumah masing-masing, khususnya bagi mereka yang selama ini sudah berpengalaman dalam menangkar jenis burung lainnya. Apabila berminat, Om Kicau akan memberikan sedikit panduan yang bisa dikembangkan sendiri sesuai situasi-kondisi masing-masing.
Panduan ini bersumber dari apa yang telah dilakukan Milwauke County Zoo, Wisconsin, Amerika Serikat, yang telah berhasil mengembangbiakkan burung pelatuk bawang.
Sekilas tentang burung pelatuk bawang
Burung pelatuk bawang / common blackfame atau sering juga disebut gloden-backed woodpecker merupakan spesies burung khas di Kawasan Oriental, yang mencakup negara-negara di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan wilayah selatan China. Di Indonesia, burung ini dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali.
Mereka biasa mendiami kawasan hutan lembab dan terbuka, semak belukar, hutan bakau, areal perkebunan kelapa dan tanaman perkebunan lainnya, taman-taman dan lapangan luas seperti lapangan golf. Di alam liar, burung ini sering memakan semut, larva serangga, kalajengking kecil, kecoa, dan jenis serangga lainnya.
Perkembangbiakan dapat terjadi sepanjang tahun, di mana mereka akan menggali lubang di batang pohon baik dengan ketinggian rendah (kurang dari 2 meter) maupun di lokasi yang sangat tinggi (10 meter). Namun yang sering dijumpai, lubang sarang berada pada ketinggian kurang dari 5 meter.
Pohon yang kerap dijadikan sarang antara lain batang pohon kelapa dan tanaman buah. Jumlah telur biasanya terdiri dari 2-3 butir telur.
Membedakan burung jantan dan betina
Jenis kelamin burung pelatuk bawang bisa dibedakan dari penampilannya. Burung jantan memiliki jambul berwarna merah di bagian atas kepalanya. Hal ini tidak dijumpai pada burung betina, yang bagian atas kepala hanya berwarna hitam.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
—-
Model kandang penangkaran
Kandang penangkaran harus terbuat dari rangka besi, dengan dinding kawat kassa. Jika menggunakan bahan kayu. bersiap-siaplah untuk digerogoti oleh paruhnya yang kuat. Namanya juga burung pelatuk, perilakunya pasti sering mematuki benda-benda di sekitarnya.
Model kandang yang cocok untuk menangkar burung ini adalah kandang aviary, namun hanya diisi sepasang burung saja. Ukuran kandang menyesuaikan, dengan patokan ideal panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 2-2,5 meter.
Masukkan satu atau beberapa pot berisi tanaman berdaun rindang, untuk mengkamuflase seperti kondisi di habitat aslinya. Tempat bersarang bisa menggunakan potongan batang pohon berlubang. Misalnya, batang pohon palem atau kelapa.
Potongan batang diletakkan dalam posisi berdiri (vertikal), yang nantinya akan digunakan burung indukan untuk merayap dan menyempurnakan lubang yang ada.
Alternatif lain, Anda bisa menggunakan sebuah gelodok untuk tempat mereka bersarang yang digantung di lokasi strategis.
—-
Wadah pakan sebaiknya diletakkan di lokasi yang berdekatan dengan kotak sarang, karena burung sering mencari lubang untuk bersarang yang banyak pakan di sekitarnya.
Dengan alasan ini pula, Anda bisa menyediakan lebih dari 1 unit kotak sarang, agar burung bisa memilih sendiri. Jika induk sudah bertelur dan mengeram, kotak sarang yang lain bisa disingkirkan dari kandang.
Pada waktu induk sedang berada di dalam sarang, pastikan burung bebas dari berbagai gangguan yang dapat membuatnya takut, waspada, atau terancam. Burung ini dikenal sensitif, bahkan agak penakut. Pemberian / penggantian pakan cukup dilakukan sekali saja, pagi atau sore hari.
Di habitat aslinya, burung pelatuk jantan akan mengeluarkan bunyi tabuhan paruhnya yang disebut dengan istilah drumming. Hal ini untuk merangsang dan menarik perhatian burung betina.
Pada burung di kandang penangkaran, mereka mengalami kesulitan melakukan drumming, karena minimnya batang pohon yang keras yang bisa ditabuhi dengan paruhnya. Karena itulah, perawat burung pelatuk bawang di Milwauke County Zoo membuat kreasi sendiri.
Mereka menggantung lembaran logam seperti loyang kue / pie fan, yang ternyata dapat digunakan pelatuk jantan untuk mendukung perilakunya saat merayu burung betina. Si jantan sering mematuki loyang itu dan terdengarlah suara drumming.
—-
Induk betina akan menghasilkan telur sebanyak 2 – 4 butir, yang akan dieraminya selama 11 – 12 hari. Induk jantan tidak terlibat dalam tugas pengeraman. Dia hanya bertugas mencari pakan dan memberikannya kepada burung betina.
Setelah menetas, anakan dirawat oleh kedua induknya sampai mandiri. Anakan baru keluar dari sarang pada umur 23-30 hari. Begitu keluar dari sarang, mereka langsung bisa terbang, bahkan memanjat batang pohon dengan lihainya.
Namun, pada umur tersebut, anakan pelatuk bawang belum memiliki kemampuan berkicau. Untuk tahap awal, sebaiknya serahkan seluruh proses perawatan anakan kepada induknya. Jika anakan sudah lepas sapih, maka induk betina akan bisa bertelur kembali.
Apabila dihitung sejak anakan menetas hingga induk betina dapat bertelur kembali, dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan kemudian. Kelak, jika sudah mahir, anakan bisa dipanen pada umur 8-10 hari, sehingga pasangan induk bisa kembali berproduksi sekitar 1-2 minggu kemudian.
Suara pelatuk bawang untuk masteran
Suara burung pelatuk bawang ternyata memiliki karakter tersendiri, dan cocok digunakan sebagai masteran bagi burung kicauan Anda di rumah, mulai dari murai batu, cucak hijau, cendet, dan sebagainya.
Bagaimana suara burung pelatuk bawang? Berikut ini audionya yang bisa Anda dengar dan / atau diunduh :
| DOWNLOAD
—
Itulah tips singkat bagaimana menangkarkan burung pelatuk bawang. Tulisan ini sekaligus untuk memenuhi permintaan Om Gatot dalam komentarnya, yang ingin mengetahui cara breeding burung ini.
Bagi Anda yang membutuhkan informasi / panduan breeding jenis burung lainnya, dan selama ini belum ditulis Om Kicau, silakan kirim permintaan melalui boks komentar di bawah ini, atau melalui email redaksi omkicau.com.
—-
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
mas bro kicau, aq kan lg nangkarkan banyak jenis burung cuma skrg lg pengen nagkarkan burung pelatuk bawang, kira2 bisa bantuk untuk crkan indukan/bibitnya sepasang, harga ikut dami, salam sukses mas bro
burung pelatuk bawang nya harga berapa pak. .and daerah mana. ?