Ketika sebagian bird shop berusaha hidup sendiri, bahkan jika perlu “mematikan” para pesaingnya termasuk kalangan penangkar, Om Ifung tak mau larut dalam permainan bisnis seperti itu. Pemilik Mifta Bird Shop di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, ini justru merangkul para penangkar kenari lokal di sekitarnya. “Stok malah lebih komplet. Kenari impor oke, lokal pun oke. Yang penting, kualitas produk selalu terjaga,” ujarnya kepada Om Kicau.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Semula Om Ifung menjadi agen lovebird paling laris di kawasan Kebun Jeruk, kemudian beralih menjadi agen berbagai jenis kenari impor. Misalnya yorkshire, border, lancaster, gloster, lizard, black red, blackthroat, hingga kenari taiwan.
Mengingat sebagian kenari juga menggemari produk lokal, seperti F1, F2, dan yorkshire (YS) lokal, dia lalu menjalin kemitraan dengan beberapa penangkar kenari lokal yang ada di sekitar tempat usahanya.
Dia tak ingin menangkar kenari lokal, karena akan mematikan usaha mereka. Karena itu, bermitra dengan breeder kenari lokal menjadi solusi ideal, supaya dia dan para penangkar sama-sama bisa tumbuh dan berkembang.
“Setiap beberapa hari sekali, para penangkar lokal datang menitipkan burungnya. Produk tetap diseleksi, sehingga hanya burung dengan kualitas terbaik yang dipasarkan. Pembeli bisa datang langsung untuk memilih jenis kenari yang diinginkan,” tutur Om Ifung.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Mifta Bird Shop terletak di kawasan Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pemintaan konsumen terhadap kenari memang terus meningkat dari waktu ke waktu. Setiap pekan, Om Ifung mengirim ratusan ekor kepada para pelanggan di wilayah Jabodetabek.
“Pelanggan memang beragam. Ada kalangan pemain kenari, dan ada pula breeder kenari. Kalau pemain kenari biasanya lebih suka membeli anakan, terutama jenis F1 dan F2 agar bisa dimaster sejak dini. Adapun penangkar umumnya mencari induk siap produksi,” kata Om Ifung.
Selain kalangan pemain dan penangkar, tidak sedikit pula pedagang burung eceran yang secara berkala mampir ke tokonya.
Menjaga mutu produk menjadi keharusan yang baginya. Hanya itulah resep jitu menjaga kesetiaan pelanggan, membangun kepercayaan konsumen terhadap produknya selama ini.
Lantas, berapa banderol yang ditawarkan? Harga bervariasi, tergantung jenis dan kondisi kenari.
Untuk kenari taiwan warna kuning, harga sekitar Rp 500.000 – 550.000 per ekor. Black red jantan Rp 850.000, lizard Rp 750.000, dan blue lizard Rp 1,2 juta per ekor.
Kenari holland warna kuning Rp 1,3 juta per pasang, serta warna kuning bon Rp 1,5 juta pasang.
Yang lari manis, meski harganya mahal, adalah YS impor. Harga burung jantan mulai Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per ekor. Adapun YS impor betina Rp 4,5 juta per ekor.
Untuk produk lokal, F1 anakan umur 1-1,5 bulan dibanderol Rp 1,25 juta / ekor. Anakan F2 pada umur yang sama Rp 2,25 juta / ekor. Jika sudah remaja atau dewasa, tentu harga lebih mahal lagi.
Khusus anakan F1 dan F2, pembeli biasanya inden terlebih dulu, karena persediaan selalu kalah dari permintaan. “Sebagian anakan F1 dan F2 ini sudah milik orang. Mereka sudah bayar, dan tinggal ambil burungnya,” ujar Om Ifung. (d’one)