Black shama, nasibnya serupa larwo

Black shama (Copsychus cebuensis), atau murai cebu, merupakan burung endemik di Pulau Cebu, Filipina. Warga Cebu menyebutnya siloy atau siloy itom. Berdasarkan IUCN Red List, burung ini dalam status Endangered atau terancam punah, karena populasinya di alam liar menurun drastis. Nasib burung black shama serupa dengan larwo atau murai batu yang ada di Jawa, yang kini sulit sekali dijumpai di alam liar.

—-

Di alam liar, black shama bahkan hanya bisa dijumpai di hutan yang masih tersisa di Cebu, seperti Tabunan dan Mag-abo. Tabunan adalah wilayah terpencil dari Pegunungan Barangay yang terletak di perbatasan Kota Cebu dan Balamban. Adapun hutan Mag-abo terletak di Alcoy.

Burung ini biasanya terlihat di rerumpunan bambu dan sering bersembunyi di celah-celah bebatuan yang berada di dalam hutan tersebut. Karena kebiasannya, black shama sering disebut dengan burung pertapa. Mereka baru ramai berkicau menjelang fajar dan pada senja hari.

Akhir-akhir ini, keberadaan murai hitam ini sudah makin jarang ditemukan dan dianggap sangat langka. Bahkan, bisa dibilang, nasibnya setali tiga uang dengan burung murai batu asal Jawa yaitu larwo.

Murai hitam memiliki ukuran medium, dengan seluruh bulu berwarna kehitaman. Burung jantan memiliki bulu berwarna hitam berkilau kebiruan. Burung betina berwarna hitam keabuan (hitam kusam), dengan postur lebih  kecil daripada burung jantan.

Untuk suara kicauannya, terdapat sedikit perbedaan dari kicauan murai batu yang biasa kita dengar. Sekilas, suara kicauannya terdengar mirip suara siulan burung kacer. Hanya saja, vokalnya lebih parau.

Lagu-lagunya sangat bervariasi. Sebagaimana kacer dan murai batu, murai hitam juga memiliki kemampuan meniru (mimikri) suara burung lainnya.

—-

Suara kicauan black shama / murai hitam  | DOWNLOAD

Untuk menambah pengetahuan kita bersama, berikut  suara kicauan burung murai hitam atau murai cebu:

Video burung black shama / murai hitam

Berikut ini video burung murai hitam / murai cebu alias black shama:

—-

—-