Artikel tentang kenari Green Peace milik Om Irul Wistrop (Sidoarjo), yang ditulis Tabloid Agrobur (No 712 – Minggu II Januari 2014) sangat menarik dan penting dicermati baik bagi pemain kenari maupun juri-juri lomba. Selama ini, sebagian juri lomba berkesan mengutamakan kenari dengan warna cerah, tidak seperti Green Peace yang hijau kekuningan. Alhasil, banyak pemain yang tak berminat memiliki kenari seperti itu. Tetapi Om Irul mampu membuktikan, kenari dengan warna tak cerah pun mampu berprestasi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Om Irul dulu dikenal senagai pengorbit cendet jawara. Kini dia juga mulai melirik ke kenari, terutama melalui gaco barunya bernama Green Peace. Kenari ini jenis F1, warnanya hijau kekuningan, alias tak secerah kenari warna kuning yang menjadi mainstream kenari lomba selama ini.
“Burung seperti ini dulu tak dianggap sebagai gacoan yang memiliki prospek di lapangan. Sebab para pemain umumnya tidak yakin kalau kenari hijau dapat dijadikan andalan di lapangan,” tutur Om Irul, sebagaimana dikutip Tabloid Agrobur.
Berangkat dari anggapan miring itulah, Om Irul tertantang untuk membuktikan hal yang sebaliknya. Sebab, kalau konsekuen terhadap kualitas kenari lomba, mestinya juri hanya memperhatikan kriteria penilaian seperti irama, lagu, volume, dan durasi. Bukan soal warna, bukan juga soal postur tubuh.
Cara berfikir Om Irul memang logis. Menurut dia, apabila selama ini banyak kenari warna cerah yang menjuarai lomba, itu lebih disebabkan kualitas / materi burung yang memang bagus. Tetapi fakta ini kemudian disimpulkan secara keliru oleh sebagian pemain, bahwa kenari cerah lebih bagus daripada kenari dengan warna tidak cerah.
Ketika fakta keliru ini ditelan mentah-mentah oleh kenarimania lainnya, muncul anggapan jika kenari dengan warna tidak cerah susah untuk memenangi lomba. Padahal, kata Om Irul, apapun warnanya, sepanjang memiliki performa suara bagus serta durasi kerja yang baik (minimal 70% dari waktu yang diberikan panitia), burung bisa berpeluang juara.
KRITERIA PEMILIHAN KENARI PROSPEK LOMBA
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Dengan keyakinannya itulah, Om Irul mencoba mengorbitkan kenari, diawali dari kriteria pemilihan kenari prospek, tak peduli apapun warnanya. Berikut ini beberapa tips darinya:
1. Memiliki postur atletis
Yang dimaksud postur di sini bukan soal bodi besar atau kecil, melainkan memiliki bodi atletis. Hal ini antara lain dicirikan dengan bentuk kepala yang gede, dan paruh berukuran sedang. Kalau paruhnya terlalu tebal, biasanya agak menyulitkan dalam perawatan.
2. Memiliki irama lagu
Berikutnya, pilihlah kenari yang memiliki irama lagu. Dengarkan lagunya dengan seksama. Kalau bisa memilih kenari yang memiliki lagu miji-miji, yang apabila diibaratkan genre musik seperti keroncong. “lramanya tak monoton, tetapi memiliki alur nadan naik-turun secara dinamis. Kalau lagu monoton, enggak enak didengar di telinga,” kata Om Irul.
3. Minimal berumur 8 bulan
Pilihlah kenari muda berusia minimal 8 bulan. Ini merupakan umur ideal untuk melombakan kenari di lapangan, karena sudah cukup mapan.
4. Memiliki 1-2 oktaf
Kenari muda, dengan umur 8 bulan atau lebih, dan sudah menguasai 1-2 oktaf sudah bisa diorbitkan sebagai calon jawara. Nanti, seiring dengan pertambahan umur, durasi lagu bisa ditingkatkan.
Untuk pemain yang ingin mencetak kenari isian atau semi isian, variasi lagu yang dianjurkan adalah kicauan burung blackthroat, karena memang sedang menjadi tren di arena lomba.
Note: Beberapa pemain seperti Om Sounda Grisyandi lebih menyukai isian dari burung lokal seperti ciblek dan perenjak.
Jadi, jika empat kriteria seleksi di atas terpenuhi, maka kenari sudah siap diorbitkan secara bertahap di arena latber maupun lomba. Tentu harus disertai perawatan konsisten, dan tetap mengacu pada kebiasaan dan karakter setiap individu kenari.
PERAWATAN KENARI GREEN PEACE
Berikut ini perawatan harian dan perawatan lomba yang diterapkan Om Irul Wistrop terhadap kenari Green Peace.
1. Perawatan harian:
- Setiap pagi, mulai pukul 06.30, burung dikeluarkan untuk dianginkan sekitar 10 menit.
- Pada saat burung dianginkan, sangkar dibersihkan. Persediaan pakan dan air minum dikontrol, kalau perlu diganti dengan yang baru.
- Setelah dianginkan, kenari mandi. Dalam hal ini, pemilik cukup menyediakan wadah kecil berisi air, dan dimasukkan dalam sangkar. Biarkan burung mandi sendiri, tidak diperlu dipancing dengan cara disemprot. Cara seperti ini sekaligus bisa membantu dalam mendeteksi kondisi kesehatan burung. Jika kondisinya tidak fit, burung secara naluri juga tak mau mandi. Kalau dipaksakan, dan kondisinya tidak fit, malah bisa mengganggu kesehatannya.
- Usai mandi, burung dijemur selama dua jam.
- Setelah penjemuran, burung bisa diistirahatkan alias dianginkan lagi sebelum dimasukkan lagi dalam rumah.
- Pakan yang diberikan adalah biji-bijian, 10 butir kroto, dan niger seed secukupnya. Adapun makanan tambahan lainnya berupa selada dan telur puyuh rebus, namun tidak setiap hari.
2. Perawatan saat lomba
- Begitu tiba di arena lomba, burung diistirahatkan 15 menit. Kerodong dibuka sebagian, agar burung bisa beradaptasi dengan lingkungan lomba.
- Sekitar 30 menit sebelum jadwal kenari, kerodong ditutup lagi dan burung siap digantang.
Dengan pola perawatan sederhana inilah, Green Peace mampu menjuarai beberapa even di wilayah Surabaya dan sekitarnya, termasuk dalam even Triple X di Sidoarjo beberapa waktu lalu. Prestasi ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa kenari warna tak cerah susah memenangi lomba.
“Jangan minder dulu kalau punya kenari dengan warna tidak favorit seperti Green Peace. Di sisi lain, para juri juga harus tetap fokus dalam menilai kualitas lagu dan performa burung di lapangan, bukan soal warnanya,” tegasnya.
Penampilan stabil Green Peace di lapangan, juga prestasinya, membuat beberapa kenarimania mulai melirik kenari kehijauan seperti milik Om Irul Wistrop.
—