Memaster burung kicauan jelas bukan pekerjaan instan. Butuh proses dan waktu agar burung dapat meniru suara yang rutin diperdengarkannya. Tak hanya itu saja, pemilik dan / atau perawat juga harus mencermati empat faktor sebelum memaster burung kicauan, yaitu waktu yang tepat, kondisi burung, kondisi lingkungan sekitar, dan karakter suara burung yang mau dimaster. Ikuti uraian selengkapnya berikut ini.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Pemasteran burung murai batu di SKL Bird Farm Indramayu.

Beberapa tahun lalu, untuk memaster seekor burung kicauan, kita mesti membeli beberapa ekor burung master yang berbeda-beda jenisnya. Misalnya, untuk memaster murai batu, harus membeli cililin, tengkek, pancawarna, cucak jenggot, kapas tembak, hingga parkit, dan kenari. Bahkan, sampai sekarang masih banyak kicaumania yang menggunakan teknik pemasteran seperti itu.

Tren pemasteran burung kicauan belakangan makin bergeser, di mana sebagian kicaumania lebih mengandalkan pada audio mp3. Tren ini tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia lainnya, Amerika Selatan, serta sebagian Eropa dan Australia.

Selain dipandang lebih praktis, sebagian audio mp3 juga dapat diperoleh secara gratis (termasuk yang disediakan omkicau.com). Disebut lebih praktis, karena kita cukup memutarkan audio suara burung ini melalui perangkat handphone, smartphone, tablet dan sebagainya.

Baik cara konvensional (menggunakan burung master) maupun cara terbaru (melalui audio mp3) punya tujuan yang sama, yaitu agar memiliki variasi suara isian yang lebih banyak. Siapa tahu, suatu hari nanti, harga seekor burung juga ditentukan dari berapa jenis variasi suara yang bisa dilagukannya.

Seperti disinggung pada awal tulisan, ada empat faktor yang perlu dicermati sebelum memaster burung kicauan. Berikut uraiannya satu persatu.

1. Cermati waktu aktif dan istirahat burung

Hal ini kerap menjadi permasalahan dalam memaster burung. Banyak kicaumania yang mengalami kegagalan atau proses pemasterannya terlalu lama, karena pemasteran dilakukan ketika burung sedang aktif-aktifnya.

Burung yang sedang aktif tentu tidak fokus mendengar suara masterannya. Bahkan burung cenderung membalas atau menyahut suara masteran yang diputar dengan suara kicauan khasnya. Kalau sudah begitu, boro-boro suara masteran bisa masuk, mendengar saja mereka emoh.

Burung biasanya menjadi sangat aktif pada waktu-waktu tertentu, misalnya pagi hari, dalam kondisi birahi, atau siap kawin. Dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan dilakukan pemasteran dulu, karena burung tak akan fokus terhadap suara masterannya.

Dalam hal ini, pemilik / perawat harus bisa memperhatikan kapan kondisi burungnya sedang beristirahat atau bersantai di atas tenggeran. Nah, waktu-waktu seperti itulah yang tepat dimanfaatkan untuk memaster burung kicauan.

Memperhatikan kapan burung sedang beristirahat atau bersantai bisa dilakukan dengan cara memantau mereka secara “anytime & anywhere“, alias bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Sekiranya sudah terpantau bahwa pada waktu-waktu tertentu burung dalam kondisi beristirahat, ya waktu itulah yang digunakan untuk memaster.

Sekadar panduan, meski pada beberapa individu burung bisa berbeda, burung akan lebih banyak beristirahat pada pukul 09.00 – 12.00,  pukul 13.00 – 14.30, dan pukul 17.30 – 18.00.

Silakan cermati lagi kebiasaan istirahat burung Anda. Jika benar, maka waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk memaster burung. Jika ada yang meleset sedikit, entah sebelum atau sesudah jam-jam tersebut, Anda juga harus menyesuaikannya.

Pemasteran lebih efektif jika dilakukan sesuai waktu istirahat burung.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

2. Cermati kondisi burung

Burung yang sedang dalam kondisi kurang fit, baik karena kondisi kesehatan, atau kelaparan, juga tidak akan bisa fokus atau berkonsentrasi penuh mendengar suara masteran. Meski burung sedang tidak aktif, atau beristirahat, kondisi kurang fit akan membuat program pemasteran susah terekam dalam memori burung.

Hal ini tentu berbeda dari burung yang sedang mengalami masa mabung atau berganti bulu. Pada saat mabung, burung lebih banyak diam, kondisinya ngedrop, namun bukan karena gangguan kesehatan melainkan menjalani proses alamiahnya.

Pada saat sedang mabung, burung cenderung ingin beristirahat total dari segala aktivitas hariannya. Energinya akan disimpan dan digunakan hanya untuk merontokkan atau menumbuhkan bulu-bulunya. Pada saat mabung, burung justru bagus untuk menjalani pemasteran.

Pemasteran pada masa mabung juga bisa membantu dalam menghilangkan isian suara mati atau suara setan, dan ingin mereset kembali suara isian yang dimiliki burung Anda. Bagi burung yang isiannya sudah bagus, pemasteran selama mabung cukup dengan memperdengarkan suara masteran lama, atau bisa juga menambah 1-2 variasi lain.

Namun pada burung yang mengalami gangguan kesehatan, diamnya adalah diam sakit. Biasanya ditandai dengan bulu-bulu yang mengembang. Burung juga dalam kondisi ngedrop, dan tidak mungkin bisa diberikan pemasteran. Untuk itu, daripada memaster burung sakit yang hasilnya sia-sia, sebaiknya sembuhkan dulu penyakitnya.

3. Cermati kondisi lingkungan

Manusia lebih senang mendengar alunan musik favoritnya dalam suasana tenang, santai, tanpa gangguan. Begitu pula burung kicauan. Burung akan lebih fokus mendengar suara masterannya jika lingkungan di sekitarnya tidak ramai atau tidak berisik.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Dalam suasana tenang, suara burung master atau audio mp3 yang didengarnya akan terdengar lebih tajam, lebih jelas, dan mudah dicerna untuk direkam dalam memorinya.

Jika Anda berada di lingkungan yang saban hari berisik, misalnya dekat pos ronda yang kerap digunakan kawula muda untuk bernyanyi-nyanyi sambil gitaran, atau lokasi rumah di pinggir jalan raya yang penuh suara klakson, dan sejenisnya, maka alternatif yang aman adalah menyediakan ruangan khusus untuk pemasteran burung.

Ruangan tersebut bisa saja memanfaatkan kamar yang tak terpakai, atau ruang kosong lainnya. Dengan begitu, burung akan lebih fokus mendengar suara dari masterannya.

Ruang pemasteran kenari Dika Bird Farm Boyolali.

4. Cermati karakter suara burung

Hal ini juga harus menjadi perhatian dalam pemasteran burung. Dengan memahami karakter suara burung yang akan dimaster, kita bisa memberikan suara masteran yang tepat.

Meski burung berkicau umumnya memiliki kemampuan meniru suara burung lain, tetapi level kepintarannya tak selalu sama. Ada burung yang sanggup meniru ratusan bahkan ribuan jenis suara (termasuk suara non-burung), misalnya samyong dan brown thrasher. Burung-burung ini bisa disebut memiliki kemampuan mimikri yang hebat.

Ada juga yang pandai meniru puluhan suara burung lain, misalnya cucak hijau dan cucak ijo mini, tetapi levelnya tetap masih di bawah samyong.

Bahkan dua ekor burung dari spesies yang sama bisa memiliki tipe suara yang berbeda. Kacer, misalnya, ada yang bertipe nembak, ada pula yang ngerol, dan ada yang ngerol-nembak. Perbedaan tipe / karakter suara burung akan mempengaruhi kemampuan burung dalam merekam suara masterannya.

Apabila Anda kebetulan ingin memaster burung, tetapi tidak tahu apakah suara masterannya dapat  diterima atau sesuai dengan karakter suara burung, ada beberapa cara untuk menyiasatinya. Yang termudah adalah merangkai audio mp3 yang digabung dalam satu file.

Om Kicau sudah puluhan kali mengupload audio kompilasi, yang tidak lain merupakan gabungan / kombinasi beberapa suara burung dalam satu file. Salah satu audio kompilasi yang paling banyak diakses dalam dua tahun terakhir ini adalah suara kompilasi untuk masteran kacer, cucak hijau, dan murai batu. Setiap hari, audio ini rata-rata diunduh 1.000 pembaca setia omkicau.com.

Sebagian sobat kicaumania yang bisa mengedit file audio biasanya mengambil beberapa suara kicauan burung tertentu, misalnya 3-4 suara burung berbeda, kemudian digabung jadi satu. Ini juga bisa menjadi audio kompilasi yang memudahkan dalam pemasteran. Mungkin ada 1-2 suara yang tak masuk, karena memang tak bisa diterima dalam memori burung.

Jadi, jangan fokus pada satu jenis suara burung saja. Misalnya burung ciblek dimaster dengan suara murai batu, hanya lantaran pemiliknya ingin memiliki murai batu sehingga melampiaskan pada ciblek miliknya. Lalu apakah ciblek kemudian bisa mengikuti suara murai batu, silakan Anda jawab sendiri, he.. he.. he…

Samyong, burung dengan kemampuan mimikri terbaik di Indonesia.

Beberapa spesies burung bahkan tidak punya kemampuan mimikri yang bagus. Burung seperti ini biasanya hanya memiliki suara kicauan berulang-ulang dan monoton. Itulah ciri-ciri dari burung yang tidak bisa dimaster dengan suara burung lainnya. Contohnya adalah burung robin pekin dan berbagai jenis burung poksay.

Burung yang memiliki karakter sama, tetapi tidak memiliki kemampuan mimikri, masih bisa dilatih dengan suara kicauan burung lain, dengan cara menitipkan telurnya. Contohnya emprit yang selama ini dikenal memiliki suara monoton.

Namun, berdasarkan hasil penelitian di mancanegara, emprit bisa memiliki kemampuan berkicau lebih variatif dengan cara dilatih orangtua asuhnya. Dalam hal ini, telur emprit dititipkan pada burung finch lainnya hingga menetas. Selanjutnya, piyikan emprit dirawat induk asuhnya hingga dewasa.

Dengan metode ini, emprit pun bisa memiliki kemampuan berkicau sebagaimana suara kicauan induk asuhnya. Piyikan emprit akan mengembangkan kemampuannya dengan mendengar lagu dari orangtua asuhnya, kemudian akan dilagukan setelah dewasa.

Itulah beberapa faktor yang perlu dicermati sebelum memaster burung kicauan. Untuk menyegarkan kembali ingatan Anda, silakan buka pula beberapa referensi terkait, antara lain :

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.

-6.589166106.792999