Tidak sedikit penggemar kacer, khususnya pemula, yang kurang sabar dalam merawat burungnya. Ketika melihat kacernya sudah rajin berkicau, maka dianggapnya burung telah siap untuk dilombakan meski usia masih sangat muda. Alhasil, sering muncul masalah di lapangan, yaitu burung lebih banyak diam di dalam sangkar, emoh berkicau. Sedikitnya ada tiga faktor yang menjadikan burung kacer siap dilombakan. Apa saja sih?

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Umur, mental, dan penampilan menjadi faktor penentu kacer di arena lomba.

Sama seperti murai batu, kacer merupakan burung tipe petarung sejati / fighter. Di alam liar, seekor kacer dewasa mudah naik pitam begitu melihat burung sejenis memasuki wilayah teritorialnya.

Berbeda dari apa yang selama ini kita lihat di arena lomba, maka kacer di alam liar akan bertempur dalam arti sesungguhnya. Mereka akan beradu suara dulu. Jika tak ada yang keder, keduanya saling mendekat dan terjadi adu fisik sampai salah satunya melarikan diri. Ya, tak beda dari ayam jago.

Di Vietnam, burung-burung tipe fighter seperti kacer dan murai batu bahkan sering diadu secara fisik. Lain lagi di China, di mana hwamei menjadi komoditas burung yang paling sering diadu secara fisik. Namun kita nggak perlu meniru adu fisik burung seperti itu, he.. he…

Di alam liar, burung kacer yang belum siap bertemu burung sejenis lainnya biasanya lebih sering sendirian sambil menyiapkan diri sebelum mencari wilayah baru untuk mencari pakan atau calon pasangannya.

Beberapa perilaku kacer di alam liar ini perlu diperhatikan untuk burung yang dipelihara dalam sangkar. Sebagai perawat, Anda harus jeli mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melombakan gaconya, sebab selalu ada kemungkinan bertemu dengan burung sejenis yang memiliki mental lebih baik.

Ada beberapa faktor yang bisa menentukan apakah kacer Anda siap dibawa ke lapangan. Tapi kali ini Om Kicau hanya akan membahas tiga faktor yang memiliki pengaruh paling besar, yaitu:

  1. Faktor umur
  2. Faktor mental
  3. Faktor penampilan

1. Faktor usia

Umur merupakan faktor paling menentukan, dan akan berkaitan pula dengan dua faktor lainnya (mental dan penampilan). Kacer yang masih belia cenderung menunjukkan kekhawatirannya terhadap musuh yang ada di dekatnya, meski mental dan penampilannya sudah bagus.

Begitu dilombakan, burung kacer yang masih muda biasanya tampil penuh emosi. Hal itu akibat birahinya belum stabil. Kengototan kacer muda umumnya hanya berlangsung setengah jalan saja. Setelah itu, gaco muda menunjukkan perilaku seperti naik turun tenggeran, mbalon, atau mbagong.

Idealnya, kacer benar-benar siap dilombakan ketika berumur 3 – 4 tahun. Ini bisa dilihat dari kaki-kakinya yang sudah medang / bersisik. Kacer yang sudah mapan cenderung tampil dengan pembawaan yang lebih tenang, namun terlihat tegas dalam suara dan gayanya.

Dalam beberapa kasus, kacer muda juga bisa moncer di lapangan, seperti kacer Panser milik Om Darwin Delta (Pelopor SF Lampung). Hanya saja, Om Darwin tidak setiap minggu menurunkannya ke lapangan, tetapi rata-rata hanya dua minggu sekali.

2. Faktor mental

Selain umur, faktor lain yang turut mempengaruhi penampilan kacer saat dilombakan adalah mental atau nyali / keberanian.

Seperti disebutkan sebelumnya, burung muda cenderung memiliki emosi labil. Mereka memiliki nyali besar, namun umumnya hanya pada awal-awal lomba saja. Di tengah lomba, ketika burung lain yang lebih mapan mendominasi lapangan, akan terlihat seperti apa mental asli burung muda tersebut.

Anda bisa melatih kacer muda agar memiliki emosi dan mental bagus. Caranya dengan melakukan latihan secara berkala, misalnya dipertemukan (gathering) dengan burung-burung muda lainnya, misalnya 2 pekan sekali.

Jumlah peserta gathering pun perlu dirancang secara bertahap, misalnya cukup 2-3 ekor termasuk kacer milik Anda. Dua minggu berikutnya, jumlahnya bisa ditambah sedikit, demikian seterusnya.

Berikut ini video contoh gathering dua ekor burung kacer muda: