Cara beternak burung blackthroat pernah dikupas panjang-lebar dalam tulisan sebelumnya (cek di sini). Namun masih ada beberapa calon penangkar dan penangkar pemula yang galau, karena induk betina tak kunjung bertelur, atau sebagian besar telurnya infertil (gabuk / tidak subur). Banyak faktor penyebabnya, antara lain umur induk (jantan dan betina) yang terlalu muda, birahi induk yang terlalu rendah, pakan kurang bergizi, dan sebagainya. Beternak blackthroat model poligami bisa membantu sebagian masalah tersebut. 

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Menangkar blackthroat lebih mudah dengan sistem poligami.

Sepanjang burung yang mau diternak termasuk burung sosial (koloni), maka model poligami memang lebih mudah dilakukan olej penangkar pemula, yang belum atau minim pengalaman. Sebab kita hanya memanfaatkan instink burung, khususnya dalam berkembang biak.

Burung-burung yang termasuk tipe burung sosial / koloni antara lain burung paruh bengkok (parrot) termasuk lovebird, kenari, dan sebagian burung finch, termasuk blackthroat.

Adapun burung non-koloni, seperti murai batu, kacer, dan cendet, merupakan tipe fighter (petarung) yang tidak memungkinkan untuk ditangkar menggunakan model poligami.

Perkecualian jika burung-burung betina disatukan dalam kandang sejak kecil, sebagaimana dilakukan Om Edy Susanto, pemilik ET Bird Farm Bandung,

(baca juga: Poligami murni dalam penangkaran murai batu).

Poligami yang umum diterapkan pada burung-burung fighter sebenarnya merupakan poligami semu, karena burung betina tidak berada dalam kandang yang sama. Artinya, pejantan dalam interval waktu tertentu akan mengawini betina A. Setelah itu dikeluarkan dari kandang tersebut, dan dimasukkan ke kandang betina B.

Perkawinan seperti ini sering disebut poligami model kawin-cabut. (lihat juga: Poligami model kawin cabut ala Didik RBBF Gresik).

Dalam beternak blackthroat, perkawinan poligami bisa meringankan beban penangkar, terutama jika selama ini kerap gagal melalui perkawinan monogami. Jika ada seekor induk betina yang tak bertelur juga, masih ada peluang mendapatkan telur dari induk betina lainnya. Sebab karakter induk betina itu berbeda-beda, ada yang pintar merawat telur hingga mengasuh anaknya, ada juga yang sebaliknya.

Perlu diketahui, burung betina akan bertelur atau tidak, itu tergantung kesiapan organ reproduksinya. Kesiapan organ reproduksi sangat dipengaruhi umur dewasa kelamin. Meski dikawini berkali-kali, tapi jika belum mencapai umur dewasa kelamin, tentu burung betina tidak akan bertelur.

Selain umur dewasa kelamin, kesiapan organ reproduksi juga dipengaruhi kualitas pakan, terutama kandungan protein dalam pakan yang diasupnya setiap hari.

Dalam berbagai riset, dua ekor burung dari pasangan induk yang sama, akan mencapai umur dewasa kelamin yang berbeda jika sejak anakan keduanya diberi pakan dengan level protein berbeda. Dalam hal ini, makin tinggi kadar protein makin cepat burung mencapai umur dewasa kelamin,

Hasil riset ini sebenarnya terjadi pula pada manusia. Dulu, anak-anak mencapai pubertas pada usia 13-15 tahun. Namun, seiring dengan peningkatan gizi masyarakat, anak-anak zaman sekarang sudah bisa mencapai akil baligh pada umur 10-13 tahun.

Dengan pemahaman singkat seperti di atas, maka jangan menyalahkan induk jantan jika induk betina tak juga kunjung bertelur. Sebab permasalahan bukan sekadar apakah jantan sudah mengawini atau belum, tetapi bisa juga karena umur betina terlalu muda, kualitas pakan rendah, juga kualitas genetik burung betina itu sendiri.

Lain perkara jika semua burung betina sudah bertelur, tetapi semua telur yang dihasilkan para betina ini infertil. Khusus problem ini, bisa dipastikan kualitas sel sperma (spermatozoa) dari burung jantan yang rendah, atau burung jantan sama sekali tidak pernah mengawini burung betina.

Kualitas sel sperma burung jantan yang rendah juga bisa disebabkan beberapa hal, termasuk pakan kurang bergizi dan faktor genetik. Bisa juga burung jantan belum mencapai umur dewasa kelamin, sehingga belum bisa memproduksi sel spermatozoa.

Poligami dalam sangkar gantung  

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Induk betina blackthroat dalam sangkar gantung.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Untuk memudahkan Anda dalam menangkar blackthroat model poligami, sebaiknya menggunakan sangkar gantung berukuran luas. Sangkar harus berada di lokasi cukup aman dan nyaman, artinya tidak terganggu oleh aktifitas manusia maupun lalu-lalang hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.

Dalam hal ini, Anda cukup memasukkan seekor induk jantan blackthroat jantan dan 2 ekor atau lebih induk betina blackthroat. Induk jantan dan betina harus sudah mencapai umur dewasa kelamin alias siap kawin.

Siapkan pula tempat sarang di dalam sangkar gantung. Jumlahnya cukup satu saja, lengkap dengan bahan sarang yang sudah jadi.

NB: Bagi yang belum familiar menggunakan sangkar gantung, bisa juga menggunakan kandang aviary. Tempat sarang disesuaikan dengan jumlah induk betina.

Daun ginseng

Untuk mempercepat proses bertelur, Anda bisa memberikan kroto tiga kali seminggu.

Beberapa penangkar sering menambahkan pula daun ginseng, juga tiga kali seminggu. Anda bisa membeli daun ginseng jawa di pasar tradisional atau di supermarket. Daun ini kerap dijadikan bahan membuat tumis atau sayuran.

Daun ginseng ini kaya vitamin A, serat kasar, dan berbagai mineral penting yang berfungsi meningkatkan stamina dan antioksidan. Khasiatnya hampir sama seperti akar ginseng, dan bagus untuk burung yang sedang diternak.

Cara menyajikan daun ginseng sama seperti kalau kita memberikan sawi, yaitu digantung di jeruji sangkar.

Perlakuan lain yang bisa diberikan pada induk betina yang belum bertelur adalah rutin dijemur setiap pagi, selama 2 jam.  Penjemuran sangat diperlukan untuk meningkatkan birahi burung betina.

Untuk hasil yang efektif, induk jantan dan betina bisa diberikan BirdMature setiap hari selama 6-10 hari. Pemberian suplemen breeding dihentikan jika salah satu induk betina mulai bertelur.

Induk jantan dan betina juga perlu diberi BirdMineral, terutama untuk memastikan kecukupan kalsium (Ca), agar induk betina kelak tidak mematuki atau memecah telurnya sendiri. Jika tidak sempat, boleh juga pakai tulang sotong, meski hanya memberi kontribusi pada mineral Ca saja, tidak selengkap jenis mineral yang terkandung dalam BirdMineral.

Jika salah satu induk betina dalam sangkar gantung mulai menunjukan tanda akan bertelur, pisahkan segera burung tersebut dalam sangkar tersendiri, beserta induk jantannya. Jika burung sudah bertelur, induk jantan bisa dikembalikan ke sangkar yang berisi betina lainnya.

Ketika induk betina mulai bertelur, disarankan tidak terlalu sering mengganggu aktivitasnya, misalnya terlalu sering mengganti pakan dan air minum, atau membersihkan sangkar / kandang. Tahan dulu aktivitas tersebut.

Pakan dan air minum sebaiknya diberikan dalam jumlah cukup agar kita tak terlalu sering bolak-balik menggantinya. Hal ini untuk mencegah kegagalan dalam penetasan, yang biasanya terjadi akibat indukan merasa terganggu sehingga membuang atau mengabaikan telur-telurnya.

Kalau terjadi kendala saat pengeraman telur, misalnya telur dibuang atau diabaikan, manfaatkanlah burung lain untuk menetaskannya. Misalnya menggunakan burung kenari sebagai baby sitter, atau bisa juga menggunakan inkubator jika anda memilikinya. Bagaimana menggunakan inkubator, silakan buka panduannya di sini.

Catatan: Jika Anda menggunakan kandang aviary, tidak perlu memindah induk betina yang mau bertelur. Sebab tempat sarang disesuaikan dengan jumlah induk betina, dan ditempatkan dalam jarak agak berjauhan. Jika mau bertelur, masing-masing burung betina akan menempati sarang masing-masing.

Itulah beberapa tips singkat mengenai beternak blackthroat model poligami. Untuk menyegarkan memori kita mengenai cara beternak blackthroat ala peternak yang sudah berpengalaman, silakan intip lagi tulisannya di sini :

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.