Apabila Anda punya burung yang kondisinya siap, tak perlu ragu ikut bertarung dalam even nasional 168 Cup III di lapangan Yonif 400 / Raider Jalan Setiabudi – Srondol Semarang, Minggu 28 September 2014. Sebab, setiap peserta dipastikan mempunyai hak sama untuk dipantau dan dinilai tin juri. Jika burung secara umum bisa bekerja maksimal, dengan kualitas terbaik, tentu berhak menjadi juara juga.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Itulah penegasan Ketua Panitia 168 Cup III, Om Agus Nasa, menanggapi kekawatiran sebagian calon peserta yang belakangan ini kembali sensitif. Mereka merasa gelar juara seakan-akan hanya menjadi milik burung tertentu saja yang sudah punya nama besar.
“Harus diakui, ada beberapa calon peserta bilang ke saya soal kekawatiran tersebut. Intinya, mereka berfikir seolah-olah juara di lomba akbar seperti 168 Cup hanya itu-itu saja, burung unggulan, punya bos atau tokoh,” kata Om Agus.
Dia menegaskan, 168 Cup bukan hanya membawa nama baik 168 Team, tetapi juga membawa nama baik Brigjen Pol Drs Suprojo WS, tokoh kicaumania senior yang sangat disegani, yang kini dipercaya negara menjabat Wakapolda Jawa Timur.
“Saya ingin tegaskan, Pak Projo sendiri akan memberi pengarahan ke tim juri supaya menilai seluruh burung secara teliti, jujur, apa adanya. Jangan main-main, karena hak dan kewajiban semua peserta itu sama. Begitu inti pesan Pak Projo,” tambah Om Agus.
Tentang adanya sejumlah burung yang diunggulkan, menurut Om Agus, itu lumrah terjadi di kontes mana pun. Setiap kali ada even akbar, biasanya orang mencoba melakukan prediksi, siapa kira-kira yang bakal moncer.
“Tentu tak ada yang bisa memberi jaminan burung unggulan pasti menang, bahkan ketika burung itu kerja bagus dan maksimal sekalipun. Siapa tahu, ada burung orbitan baru yang tampil lebih oke dan punya materi serta kualitas lebih oke juga. Sekali lagi, siapa tahu, tidak ada di antara kita yang bisa memastikan hal-hal seperti itu.”
Burung itu makhluk bernyawa, bukan mesin yang bisa disetel semau yang punya. Tak ada pula yang bisa berbicara dengan burung, misalnya apakah sudah siap bertarung secara fisik dan mental.
Pemilik dan perawat hanya dapat memperkirakan saja dari kondisi fisik burung, apakah siap tempur atau kurang. Setiap individu burung punya ciri tersendiri yang menandai kondisi kesiapannya, yang biasanya difahami dengan cukup baik oleh pemilik dan perawatannya. Namun, sekali lagi, semua itu tidak menjamin kondisi di lapangan selalu sesuai dengan yang diharapkan.
Sekadar pembanding, kompetisi yang melibatkan manusia, yang bisa ditanya apakah siap atau tidak, yang kondisi kebugarannya bisa diukur secara ilmiah, ketika tiba saat bertanding seringkali meleset. Apalagi burung yang tidak bisa ditanya kesiapannya, segalanya bisa terjadi.
“Yang diunggulkan bisa saja tak dapat apa-apa. Sebaliknya, burung antah berantah pun bisa menjadi juara. Kejutan demi kejutan sering terjadi di lomba burung. Karena itu, tidak perlu ada kekhawatian untuk menurunkan burung-burung non-unggilan. Asal yakin burungnya punya materi yang bagus, ya tinggal berharap saja burung mau tampil optimal,” tutur Om Agus Nasa.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Selanjutnya, serahkan semuanya kepada tim juri untuk berkerja. Tak perlu saling tunggu saat hendak menggantang burung, karena aturan bendera start akan diterapkan dengan ketat. Jangan coba-coba pula berteriak, meniup peluit, bersiul, bertepuk tangan, memukul pagar, dan sejenisnya. Pasalnya, aturan TANPA TERIAK akan diterapkan tanpa kompromi.
Bukan sekadar lomba, tapi juga ajang silaturahmi
Lebih dari itu, ada yang berbeda mengenai semangat awal penyelenggaraan even 168 Cup, sejak kali pertama digelar hingga even ketiga tahun ini. Even ini dirancang bukan sekadar untuk melombakan burung.
Di luar itu, ada keinginan dari Pak Projo untuk menjadikan 168 Cup sebagai sarana berkumpul dan bersilaturahmi antarkicaumania di seluruh Indonesia, dari berbagai kalangan serta event organizer (EO), tanpa pilih-pilih.
Apalagi Pak Projo sejak berdinas di Kalimantan dan kini di Jawa Timur seringkali tidak bisa ikut lomba seperti dulu lagi, sehingga rasa kangennya ingin ditumpahkan setahun sekali melalui even 168 Cup di Semarang.
Agar hal ini bisa terwujud, diperlukan partisipasi semua kalangan, apakah itu peserta pemula hingga para tokoh dari semua penjuru tanah air, untuk bisa datang dan berkumpul di Semarang, Minggu 28 September 2014.
Pak Projo sangat mendambakan lomba bisa berlangsung lancar, tertib, terutama dalam hal menjaga aturan tanpa teriak dan tanpa berlarut-larut karena saling tunggu. Dengan demikian, semua pihak bisa merasa nyaman dan enjoy.
Pada gilirinannya, penjurian bisa berlangsung fairplay, dan peserta pun bisa menerimanya, baik yang juara maupun belum beruntung. Semua sama-sama legawa, tetap enjoy and happy.
Panitia sudah memberikan fasilitas pemesanan tiket, dengan menghubungi bagian reservasi, supaya di lapangan tidak perlu repot mencari tiket yang mungkin sudah habis. Info lomba selengkapnya bisa dilihat pada brosur berikut ini. (Waca)
Selamat berlomba, jaga sportivitas dan fairplay.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Memang benar om, banyak yang kawatir/bertanya2 termasuk saya. meskipun saya nggak pernah ikut lomba besar. tetapi setiap melihat berita diblog om kicau ini. pemenang lomba2 besar dimanapun digelar pasti orangnya itu2 saja. Salam. Semoga 168 CUP sukses.
Tetap semangat menunggu gelaran lomba kicau yg benar-benar mengutamakan “fair play” bukan kemewahan,gengsi, juga hadiah