SKL Bird Farm (BF) Jatibarang, Indramayu, merupakan salah satu pusat penangkaran murai batu yang berkualitas di Indonesia. Semua produknya baik berupa pasangan induk (jebol kandang), calon induk jantan dan betina, burung prospek lomba, maupun trotolan, punya kualitas di atas rata-rata. Hal ini tak lepas dari seleksi ketat yang dilakukan sejak dini. Kali ini Om Kicau akan mengupas tips memilih trotolan murai batu istimewa versi SKL BF.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Menurut Om Syamsul Saputro, pemilik SKL Bird Farm, memilih trotolan atau anakan murai batu itu sebenarnya mudah dan tak sesulit yang dibayangkan orang selama ini.
Kalau mau belajar, semua orang pasti bisa melakukannya. Sedikitnya ada 13 kriteria dalam memilih / menentukan murai batu trotolan. Kriteria ini bisa diterapkan pada trotolan hasil breeding. Sebagian lagi juga dapat diaplikasikan pada trotolan MB hasil tangkapan hutan.
Yuk, kita uraikan satu-persatu kriteria yang dimaksud:
FAKTOR GENETIKA
Faktor genetika hanya bisa dilakukan pada burung-burung hasil penangkaran, terutama jika peternak terbiasa tertib administrasi, termasuk mempunyai buku recording yang berisi data setiap ekor murai batu yang dihasilkan.
Dalam buku recording, peternak akan mencatat data seriap individu murai batu. Misalnya, murai A merupakan hasil perkawinan induk jantan B dan induk betina C, tanggal menetas, jumlah saudara satu sarang, dan sebagainya. Bahkan peternak di luar negeri terbiasa melakukan pencatatan bobot badan sejak menetas, dan dilakukan secara berkala setiap minggu.
Buku recording juga perlu diselenggarakan untuk setiap kandang ternak yang berisi pasangan induk tertentu. Misalnya, kandang A berisi induk jantan B dan induk betina C. Induk jantan B pernah juara dalam even apa. Induk betina C bapaknya siapa, dan apakah bapaknya juga pernah juara.
Pencatatan ini tak mungkin bisa dilakukan jika kita memperoleh trotolan murai batu hasil tangkapan hutan. Sebaliknya, buku recording menjadi media sangat penting untuk membantu peternak dalam memilih trotolan murai batu berkualitas istimewa sejak dini.
Faktor genetika sangat penting untuk melihat kualitas makhluk hidup. Jadi tidak hanya berlaku pada murai batu, tetapi untuk semua hewan piaraan, bahkan pada manusia. Mengapa? Sebab setiap ekor murai batu, sejak menetas, pasti akan mewarisi sifat-sifat genetik dari bapak (induk jantan) dan ibu (induk betina).
Sifat-sifat genetik yang diwarisi anakan murai batu dari kedua induknya ini mencakup ratusan item, antara lain panjang ekor, postur tubuh, karakter dan emosinya, hingga yang terpenting kualitas atau performa suara (irama lagu, volume).
Namun, khusus kualitas / performa suara, faktor genetik bukanlah faktor tunggal karena berinteraksi dengan faktor lain yang dalam ilmu genetika sering disebut faktor lingkungan (environment). Adapun yang termasuk faktor lingkungan misalnya perawatan, kualitas pakan, kesehatan, kenyamanan, dan lain-lain.
Jika trotolan A berasal dari induk betina yang bapaknya punya kualitas bagus, serta induk jantan juga berkualitas bagus, maka peluang untuk menjadi burung prospek saat dewasa nanti jauh lebih besar ketimbang trotolan yang berasal dari dua induk yang biasa-biasa saja.
Sebagian orang menyebut burung berkualitas bagus sebagai trah juara, meski sebenarnya tak selalu begitu. Sebab banyak juga murai batu berkualitas bagus, namun pemiliknya memang tidak mau ikut lomba.
KARAKTER TROTOLAN SEJAK KECIL
Karakter trotolan / anakan bisa dilihat sejak kecil. Ketika melolohnya, coba perhatikan mana anakan yang selalu aktif minta makan, mana yang teriaknya paling kencang, dan mana yang selalu merebut jatah pakan saudara-saudaranya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Trotolan dengan karakter seperti inilah yang akan memiliki mental fighter tinggi. Bahkan kalau Anda perhatikan, calon jagoan dengan karakter seperti ini tidak ragu-ragu menginjak saudaranya sendiri agar bisa merebut jatah pakan tersebut.
Ia terlihat seperti tidak pernah merasa kenyang. Bukan berarti anakan murai ini masih lapar, namun dia memang ingin memprovokasi trotolan lain, dan ingin menunjukkan dialah yang paling berkuasa di situ.
Sifat ego atau mau menang sendiri seperti inilah yang justru diperlukan untuk membentuk mental burung di lapangan. Sebab, murai batu memang burung bertipe teritorial yang selalu ingin menjaga wilayahnya.
Bagaimana jika trotolan-trotolan tersebut dirawat atau diloloh induknya? Ya sama saja. Bahkan sifat / karakter ego itu akan terlihat lebih mencolok.
Uniknya, induk justru lebih memperhatikan anaknya yang sangat aktif, selalu berteriak kencang saat minta makan. Instink induk seolah berkata, anakan inilah yang paling hebat sehingga harus dirawat lebih dulu.
Ini berbeda jika anakan murai diloloh manusia. Sebab, sebagai peternak, tentu kita ingin semua anak bisa hidup dan tumbuh besar sampai dewasa, sehingga semuanya bisa dijual. He… he… instink induk murai versus instink peternak yang selalu ingin untung…
SELEKSI BERDASARKAN KATURANGGAN
Setelah tumbuh cukup besar, kita perlu melakukan seleksi / sortir berdasarkan katuranggan trotolan murai batu. Berikut ini beberapa aspek katuranggan yang perlu diperhatikan:
1. Jari dan tungkai kaki
Hal pertama yang harus diamati dalam seleksi berdasarkan katuranggan adalah melihat jari kaki dan tungkai / batang kaki. Sebab kaki merupakan fondasi yang menentukan apakah murai batu nantinya memiliki power yang kuat atau tidak.
Pilihlah trotolan murai batu yang memiliki jari-jari kaki dengan ruas panjang-panjang. Perhatikan saja jari-jari kaki murai batu betina yang selalu lebih pendek daripada murai batu jantan. Faktanya, murai batu jantan memiliki power lebih besar darpada betina.
Makin panjang jari-jari kakinya, makin kuat pula cengkeraman kakinya pada tangkringan ketika murai sedang beraksi mengeluarkan suaranya. Karena itulah, para pemain murai batu sering rewel dengan ukuran tangkringan di dalam sangkarnya. Tujuannya agar burung bisa menemukan cengkeramannya yang pas, sesuai dengan ukuran jari-jari kakinya.
Jari kaki murai batu yang panjang relatif lebih mudah beradaptasi dengan semua model tangkringan. Lain halnya jika jari kakinya pendek, di mana tangkringan berdiameter besar akan menyulitkan saat dicengkeram.
Ukuran tungkai / batang kaki juga tidak kalah penting. Ibaratnya, rumah dengan tiang / saka / kolom yang lebih besar otomatis lebih kuat daripada rumah yang tiangnya lebih kecil. Jika jarinya panjang-panjang, dan tungkai kaki juga besar, tentu lebih mantap lagi.
Dalam katuranggan kaki, menurut Om Syamsul Saputro, warna kaki sama sekali tidak berpengaruh terhadap mental murai batu nantinya setelah dewasa.
2. Posisi pangkal paha
Pilihlah trotolan murai batu yang posisi pangkal pahanya cenderung ke arah depan (dada). Murai batu yang posisi pangkal pahanya seperti ini akan memiliki kaki lebih panjang, tetapi ketika sedang diam di tangkringan justru kelihatan lebih pendek seperti murai batu pada umumnya.
Hal ini membuat murai terlihat lebih tinggi daripada yang diduga lawannya ketika beraksi, sekaligus mengejutkan lawannya. Tentu saja ini merupakan keuntungan tersendiri.
Berdasarkan pengalaman SKL BF selama ini, murai batu yang terlihat seperti memiliki hidraulik pada kakinya ini biasanya mampu membawakan lagu-lagu yang panjang.
3. Badan panjang
Sama seperti ayam bangkok, murai batu dengan badan yang panjang selalu menjadi pilihan. Burung dengan badan panjang diyakini memiliki nafas yang panjang pula.
Kekuatan fisiknya lebih mumpuni, karena lebih atletis dan mempunyai durasi kerja lebih baik. Ketika beraksi di lapangan, murai batu berbadan panjang bisa terlihat lebih tinggi dari ukuran normalnya, terutama saat posisinya cenderung tegak.
4. Ketebalan dan panjang bulu ekor
Pilihlah trotolan murai batu yang bulu-bulu ekornya tipis, karena bersifat lebih aerodinamis daripada murai batu yang bulu ekornya tebal / lebat. Konteksnya bukan pada kualitas suara, tetapi lebih pada keleluasaan beraksi di lapangan.
Demikian juga dengan panjang ekornya, diusahakan jangan terlalu panjang, sebab malah menambah beban bagi murai saat beraksi. Sama seperti tebal dan tipisnya bulu, konteksnya bukan pada kualitas suara, namun keleluasaan beraksi di lapangan.
Jadi, bukan berarti murai batu ekor panjang tidak lebih bagus daripada burung yang panjang ekornya sedang-sedang saja. Di alam liar pun, panjang ekor tidak mempengaruhi kinerja murai karena setiap hari sudah terbiasa terbang kesana-kemari dengan beban ekor panjangnya saat mencari pakan.
Selain itu, murai batu ketika berkicau untuk mempertahankan wilayah teritorialnya di alam liar rata-rata memiliki durasi 10-15 menit. Berbeda dari lomba burung skala besar yang bisa berlangsung 30 menit, bahkan lebih jika full gantangan.
Karena itu, dalam konteks lomba, murai batu yang panjang ekornya sedang lebih diuntungkan. Perlu diperhatikan juga, pilihlah ekor murai batu yang tidak terlalu rapat, namun ujungnya sedikit terbuka sehingga menjadi lebih aerodinamis saat berlomba.
Selain itu, pilihlah murai batu yang daun ekornya kecil-kecil, karena akan lebih ringan jika dia sedang ngeplay.
5. Sayapnya panjang
Jika memungkinkan, pilihlah murai batu yang sayapnya panjang, bahkan menjuntai panjang sampai menyentuh ekornya. Di alam liar, murai batu dengan bentuk sayap seperti ini memiliki daya jelajah dan kemampuan terbang lebih bagus daripada murai batu yang sayapnya biasa-biasa saja.
Apa artinya? Burung yang memiliki daya jelajah dan kemampuan terbang bagus tentu memiliki paru-paru (pulmo) dan kantung udara (air sacs) yang lebih besar dan elastis. Ibarat mobil, cc lebih besar, he.. he..
6. Leher kecil dan panjang
Katuranggan seperti ini juga berlaku pada murai batu dewasa, seperti pernah ditulis Om Kicau di sini. Leher trotolan murai batu yang lebih kecil dan panjang akan memiliki kemampuhan membawa irama lagu lebih merdu daripada burung sejenis dengan leher besar dan kokoh.
Leher besar akan memiliki kemampuhan dominan suara nembak saja, tetapi untuk ngerol terdengar lebih kaku. Sebaliknya, murai batu dengan leher kecil-panjang mampu membawakan suara ngerol sekaligus nembak.
7. Kepala, mata, dan paruh
Ada tiga hal penting yang perlu dicermati ketika mengamati bagian kepala trotolan murai batu, yaitu kepala secara keseluruhan, bagian mata, dan paruhnya.
Pilihlah trotolan murai batu dengan kepala besar, karena volume otak juga lebih besar, sehingga bisa lebih cepat dalam merekam suara-suara masteran. Murai batu dengan kepala besar memiliki mental yang lebih ampuh, dan penampilannya tentu lebih seram.
Adapun mata tidak harus besar, yang penting yang melotot seperti mau keluar. Lebih baik lagi kalau matanya melotot dan besar. Istilahnya Demian, sang ilusionis, …”Sempurna!”
Selain itu, perhatikan paruhnya. Pilihlah murai batu dengan pangkal paruh kokoh dan besar, sobekan mulutnya juga besar dan lebar, serta mendekati bagian mata.
Model paruh seperti ini biasanya akan menghasilkan suara dahsyat, apalagi jika ditunjang aspek katuranggan dan faktor-faktor lain seperti disebutkan sebelumnya.
8. Warna hitam pada bulunya lebih pekat
Warna hitam pada bulu murai batu diusahakan lebih pekat dan mengkilap daripada yang lainnya. Hal ini menunjukan kualitasnya yang lebih ningrat. Ibarat jas, maka jas mahal terlihat dari kualitas bahan kainnya.
Itulah beberapa kriteria memilih trotolan murai batu istimewa versi SKL BF. “Kriteria ini juga dapat dipakai untuk memilih murai batu bahan, atau belum bunyi. Kalau sudah bunyi, maka katuranggan ini boleh diabaikan, karena kita sudah bisa menilai kualitas suara dan durasi kerjanya,” tambah Om Syamsul Saputro.
Om Syamsul percaya, murai-murai jawara pasti memenuhi sebagian katuranggan di atas, karena tak mungkin atau sulit mencari burung yang bisa memenuhi seluruh item katuranggan. Katuranggan ini diperlukan ketika kita sedang mencari burung yang belum bunyi.
SKL Bird Farm (sklbirdfarm.com)
Alamat: Jalan Ahmad Yani No 37 – 70 Jatibarang, Indramayu.
Kontak: 0812 2007 2191 /0877 2750 5831 / 0857 3369 5959
Semoga bermanfaat.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
mau tanya om, bagai mana cara bedakan murai batu medan yang masih anakan kira2 umur 3 bulan dengan murai batu yang lainnya om? karena saya pernah kena tipu bilangnya murai medan ternyata murai biasa, mohon jawaban dari omkicau, makasih
Sy pnya mb lepas trotol skrng umur 8bln, volume ma power bagus, tipe nembak, tapi koq klo di trek sm seumuran ga mau ngeplay2 ya om, cuman bunyi2 aj.. apa faktor umur, klo dilihat trahnya indukannya bagus, maennya jg bagus, bahkan kakaknya udah ad yang moncer dilapangan.
Dicoba ditrek virtual Om. Maksudnya nggak pakai burung beneran, tapi diperdengarkan audio simulasi lomba dan diperdengarkan lamat-lamat (dari kejauhan). Audio simulasi lomba untuk murai batu bisa diunduh di omkicau.
Sama aj sh om cuman ngeplong2 aj
Sudah pernah coba BirdPower? Silakan dicoba, kemudian ditrek virtual dulu. Kalau ada perubahan, maka siap ditrek beneran.