Salah satu permasalahan yang umum terjadi pada burung pailing atau pakling adalah diare. Hal ini biasanya terjadi ketika suhu dan cuaca yang tidak menentu, atau bisa juga karena burung tidak mendapatkan perawatan yang teratur. Tips berikut ini akan membahas cara mengatasi dan mencegah diare pada burung pailing.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Diare bisa terjadi pada semua jenis burung, baik burung-burung lokal maupun burung impor seperti pailing. Gangguan ini jangan dianggap sepele, karena diare bisa menghabiskan cairan tubuh maupun sari-sari makanan yang mestinya digunakan untuk maintenance dan pembentukan otot.
Burung yang terserang diare bukan hanya cenderung malas makan, tetapi juga mudah kehilangan cairan yang membuatnya mudah mengalami dehidrasi.
Pailing atau pakling merupakan salah satu spesies anggota keluarga Alaudidae, masih berkerabat dekat dengan branjangan dan sanma. Pailing memang bukan burung asli Indonesia. Habitat aslinya di China, Mongolia, dan Russia. Ada dua spesies pailing yang cukup popular di Indonesia, yaitu:
- Mongolian lark (Melanocorypha mongolica)
- Calandra lark (Melanocorypha calandra)
Beberapa burung impor, khususnya yang belum lama beradaptasi dengan iklim di Indonesia, termasuk pailing, relatif lebih mudah terserang diare. Hal ini terutama karena burung melakukan penyesuaian terhadap perubahan suhu lingkungan yang baru ditempatinya.
Secara umum ada beberapa penyebab diare pada burung, antara lain:
- Suhu udara terlalu dingin atau sering berubah-ubah.
- Burung mengkonsumsi pakan yang terkontaminasi jamur, bakteri, maupun parasit.
- Burung mengkonsumsi air minum yang kotor atau tercemar agen penyakit.
- Burung mengkonsumsi serangga yang terinfeksi bakteri, jamur, dan parasit.
- Pasir di dasar sangkar terlalu basah.
Note: Semua jenis burung lainnya yang mengalami diare juga dipicu oleh faktor-faktor di atas, kecuali poin 5.
Gejala klinis yang teramati pada burung yang mengalami diare antara lain:
- Mata burung sering tertutup.
- Kedua sayap selalu / sering turun ke bawah.
- Bulu-bulu cenderung mekar dan berantakan
- Burung sering berbaring atau diam saja di dasar sangkar, atau dalam kasus pailing di lantai pasir.
- Kotoran menempel di daerah sekitar kloaka.
Note: Semua gejala klinis di atas juga dijumpai pada burung jenis lain yang mengalami diare.
Burung pailing yang menunjukkan gejala-gejala klinis seperti di atas perlu segera diberi pertolongan, sebelum kondisinya makin parah. Pengobatan teratur, misalnya dengan memberikan BirdBlown yang dioles pada pakan tambahan / extra fooding (EF) seperti buah, kroto, atau serangga bisa mempercepat proses penyembuhan.
Lakukan terapi pengobatan ini pada pagi dan sore hari selama 4 – 7 hari berturut-turut. Selama masa pengobatan, sebaiknya porsi EF untuk sementara waktu bisa dikurangi.
Selain itu, perhatikan pula kloaka burung. Sebab burung yang terserang diare umumnya akan mengeluarkan kotoran berair sehingga sisa kotoran menempel pada bulu-bulu sekitar kloaka. Jika sisa-sisa kotoran mengering, hal ini bisa menghambat pembuangan kotoran.
Untuk membersihkannya, Anda bisa cotton bud yang dibasahi minyak kelapa, atau bisa juga mengusapkan busa / sponge yang dibasahi air hangat ke sisa kotoran. Jika kotoran susah dibersihkan dengan kedua cara tersebut, Anda bisa memotong bulu-bulu uyang mengering dengan gunting kecil.
Mencegah agar pailing tidak terserang diare
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa upaya pencegahan agar pailing tidak mudah terserang diare. Hal ini bisa dilakukan sejak Anda membeli burung ini di pasar burung, termasuk dalam kondisi bakalan. Berikut ini empat hal yang bisa dilakukan dalam rangka mencegah diare pada burung pailing.
1. Full kerodong ketika suhu / cuaca tidak bersahabat
Ketika kondisi cuaca atau suhu selalu berubah, atau angin terlalu kencang, sebaiknya sangkar burung dikerodong secara full, dan tidak ditempatkan di luar ruangan. Begitu juga ketika menjelang pergantian musim.
2. Berikan pakan dan air minum yang bersih dan segar
Hindari memberikan pakan biji-bijian yang sudah lama berada dalam cepuk pakan. Sebab, pakan tersebut sangat rentan terkontaminasi bakteri, jamur, dan parasir. Sebaiknya pakan biji-bijian secara berkala diganti dengan pakan biji-bijian yang baru dan bersih.
Hal yang sama juga berlaku untuk air minumnya, yang harus diganti dengan air minum yang bersih dan segara setiap pagi dan sore harinya, atau setelah burung dimandikan.
3. Hati-hati memberikan pakan serangga
Hindari juga memberikan serangga yang terinfeksi parasit, bakteri, dan jamur. Terutama belalang atau jangkrik yang sering menjadi inang dari cacing nematomorph yang bisa mengganggu pencernaan dan merusak organ pencernaan burung.
( baca juga: Waspadai belalang berparasit sebelum diberikan pada burung )
4. Ganti pasir secara berkala
Ketika hujan turun dan sangkar burung sering terkena tempias air hujan, pasir di dasar sangkar pailing akan menjadi basah. Begitu juga ketika sangkar selalu ditempatkan di lokasi yang sangat lembab.
Pasir yang lembab atau basah bisa menjadi media penyebab burung mengalami gangguan kesehatan, terutama pencernaan. Sebab pasir yang basah atau terlalu lembab akan menjadi tempat bermukim yang nyaman bagi parasit (kutu, tungau, dan cacing), bakteri, dan jamur.
Jika pasir di dasar kandang basah atau terlalu lembab, segera dikeluarkan dan dicuci dengan air bersih, sambil disemprot dengan desinfektan khusus burung seperti FreshAves (5 gram serbutk FreshAves dilarutkan dalam 1 liter air). Kemudian pasir dijemur di bawah terik matahari. Setelah dijemur, pasir bisa dimasukkan lagi ke dasar sangkar.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Tips pencegahan diare pada burung pailing ini pada dasarnya juga bisa diterapkan untuk burung branjangan dan sanma.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.