Tak selamanya stres merupakan kondisi yang buruk bagi burung kicauan. Setidaknya hal ini terungkap melalui hasil penelitian terbaru, di mana anakan burung yang dibuat stres mampu membuatnya cepat meninggalkan sarang, dan cenderung mempunyai sifat sosial yang lebih baik.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas St Andrews dan Oxford ini meneliti perilaku burung zebra finch / pipit zebra sewaktu anakan. Dalam hal ini, anakan pipit zebra dibuat stres, kemudian diamati perilakunya hingga masa dewasa.
Setelah dewasa, ternyata burung-burung pipit zebra yang sejak anakan dibuat stres ini malah tumbuh lebih bagus. Mereka menjadi burung yang mau menerima segala bentuk bird feeder, alias tidak pemilih, dan memiliki sifat sosial yang lebih baik daripada burung-burung yang tidak mendapat perlakuan stres saat anakan.
Perlu diketahui, di alam liar pun, pipit zebra dikenal sebagai burung pemilih / selektif terhadap pakan. Mereka tidak mau makan pada tempat pakan (bird feeder) yang sedang dikunjungi spesies burung lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan, burung yang dibuat stres sejak anakan memiliki kesempatan bertahan hidup lebih besar ketika pasokan pakan sulit ditemukan, terutama pada musim dingin. Sebab sifat selektif terhadap pakan tidak terlalu muncul.
Neeltje Boogert, ketua tim peneliti, mengatakan riset ini memiliki implikasi penting dalam menentukan bagaimana burung mampu merespons gangguan-gangguan pada lingkungan sekitarnya.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Hasil penelitian itu juga telah pada Jurnal Royal Society Biology Letters. Para peneliti meningkatkan kadar hormon stres ke tubuh anakan pipit zebra, kemudian menguji apakah hal ini mempengaruhi perilaku burung ketika mencari pakan dan kehidupan sosialnya di kemudian hari.
Burung-burung ini dilengkapi dengan chip yang unik, yang memungkinkan para ilmuwan merekam segala aktivitas burung saat mengunjungi bird feeder selama lima minggu.
“Di alam liar, banyak sekali anakan burung yang tidak diberi makan oleh kedua induknya, karena memang tak ada stok pakan lagi. Dalam kondisi seperti itu, anakan burung mengalami peningkatan kadar hormon stres. Akibatnya, burung mengembangkan mekanisme yang mendorongnya untuk lebih cepat meninggalkan sarangnya, dan mencari tempat lebih baik untuk meneruskan hidupnya,” jelas Boogert.
Anakan burung yang sering mengalami stres dalam tahap awal perkembangannya ternyata tidak hanya mempunyai sifat sosial dan tidak memilih dalam mencari bird feeder, tetapi juga mempunyai sifat yang lebih mandiri dan mudah bergabung dengan kelompok-kelompok burung sejenis.
Adaptasi ini bisa membuat mereka lebih unggul daripada saingannya yang lebih mapan. “Ketika pakan langka dan sulit didapatkan, banyak sekali burung muda mengalami kondisi stres dan segera meninggalkan daerahnya dengan penyebaran yang lebih luas,” ujarnya.