Banyak peternak / penangkar lovebird yang memanen anakan ketika baru berumur 5-7 hari. Setelah itu, anakan dipelihara dalam sangkar terpisah dan diloloh sendiri oleh perawat atau peternak. Model ternak seperti ini memang bisa meningkatkan produktivitas induk lovebird, lantaran pasangan induk segera kawin dan berproduksi kembali.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Tetapi tidak semua peternak lovebird menerapkan model seperti itu. Music Bird Farm, penangkaran lovebird milik Om Tony Music di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, lebih mengandalkan pembesaran alami. Sejak menetas, anakan dirawat dan dibesarkan induknya sampai mandiri.
Melalui pembesaran alami inilah, lovebird-lovebird produk Music BF menunjukkan kualitasnya di lapangan dengan sering menjuarai lomba. Dua loveburd hasil ternaknya, Golden Music serta Super Music, menjadi bukti.
Belum genap berumur 8 bulan, keduanya telah berkali-kali meraih prestasi. Lovebird Golden Music dan Super Music merupakan jenis spangle.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
“Waktu itu dalam satu sarang menetas tiga ekor. Dua ekor tetap di tangan saya, yaitu Golden Music dan Super Music, dan sama-sama sering juara. Yang satunya lagi di tangan Om Huzaidin, rekan satu tim di Royal BC, juga sudah berprestasi,” jelas Om Tony Music.
Om Tony sudah lama menekuni lovebird. Dia termasuk kicaumania yang melebihi zaman. Pasalnya, ketika lovebird belum ramai seperti sekarang, Om Tony sudah menangkarnya terlebih dulu. Sebagai pemain, dia fokus mencetak lovebird kualitas lomba.
Music BF miliknya memiliki 25 kandang indukan, yang ditempatkan pada lantai tiga rukonta, Jalan Raya Ragunan No 8E (samping Bank BNI), Pasar Minggu Jakarta Selatan.
“Semua induk punya kualitas dan memenuhi standar lapangan atau burung lomba. Jadi bukan cuma selain saja, tetapi juga mentalnya di lapangan,” jelasnya.
Karena lebih fokus ke produk kualitas lomba, Om Tony belum tergiur untuk memacu produktivitas seperti penangkar lovebird pada umumnya. “Kita kan mencetak kualitas, bukan mengejar kuantitas. Sedikit produksi, tapi yang penting berkualitas”.
Itu sebabnya, Om Tony lebih senang menerapkan pembesaran alami. Berdasarkan pengalamannya, anakan yang dirawat induknya hingga mandiri memiliki tubuh lebih langsing dan kencang.
“Setelah besar, kualitas suaranya juga lebih keras dan kasar. Burung juga lebih cepat meniru suara ngekek panjang induknya. Kalau mendengar suara burung lain, ia juga langsung merespons dengan narik ngekek panjang,” jelas Om Tony.
Lain halnya jika anakan diloloh perawat atau pemiliknya sampai mandiri. Saat tumbuh remaja, juga dewasa, burung lebih manja, doyan makan, dan cepat birahi, sehingga kurang bagus sebagai burung lomba.
Dalam pembesaran alami, kata Om Tony, anakan diasuh induknya hingga umur 45 hari. Setelah itu, anakan ditempatkan dalam kandang aviary hingga umur 4-5 bulan. Dengan cara demikian, lovebird memang agak liar dan gesit, tidak sejinak jika diasuh dan diloloh dari kecil.
“Sejak kecil, anakan lovebird juga wajib didampingi master pendamping. Ini untuk melatih anakan agar mengikuti dan cepat merespon suara masternya, terutama ngekek panjangnya,” ujar Om Tony.
Pakan utama yang diberikan kepada induk adakah biji-bijian seperti juwawut, milet, dan sejenisnya. Adapun pakan tambahan / extra fooding (EF) berupa kangkung, tauge, jagung, dan lain-lain.
Karena mengandalkan pembesaran alami, lovebird produk Music BF rata-rata siap dipasarkan kalau sudah berumur 5 bulan atau lebih. Burung sudah bisa disiapkan / dikondisikan ke lomba dan relatif stabil penampilannya.
Harganya pun tetap bersahabat, yaitu mulai dari Rp 550.000 untuk warna standar hingga Rp 1,5 juta untuk warna-warna eksotik. Tertarik membeli? (d’one)
Semoga bermanfaat.