Penangkaran murai batu Bowo Bird Farm (BF) milik Om Saidi di Citeureup Bogor kini berkembang pesat. Jumlah induk dan kandang pun bertambah. Tak terasa, setelah setahun lebih membudidayakan murai batu, sudah ada 74 petak kandang. Bukan hanya itu, Bowo BF juga sukses membina delapan peternak murai batu.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Sebelumnya, lelaki asal Pati ini juga sukses menangkar cucakrawa. Saat ini ada 54 petak kandang cucakrawa, yang lokadinya terpisah dari penangkaran murai batu.
Dibantu lima kru alias awak kandang, Bowo BF menjadi salah satu breeder besar burung cucakrawa dan murai batu. Apalagi semua pasangan induk dalam kondisi produktif.
Ilmu harus dibagi. Begitu juga rezeki. Tak mau serakah dengan hasil kesuksesannya, Om Saidi melebarkan sayapnya dengan membangun kemitraan bersama warga sekitar. “Saat ini ada delapan peternak binaan di sekitar sini. Saya menyuplai semua induk murai batu kepada mereka,” ungkapnya.
Jika awalnya harus mendatangkan materi induk dari penangkar lain, kini Bowo BF sudah mampu menghasilkan induk sendiri, terutama induk betina. Calon induk diseleksi secara ketat, termasuk umurnya yang harus mencapai 1 tahun.
Dengan cara seperti inilah, jumlah indukan terus bertambah, dibarengi dengan pembuatan kandang baru. Dalam kurun waktu setahun, sudah ada 400 anakan yang diproduksi Bowo BF. Produk- produknya tersebar ke berbagai kota.
Kandang murai batu di atas dak
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Karena lahan di rumahnya relatif terbatas, Om Saidi membangun kandang-kandang baru di atas dak rumahnya. Kandang dibuatnya permanen dan kokoh, dengan dinding-dinding batako tanpa diplester.
Setiap petak kandang berukuran panjang 2,5 meter, lebar 90 cm, dan tinggi 3 meter. Agar suasana di dalamnya tak terlalu panas, lantai kandang menggunakan tanah berlapis pasir, dilengkapi dengan pepohonan sebagai penyejuk dan bak mandi.
Semua kandang tertutup rapat, kecuali bagian atas yang sebagian terbuka (berlapis kawat strimin) untuk sirkulasi udara.
Kotak sarang berbentuk boks, terbuat dari triplek, yang ditempatkan di pojok bagian atas kandang. Saluran air yang menghubungkan ke bak mandi ditempatkan di atas lantai. Air ini akan mengalir secara rutin agar bak mandi selalu terjaga kebersihannya.
Jika induk jantan atau induk betina mabung, Om Saidi memindahkannya ke kandang lain yang terpisah dari kandang induk produktif. “Apabila kondisi sudah normal, maka murai akan kita dijodohkan kembali dengan pasangannya,” jelasnya.
Materi induk jantan dan induk betina diseleksi berdasarkan postur tubuh (besar) dan ekor panjang. Maklum, sebagian besar induk yang digunakan adalah murai batu medan.
“Dengan seleksi ketat, hampir semua anakan yang dihasilkan memiliki kualitas fisik dan mental seperti induknya. Sudah banyak murai hasil ternakan kami yang moncer di tangan pemain lain,” lanjut Om Saidi.
Piyik murai batu dipanen setelah berumur lebih dari 7 hari, dipindah ke boks khusus yang dilengkapi lampu penghangat. Pada umur 2 minggu, anakan dipasangi ring, dengan kode Bowo BF dan Saidi Wong Pati.
Setelah bisa makan sendiri, trotolan murai batu umur 1-2 bulan mulai dipasarkan. Harga trotolan dibanderol paling murah Rp 3,5 juta, tergantung materi induknya.
Selain menjual anakan murai, Bowo BF juga menyediakan pasangan induk siap ternak. Harga pasangan induk yang sudah berjodoh minimal Rp 10 juta / pasang. (d’one)