Kesalkah Anda ketika burung juara, kemudian terbayang hadiah sekian juta seperti tertera pada brosur, eh… saat menerima hadiah kok jumlahnya jauh lebih kecil? Mungkin hanya menerima separo saja,  bahkan terkadang cuma sepertiganya.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Banyak peserta lomba yang mengalami hal seperti ini. Ketika komplain ke panitia, terdengar jawaban bahwa pada brosur sudah ada aturan apabila jumlah peserta tak memenuhi kuota, misalnya minimal 31, hadiah akan dikurangi.

Biasanya tertulis jika peserta kurang atau sama dengan 30, hadiah diambil mulai juara 2. Jika peserta kurang atau sama dengan 20, hadiah mulai juara 3, dan seterusnya. Weleh… weleh…, hal seperti ini pasti akan membuat Anda jengkel, terlebih jika tidak membacer seluruh materi brosur secara detail.

Asal tahu saja, nominal hadiah juara 2 biasanya hanya separo dari juara 1, bahkan kemungkinan bisa lebih kecil lagi. Misalnya, hadiah juara pertama Rp 1 juta rupiah plus bonus 500 ribu. Adapun juara 2 hanya Rp 500 ribu (tanpa bonus).

Bisa dibayangkan saat peserta membayangkan mendapat hadiah Rp 1,5 juta, ternyata amplop hanya berisi Rp 500.000 saja.

Sebagian besar event organizer (EO) lomba burung kicauan di Indonesia saat ini menerapkan aturan hadiah seperti itu, dengan kuota bervariasi. Namun ada juga beberapa EO yang menerapkan aturan tanpa potongan. Biasanya dalam brosur tertulis jelas, “Hadiah utuh tanpa potongan”, atau “Berapapun peserta, hadiah juara 1 tetap keluar”.

Beberapa EO di Blok Tengah yang konsisten menerapkan aturan itu antara lain PBI Semarang, PBI Jogja, dan PBI Sukoharjo. Hal itu diterapkan dalam even Kicau Mania Bersatu, Plaza Cup, Univet Cup PBI Sukoharjo, Piala Raja, Valentine, hingga yang akan segera digelar: Piala Pakualam.

Beberapa EO independen juga menerapkan aturan hadiah utuh, antara lain Danjen Kopassus Cup di Kartasura dan In Memorial Jenderal Besar Soeharto Cup di Jogja.

Masalah potong-memotong hadiah itu rupanya menjadi salah satu materi yang dibahas dalam Rakerda Pelestari Burung Indonesia (PBI) Pengda Jateng-DIY di Hotel Plaza Semarang, Jumat (29/5) malam. Rakerda dihadiri para pengurus Cabang Tegal, Semarang, Jogja, Bantul, Surakarta, Sukoharjo, dan Sragen.

Sebagian peserta Rakerda PBI Pengda Jateng-DIY di Hotel Plaza Semarang.

Hadir pula para pengurus PBI Pengda Jateng-DIY dan sejumlah pengurus PBI Pusat yang diwakili Pak Hartono (penasihat) dan Ir Tarom (sekretaris).

Om Yono Plaza, ketua PBI Pengda Jateng-DIY yang memimpin rakerda memang getol mengkampanyekan gerakan Cinta PBI. Salah satunya ya melalui penerapan lomba tanpa potongan di lingkungan PBI.

“Selama ini kita hanya bisa mengajak dan menganjurkan, khususnya untuk PBI di lingkungan Pengda Jateng-DIY, karena memang belum ada kesepakatan bersama dan belum menjadi aturan bersama,” kata Om Yono.

Selain itu, kemampuan setiap daerah juga berbeda-beda sehingga tak bisa memaksakan agar aturan hadiah tanpa potongan bisa diberlakukan di semua daerah.

“Kalau kita mau menerapkan aturan itu, lomba pasti lebih menarik. Peserta lebih ramai, dan kemungkinan merugi makin kecil. Banyak EO menduga, jika hadiahnya utuh, anggaran awalnya membengkak, karena sudah tidak yakin kalau peserta nantinya bakal ramai,” jelas Om Yono yang juga bos di Hotel Plaza Semarang.

Itu sebabnya, dia lalu mengajak peserta Rakerda PBI Pengda Jateng-DIY untuk mengkaji aturan hadiah tanpa potongan, juga untung ruginya.

“Saya ingin para kicaumania, terutama di Jateng dan DIY, memiliki imej bahwa lomba yang hadiahnya utuh tanpa potongan ya di PBI. Kalau imej ini sudah terbentuk kuat, pasti tidak ada cerita lomba PBI sepi. Apalagi jika didukung dengan imaje yang lain, seperti penjurian yang teliti dan fairplay,” tambahnya.

Akhirnya para peserta menyetujui gagasan tersebut. Setelah rakerda, semua lomba di lingkungan PBI Jateng-DIY akan menerapkan aturan hadiah utuh alias tanpa potongan.

Kuota jumlah peserta pada dasarnya tidak ada. Semua tergantung kondisi burung di lapangan. Kalau hanya ada 10 ekor peserta, kalau semuanya kerja bagus, ya juaranya diambil dari 1 sampai 10.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

“Tetapi kalau yang bunyi dan layak hanya tujuh, maka tujuh burung itulah yang masuk daftar juara. Jadi bukan karena peserta sedikit, lantas juaranya dikurangi,” ujar Om Tarom, sekretaris PBI Pusat.

Hasil lain Rakerda PBI Pengda Jateng-DIY

Tema rakerda kali ini adalah konsolidasi organisasi dan tertib administrasi. Wajar kalau kedua hal ini dibahas paling awal. Cabang-cabang yang selama ini kurang aktif akan dievaluasi. Demikian juga para pengurus dan petugas fungsional seperti para juri. Kepengurusan lama juga diperbaharui, dengan periode baru mulai tahun ini.

Suasana diskusi dalam Rakerda PBI Pengda Jateng-DIY.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Pembinaan terhadap para penangkar juga menjadi isu cukup hangat, termasuk pembagian ring PBI yang sempat mandek, namun kini mulai digalakkan lagi. Masalah ukuran standar ring yang pas, serta pilihan ring yang antipotong juga berhasil disepakati. Demikian juga usulan dan syarat-syarat supaya para penangkar bisa mendapatkan sertifikasi PBI.

Hal penting lainnya adalah kesepakatan bahwa setiap pengurus cabang harus membina penangkar, ditandai dengan peningkatan jumlah penangkar binaan dari waktu ke waktu.

Untuk lomba kelas ring juga disepakati bahwa jika peserta minimal dua ekor, maka lomba tetap akan digelar secara normal, termasuk durasi waktunya.

“Dulu kalau peserta kurang dari lima ekor, panitia akan membatalkan lomba di kelas tersebut. Hal ini membuat banyak orang  trauma. Jauh-jauh datang membawa cucakrawa ring, atau anis kembang ring, burung tidak jadi digantang. Kalaupun lomba tetap berjalan, juri menilai sekenanya. Begitu ada burung bunyi cuit-cuit dan dianggap juara, lomba langsung dianggap selesai,” ujar Om Andi Saputra, ketua PBI Sragen yang juga penangkar murai batu Rejo BF.

Agar kelas ring lebih menarik, panitia tidak hanya mewajibkan membuka, tapi juga memasukkannya ke dalam kelas bergengsi. Ini sudah dijalankan PBI Jogja, yang memasukkan murai batu ring ke kelas utama yang tiketnya Rp 500 ribu dalam even Valentine Day, 15 Februari lalu.

Peserta terbukti penuh. Hal ini juga bakal diterapkan dalam Piala Pakualam di Jogja, Minggu 14 Juni 2015. Murai batu ring kembali masuk kelas utama, dan terbukti tiketnya saat ini hampir ludes.

Rakerda juga membahas jadwal lomba di lingkungan PBI Pengda Jateng-DIY untuk periode 2016. Hal ini penting agar tidak terjadi bentrokan antara even di daerah yang satu dan daerah lainnya, terlebih jika daerah tersebut saling berdekatan.

PBI Cabang Kebumen, Om Willy jadi ketuanya

Rakerda kali ini juga dihadiri Ketua PBI Cabang Kebumen, Om Billy. PBI Kebumen merupakan cabang yang yang baru dibentuk dan sudah disahkan.

Om Billy dipercaya menjadi ketua PBI Cabang Kebumen.

“Secara resmi, PBI Cabang Kebumen sudah disahkan. Namun seremonial pelantikan akan dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan even perdana tanggal 23 Agustus mendatang,” jelas Om Samuel, sekretaris Pengda PBI Jateng-DIY.

Dalam sambutannya, Om Billy menyatakan terimakasih atas kepercayaan teman-teman di Kebumen yang mempercayainya sebagai ketua PBI Kebumen. “Terimakasih pula atas dukungan teman-teman di Pengda Jateng-DIY. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik. Tentu masih harus belajar, tapi ya siaplah untuk berjuang sekuat tenaga,” ujarnya, disamput tepung tangan hadirin. (Waca)

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.