H Rico Lampung, atau kerap disapa Ji Rico, bukan hanya piawai mengorbitkan kacer jawara seperti Panglima Sumatera dan Panglima Lampung. Dia juga piawai mengorbitkan murai batu, branjangan, dan aneka burung kicauan lainnya.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Beberapa waktu lalu, Om Kicau pernah menurunkan artikel menari dari Om Rico Lampung mengenai tips kacer muda prospek. Kali ini dia kembali berbagi ilmu tentang cara menjinakkan murai batu bakalan dan menyiapkannya ke arena lomba.
Sampai saat ini, murai batu masih menjadi burung kicauan primadona di Indonesia. Sejak menggeser popularitas anis merah, sekitar tahun 2003, kelas murai batu sampai saat ini masih menempati kasta pertama dalam berbagai lomba burung berkicau di Indonesia.
Selain memiliki postur tubuh yang indah, leher panjang, badan semampai, serta ekor panjang, murai batu juga mempunyai suara yang sangat merdu.
Murai batu tak hanya pandai melagukan suara-suara aslinya saja, namun juga pintar meniru aneka suara burung kicauan lainnya, mulai dari cililin, kapas tembak, cucak jenggot, kenari, lovebird, siri-siri, jalak afrika, madi injap, dan lain-lain.
Tak heran jika murai batu dijuluki sebagai burung peniru ulung. Apalagi suara burung lainnya mampu direkam dan masuk ke memorinya dalam waktu tidak terlalu lama. Ketika sudah tampil di lapangan, murai batu akan memainkan lagu-lagunya yang indah dan bervariasi sesuai dengan isian / masteran yang tersimpan dalam memorinya.
Berdasarkan asalnya (bukan daerahnya lho..), murai batu yang dilombakan terdiri atas burung hasil penangkaran (breeding) dan hasil tangkapan hutan.
Mana yang lebih hebat, sejauh ini tidak ada bukti empiris yang mampu menjawabnya. Sebab banyak sekali murai batu ring yang menjuarai kelas murai umum, termasuk Pelor Mas koleksi H Fitri BKS / H Nendra, Bro milik Om Kadafi, dan lain-lain.
Tapi banyak pula murai hasil tangkapan hutan yang berprestasi dalam waktu cukup lama, seperti Happy Birthday (HBD) milik Om Akia Jambi, atau di masa lalu ada murai blacktail Natalia milik Om Gunawan (Solo).
Menjinakkan murai batu bakalan
Tidak bisa dimungkiri, banyak penghobi yang lebih suka memelihara murai batu bakalan tangkapan hutan sehingga masih liar. Alasannya, burung akan lebih trengginas di lapangan, dengan stamina dan power maksimal.
Namun tidak mudah merawat burung tangkapan hutan ini. Diperlukan pengalaman serta kesabaran yang tinggi dan konsisten. Satu tahapan yang harus dilalui adalah menjinakkannya terlebih dulu agar lebih mudah dikelola sebagai burung lomba.
“Saya sudah melakukan survai ke beberapa penghobi tentang cara yang tepat dalam merawat murai bakalan liar. Ada beberapa kunci yang bisa kita pelajari bersama,” kata Om Rico.
Kunci pertama, usahakan burung bisa sehat dulu atau terus hidup. Sebab murai batu bakalan rentan mati. Selain belum bisa makan voer, kondisi murai bakalan cenderung lemah dan mudah stres akibat proses penangkapan di habitatnya dan perjalanan.
Tahap awal ini bahkan bisa cukup menegangkan, karena banyak penghobi yang gagal mengatasinya, sehingga burung mati hanya beberapa hari tiba di rumah.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Anda harus memberikan pakan yang disenanginya: kroto segar! Pemberian kroto segar dilakukan selama sebulan penuh. Sangkar yang digunakan pun harus berjeruji halus dan rapat, agar burung tak terluka saat menabrak dinding sangkar.
“Selama proses adaptasi, burung harus dikerodong setiap hari . Penjemuran sebentar, yang penting asal kena sinar matahari saja,” jelas Om Rico.
Jangan lupa berikan pula vitamin setiap hari, sesuai takarannya. Vitamin dapat menyegarkan tubuh murai bakalan, dan mencegahnya dari serangan penyakit dadakan.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Apabila masa adaptasi terselesaikan, dan burung dalam kondisi sehat, maka kita bisa melangkah ke tahap perawatan. Bentuk perawatan memang sangat beragam, mulai dari memandikan, menambah pakan, buka kerodong, dan sebagainya.
Hal ini dimaksudkan agar burung sejak dini bisa mengenal lingkungan di sekitarnya, termasuk benda-benda di sekitarnya, pakan baru, perawat / pemilik, dan lain-lain. Dengan demikian, keliaran burung secara perlahan-lahan akan berkurang.
Untuk pakan, misalnya, kroto sudah bisa dicampur voer yang nantinya akan menjadi pakan dasarnya. Caranya, basahi voer kemudian dicampur kroto dan diaduk-aduk hingga rata. Setelah itu, masukkan adonan pakan ini ke dalam satu wadah dan berikan kepada murai bakalan.
Air minum dapat dicampur vitamin supaya burung tambah sehat dan antibodinya meningkat. Tahap ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 – 3 bulan.
Tahap ketiga, kroto disediakan dalam cangkir tersendiri. Demikian juga pakan poer, diletakkan dalam wadah terpisah. Pemberian kroto sedikit demi sedikit dikurangi. Sebagai selingan, bisa diberi jangkrik dan / atau ulat hongkong.
Kalau burung sudah pandai makan voer dan beragam jenis extra fooding (EF) seperti kroto, jangkrik, dan ulat hongkong, maka inilah tahap akhir dari perawatan burung bakalan.
Tahap pemasteran
Selanjutnya, kita akan memasuki tahap berikutnya berupa pemasteran. Jenis burung yang digunakan untuk memaster murai sangat beragam. Misalnya cucak jenggot, lovebird, kenari, pelatuk bawang, cililin, siri-siri, dan sebagainya.
Supaya cepat termaster, murai batu harus didekatkan dengan burung masteran. Untuk awalan, jenis burung masteran yang digunakan tidak perlu banyak, yang penting murai batu dapat menyerapnya.
Pada minggu pertama, misalnya, cukup menggunakan dua jenis burung masteran seperti kenari dan jenggot. Jika murai batu sudah mampu menyerap suara dari kedua masteran ini, maka nantinya akan dikeluarkan atau ditirukannya dengan hebat.
Agar hasilnya maksimal, maka dekatkan murai batu dengan burung masterannya. Waktu yang tepat adalah pada saat pagi, dan menjelang istirahat atau malam hari.
Pada tahap ini, aktivitas mandi, jemur, dan pemberian kroto sudah terpola. Maksudnya, kalau kroto terbiasa 2 sendok, jangkrik 5 ekor, sebaiknya terus diberikan seperti itu.
Supaya murai batu tidak liar, kini frekuensi pengerodongan bisa mulai dikurangi. Kalau bisa disimpan di tempat agak ramai, agar burung terbiasa dengan keramaian, yang berujung terbentuknya mental yang tangguh, tidak mudah stres, sehat, gacor, jinak, dan bersuara merdu.
Tahap terakhir adalah melatih dan menumbuhkan mental tempurnya (fighter). Dalam hal ini, burung yang sudah gacor diperlihatkan dengan burung sejenis, namun diusahakan umurnya sebaya / sejajar, dan jarak antarsangkar agak jauh, agar mentalnya tidak ngedrop. Ini bisa disebut ngetrek perdana.
Kalau saat melihat burung sejenis mau bunyi, apalagi bunyinya ngotot, berarti burung punya mental tempur yang baik. Ketika ngetrek kedua, burung sejenis bisa digantang lebih dekat, misalnya sekitar 1,5 meter.
Apabila burung tetap berani melawan, bunyi nyaring, apalagi mengeluarkan lagu-lagu masterannya secara berganti-ganti (variatif ), berarti murai Anda sudah mulai mau ngadu alias memiliki semangat tempur bagus.
Supaya staminanya selalu prima saat bertarung di lapangan, maka perawatannya perlu digenjot lagi, terutama asupan extra fooding perlu ditambah dan tetap jangan lupakan pemberian vitamin.
Kalau mau dilombakan, maka burung perlu dikarantina atau disendirikan dalam ruang terpisah, agar dia bisa tenang dan tenaganya utuh.
Simak pula tips-tips Om Rico tentang kacer muda prospek:
Tips kacer muda prospek ala Om Rico (1):
- Membiasakan setelan harian untuk kacer muda prospek
- Melatih fighter dan mencari setelan lomba
- Beberapa cara menstabilkan kacer muda prospek
- Mengatasi kacer yang suka turun ke dasar sangkar
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.