Om Oter Umar, pemilik penangkaran murai batu GMS Bird Farm (BF) Tangerang, hingga kini terus berburu burung-burung jawara untuk dijadikan induk baru di kandang ternaknya. Belum lama ini Om Oter memboyong murai batu Bon Jovi.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Murai batu Bon Jovi merupakan gaco andalan Om Anang Bae, ketua Batavia Enterprise Tangerang, yang kemudian ditake-over GMS BF Tangerang dengan mahar sekitar Rp 40 juta.
Murai batu Bon Jovi diboyong ke kandang ternak GMS BF dalam kondisi baru saja rampung mabung. Bulu-bulu barunya sudah terlihat rapi.
“Bon Jovi termasuk langganan juara di kawasan Tangerang dan sekitarnya. Bahkan belum masuk ke kandang ternak saja, sudah ada yang indent calon anakan Bon Jovi, he.. he..,” ucap Om Oter ketika ditemui omkicau.com di kandang GMS BF di kawasan Sukamulya, Cikupa, Tangerang.
Kini makin lengkaplah materi induk jantan di GMS BF yang rata-rata merupakan eks jawara lapangan. Sebelumnya, Om Oter sudah memiliki sejumlah eks jawara lainnya yang dijadikan indukan, misalnya Monorel, Bejo, Sangkur, dan Samurai.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Nama GMS BF sebagai pusat penangkaran murai batu sudah cukup dikenal para kicaumania di sekitar Cikupa. Om Oter tak sendirian mengelola usaha ini. Dia merintisnya sejak dua tahun lalu bersama Om Oleng, sahabat dekatnya.
Produk GMS cukup dikenal, karena sebagian besar materi induknya berkualitas. Dari 13 pasangan induk, sebagian besar pejantannya pernah menjuarai berbagai lomba di Jabodetabek.
Harga trotolan murai yang terjangkau, mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta per ekor, juga membuat banyak penggemar murai berminat untuk membelinya.
Om Oter memang membagi klasifikasi produknya, mulai yang termurah, menengah, hingga mahal. “Semuanya tergantung kualitas indukan dan kondisi trotolan itu sendiri,” terangnya.
Banyak pembeli yang merasa puas terhadap produknya, lantaram kualitas anakannya sudah terbukti. Anakan yang berumur 4 bulan, misalnya, sudah punya naluri fighter. “Baru lepas trotolan sudah bisa ditrek, mau ngadu,” kata Om Budi, salah seorang pembeli.
Om Oter memang sangat selektif dalam memilih calon induk, termasuk induk betina yang umumnya berekor panjang, postur besar, dan didatangkan dari Sumatera.
Saat ini 13 pasangan induk sudah berproduksi. Om Oter dan Om Oleng bahkan sudah membangun lagi 13 petak kandang di area terpisah, namun masih satu kompleks dengan kandang sebelumnya.
Kandang-kandang ternak ini dibangun pada lantai 2 bangunan sekaligus gudang usahanya di bidang biji plastik, yang berada di kawasan Cikupa, Tangerang.
Setiap petak kandang berukuran panjang 2 meter, lebar 1 meter, tinggi 3 meter. Lantai kandang diplester, lantas dilapisi pasir. Di dalamnya terdapat pohon kecil dalam pot, bak mandi, dan kotak sarang di pojok atas kandang.
Bagian tengah kandang dilengkapi dengan kolam dan taman, termasuk fasilitas air mancur untuk menghasilkan suara gemericik air. Suara air ini bisa membuat induk murai merasa lebih nyaman dan pada akhirnya rajin berproduksi, karena suasananya serasa di habitat asli.
Yang menarik, posisi kandang ini saling berhadapan. Tentu saja bagian depannya tertutup, agar induk di kandang yang satu dan kandang di depannya tidak saling melihat.
Selama masa penjodohan, kedua calon induk diberi extra fooding (EF) jangkrik sebanyak mungkin (ad libitum) alias sekenyangnya. Adapun EF cacing tanah diberikan saat induk merawat anak-anaknya.
Anakan murai dipanen saat berumur 7-8 hari. Setelah itu dipindah ke bok incubator, dan langsung mulai dimaster dengan burung-burung isian sejenis “kolibri”, ciblek, cililin, kenari, jalak suren, dan lain-lain. “Jadi sejak anakan sudah dibiasakan dengan suara masterannya,” jelas Om Oter. d’one
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.
Komentar Terbaru