Para ilmuwan dari Universitas Macquarie di Sidney menemukan fakta bahwa suhu yang makin panas menyebabkan telur-telur burung pipit zebra (zebra finch) menetas lebih awal. Menurut hasil penelitian mereka, kondisi tersebut bisa berakibat fatal bagi burung yang belum menetas.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan mengamati perkembangan embrio telur pipit zebra. Pipit zebra atau zebra finch (Taeniopygia guttata) adalah sejenis burung finch yang umum bersarang di padang rumput dan gurun yang berada di sebagian besar wilayah Australia. Selain itu, keberadaan burung ini juga bisa ditemukan di wilayah Indonesia dan Timor Leste.
“Biasanya, pipit zebra akan meletakkan satu telur sehari selama sekitar lima hari, dan hanya akan mulai mengerami telurnya setelah telur terakhir diletakkan,” kata Simon Griffith, pemimpin penelitian dan guru besar di Avian Behavioural Ecology, Universitas Macquarie.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
“Dengan begitu, semua telur akan dierami dan menetas secara merata di dalam sarangnya, sehingga memudahkan induk dalam untuk memberi makan dan merawat anak-anaknya secara merata pula,” lanjutnya.
Tetapi suhu panas yang muncul akibat perubahan iklim menyebabkan terganggunya pola tersebut. Akibatnya, telur mulai berkembang bahkan sebelum proses pengeramanan oleh indukan dimulai.
Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan Royal Society itu, suhu yang berkepanjangan lebih dari 40,5 °C dapat mematikan embrio, bahkan induk pun merasa tidak nyaman saat mengerami telur-telurnya.
Dampak lain yang muncul dari perkembangan embrio yang terlalu awal ini bisa menjadi sesuatu yang mematikan. Ketika penetasan berlangsung tidak sesuai dengan waktunya, maka jatah pakan dari induk pun akan menjadi tidak merata.
“Anakan pipit zebra yang menetas lebih awal akan memiliki tubuh lebih besar dalam 24 jam pertama kehidupannya. Jika mereka menetas pada waktu yang berbeda, induk akan memberikan sebagian pakan untuk anak yang terbesar. Akibatnya, anak yang menetas terakhir akan mendapat sedikit pakan, akhirnya menjadi kurus dan mati.”