Salah satu tantangan terberat yang mesti dihadapi para penangkar / breeder burung kicauan adalah bagaimana merawat dan membesarkan anakan hingga dewasa, atau setidaknya sudah dalam kondisi siap dipasarkan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Perawatan anakan burung kicauan tidak sekadar memberi pakan, baik melalui metode handfeeding maupun diloloh, atau mengandalkan perawatan alami pada induknya. Anda juga harus menjaga piyik tersebut dari berbagai kemungkinan cedera.
Bentuk cedera yang kerap dialami anakan burung antara lain kaki terkilir, keseleo, bahkan patah. Hal ini biasanya terjadi ketika anakan burung dipindah dari inkubator atau boks pembesaran ke sangkar harian.
Bagaimana tips menghindari kaki terkilir, keseleo, atau patah pada anakan burung kicauan? Tentu setiap penangkar memiliki pengalaman masing-masing. Om Kicau ingin membagikan cara yang biasa dilakukan Om Sutoto, pemilik penangkaran burung cucakrawa GRD Bird Farm Balikpapan.
Meski sebagian besar materinya terkait anakan burung cucakrawa, tips ini juga bisa diterapkan pada anakan burung kicauan dari jenis lainnya, seperti murai batu dan kacer.
Seperti diketahui, sebagian besar breeder cucakrawa, murai batu, lovebird, kenari, dan jenis burung kicauan lainnya lebih senang memanen anakan pada akhir minggu pertama atau awal minggu kedua sejak telur menetas.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Om Sutoto GRD, misalnya, melakukan pemanenan anakan burung cucakrawa pada umur 5-10 hari. Dalam hal ini, piyik-piyik cucakrawa bersama sarangnya diambil dari tempat sarangnya, lalu dipindah ke boks inkubator.
Temperatur inkubator perlu dijaga konstan pada angka 32℃. Adapun bahan lolohan tergantung jenis burung. Pada anakan cucakrawa, Om Sutoto hanya memberi jangkrik kecil yang sudah dibuang kaki-kaki dan kepalanya, kemudian dicelupkan dalam larutan Vitachick.
Vitachick merupakan produk vitamin untuk anak ayam / DOC dan banyak dijual di poultry shop, tapi bisa juga digunakan untuk piyik burung kicauan. Anda juga bisa menggunakan BirdVit: multivitamin khusus untuk burung produksi Om Kicau.
“Pemberian jangkrik yang dicelup dalam larutan vitamin ini saya terapkan selama lima hari pertama di inkubator. Jangan lupa, jaga kebersihan inkubator agar tidak tercemar bakteri, jamur, serta virus,” ujar Om Sutoto.
Beberapa penangkar burung menggunakan dua jenis inkubator selama membesarkan anakan / piyik. Inkubator pertama digunakan selama lima hari, sedangkan inkubator kedua (inkubator pembesaran) digunakan untuk anakan / piyik umur 10 hari.
“Saya juga menggunakan dua jenis inkubator untuk membesarkan anakan cucakrawa. Tapi jika tidak ada, Anda cukup menggunakan inkubator pertama saja,” jelas Om Sutoto.
Pada umur 10 hari, anakan burung mulai diperkenalkan dengan bahan lolohan / adonan yang terdiri atas kroto, voer, serta pisang yang sudah dilembutkan (dikerok menggunakan sendok), dengan rasio 2 : 1 : 1.
Bahan adonan ini bisa ditambahi sedikit multivitamin dan bubuk kalsium (Ca), atau diselingi jangkrik. Aduk hingga merata dan siap dilolohkan ke mulut anakan burung. Adonan / bahan lolohan ini hanya boleh digunakan selama 4 jam. Lebih lama dari itu, adonan sudah basi.
Proses pelolohan dengan bahan adonan tersebut dilakukan hingga anakan / piyikan berumur 20 hari. Anakan cucakrawa seumuran itu sudah memiliki ekor dengan panjang sekitar 3 cm.
Kalau sudah berumur 20 hari atau 3 minggu, piyik bisa dipindah ke sangkar ukuran kecil (misalnya 30 x 30 x 40 cm3). Nah, di sinilah Anda mesti berhati-hati.
Jangan menggunakan sangkar untuk burung dewasa, karena sangat berbahaya. Karena masih belajar terbang, anakan burung sering terbang secara ngawur. Apalagi ekornya juga masih pendek, sehingga belum sanggup menjaga keseimbangan tubuhnya.
Akibatnya bisa diterka. Anakan burung seumuran itu sering terbang sambil nabrak jeruji atau bergelantungan pada jeruji sangkar, seperti terlihat pada gambar paling atas halaman ini.
Cara terbang piyikan burung seperti ini acapkali menimbulkan cedera pada kaki dan tulang sayapnya. Kaki bisa terkilir, keseleo, bahkan patah, terutama jika Anda menggunakan sangkar ukuran besar.
Lebih fatal lagi, anakan burung kerap bergelantungan di bagian atas sangkar besar, kemudian secara tiba-tiba jatuh dan mati di dasar sangkar (seperti dibanting).
Ada lagi anakan burung yang terbang di bagian atas sangkar, lantas turun dan salah mendarat. Kalau tidak mati seketika, biasanya burung akan mengalami kematian pada hari-hari berikutnya.
Kunci utama untuk menghindari kaki terkilir, keseleo, atau patah pada anakan / piyik burung adalah penggunaan sangkar ukuran kecil, serta asupan multivitamin dan mineral sejak dini. (OK-1)
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.