Penangkaran burung murai batu Bowo Bird Farm (BF) milik Om Saidi makin berkembang pesat. Setelah melakukan penambahan beberapa unit kandang baru, kini Bowo BF memiliki 160 unit / petak kandang, masing-masing berukuran 150 cm x 90 cm dengan tinggi 2,5 meter.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Dengan jumlah kandang sebanyak itu, dapat dibayangkan produksi anakan / trotolan murai batu setiap bulannya pasti berlimpah. Meski demikian, sebagian besar produk tersebut laris-manis di pasaran.

Kesuksesan tersebut ternyata diapreiasi oleh Dinas Kehutanan Subang, Jawa Barat, yang belum lama ini memberi penghargaan kepada Om Saidi sebagai penangkar sukses untuk burung lokal, khususnya murai batu dan cucakrawa.

Om Saidi sedang menyeleksi materi induk baru.

Bahkan dua bulan sebelumnya, Balai Pengelolaan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ir Juanda, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, juga menetapkannya sebagai contoh keberhasilan peternak dan tokoh inspirasi perburungan.

Sejak memulai penangkaran murai batu lebih dari dua tahun lalu, Om Saidi rajin berburu materi indukan. Kini, seiring dengan perkembangan pesar di penangkarannya, dia mulai menggunakan induk hasil ternaknya sendiri, baik induk jantan maupun induk betina.

Untuk meningkatkan kualitas anakan, Bowo BF yang bermarkas di kawasan Citeurep, Bogor, rutin melakukan pergantian materi induk. Tetapi semua itu dilakukan secara bertahap.

Pasangan induk trah unggulan di kandang Bowo BF Bogor.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Setiap petak kandang ternak murai batu Bowo BF terbuat dari dinding batako, sehingga bersifat tertutup. Lantai kandang berlapis pasir, dilengkapi tanaman rindang dalam pot, bak mandi, serta kotak sarang.

Kalau sudah menetas, anakan dibiarkan dalam perawatan induknya sampai umur 8 hari. Setelah itu dipanen dan dipindah ke inkubator atau boks pembesaran. Tetapi ada juga yang tetap dalam perawatan induknya jika sudah berumur 1 – 1,5 bulan.

“Ini tergantung dari kemampuan induk dalam merawat anakannya. Semuanya punya kelebihan dan kekurangannya. Jika dipanen pada umur seminggu, risiko kematian piyikan memang tinggi,” ujar Om Saidi.

Tapi, keuntungannya, produktivitas induk jauh lebih tinggi daripada jika anakan selalu dalam perawatan induknya. Sebab seminggu setelah anakan dipanen, induk jantan dan betina biasanya sudah mau kawin lagi dan segera bertelur kembali.

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Trotolan murai batu hasil perawatan pemilik / awak kandang.

Jika anakan dibiarkan dalam perawatan induknya sampai umur 1 – 1,5 bulan, produktivitas induk memang agak terhambat. Kelebihannya, anakan terlihat lebih liar, atau tidak sejinak jika anakan diasuh oleh perawat atau awak kandang.

“Sebagian pemain lomba memang lebih menyukai anakan murai yang dibesarkan induknya. Sebab karakternya tidak terlalu jinak, terlihat lebih alami. Tapi ini soal selera,” tambah Om Saidi.

Trotolan murai batu yang sudah berumur 1-1,5 bulan, baik yang dirawat induknya maupun awak kandang, akan dipindah ke kandang aviary untuk proses pembesaran lebih lanjut.

Kandang aviary ini berukuran panjang 1,5 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 2 meter. Anakan atau trotolan murai batu dibiarkan bebas dan leluasa di dalam kandang, sambil belajar makan voer.

Anakan murai batu di kandang aviary.

Kalau sudah bisa makan sendiri, sebagian trotolan murai batu akan dipindah ke sangkar harian. Setiap sangkar hanya berisi satu ekor burung saja, dan siap dipasarkan.

Namun, sebagian lagi diseleksi untuk dijadikan calon indukan. Artinya, Om Saidi dan krunya akan memilih beberapa trotolan murai batu jantan dan betina, kemudian dipasangkan dalam kandang yang sama sejak dini. Dengan cara ini, burung menjadi lebih mudah berjodoh saat dewasa nanti.

Om Saidi sedang menjemur anakan murai batu.

Harga trotolan murai batu produksi Bowo BF memang bervariasi, dengan banderol mulai Rp 3,5 juta hingga Rp 7,5 juta per ekor, tergantung kualitas induknya.

Selain beternak murai batu, Bowo BF juga menangkar burung cucakrawa, tetapi berbeda lokasi. Usaha ini bahkan telah berjalan lama, jauh sebelum Om Saidi beternak murai batu. “Saat ini ada lima puluh empat petak kandang ternak cucakrawa,” tandasnya. (d’one)

Semoga bermanfaat.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.