JAKARTA, KM – Jika Anda memutuskan untuk memilih hobi kicaumania, disarankan agar memilih burung yang harganya tidak terlalu mahal terlebih dahulu. Agar tidak menyesal yang berlebihan jika seandainya burung mati atau terlepas, sbaiknya merawat burung murah namun yang rawatannya hampir sama dengan burung kicauan lainnya yang harganya mahal.

Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.

Ciblek, adalah pilihan yang tepat untuk mengawali hobi merawat burung berkicau. Ciblek memiliki sejumlah kelebihan sebagai burung piaraan. Suaranya merdu, aktif berkicau, namun harganya sangat merakyat, sehingga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Karena harganya terjangkau, kicaumania pemula bisa belajar untuk merawat burung, tanpa dihantui kekhawatiran berlebihan jika burungnya mati. Sebab, hobi terhadap barang bernyawa jelas berbeda dari barang mati seperti sepeda, motor, dan mobil.

“Kalau mau main burung, mulailah dari Ciblek. Kalau ada apa-apa dengan ciblek, kita tidak terlalu merugi karena harganya murah. Tetapi jika bisa merawat dengan baik, suatu saat kita bisa merawat burung kicauan lain seperti Murai Batu dan Kacer,” kata Asol, kicaumania asal Ciracas, Jakarta Timur.

Kalau belum terbiasa merawat burung kicauan, tentu yang dirawat sulit untuk memberikan apa yang diinginkan, seperti rajin berkicau (gacor) dan aktif bergerak dengan polah yang lucu dan menghibur.

Dari pengalamannya, Asol tak setuju dengan pendapat sebagian orang bahwa hobi kicauan itu mahal. Kalau kita memulainya dari jenis burung yang harganya murah, seperti Ciblek dan Pleci, tentu biaya perawatan tidak terlalu besar.

Setelah makin terlatih merawat Ciblek, baru mulai mencoba memelihara jenis burung lainnya, seperti Kenari pemakan biji-bijian atau pemakan serangga seperti Murai Batu.

“Lebih baik memelihara dan merawat burung yang harganya murah, tetapi kicauannya bagus dan rajin berkicau seperti Ciblek, daripada langsung beli burung mahal tapi mati gara-gara belum terampil merawat,” kata dia.

Banyak pemula ketika membeli burung mahal dihantui kecemasan kalau burungnya tidak bunyi, atau malah mati, sehingga perawatan malah kurang maksimal. Karena itu, sebaiknya dilakukan bertahap, mulai dari burung yang berharga murah.

Salah satu tips perawatan Ciblek antara lain, setiap pagi, burung dikeluarkan untuk dianginkan sebentar. Setelah itu, burung mandi dan dijemur sekitar 1 jam. Pakan utama voer, sedangkan extra fooding (EF) hanya kroto secukupnya, jangkrik kecil 1 ekor, dan ulat hongkong 3 ekor. Air minum selalu diberikan dalam kondisi matang. Sore hari, burung cukup dianginkan.

Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.

Syarat burung berkicau adalah terbiasa dengan lingkungannya terlebih dahulu, khususnya burung yang baru saja di tangkap dari alam liar. Inilah yang menjadi kunci merawat burung. Menjinakkan bakalan ciblek muda hutan dari hasil tangkapan atau membeli di pasar burung yang belum makan voer sangat mudah, beberapa langkah perawatannya adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengkondisikan ciblek tersebut pada sangkar barunya sebaiknya ciblek di masukkan sangkar yang ketiga sisinya (samping kiri kanan dan belakang) ditutup dengan koran ataupun kain, kemudian ditaruh di tempat yang sepi, selama kurang lebih 3 (tiga) hari ciblek dikasih kroto segar setiap pagi dan sore.minuman bisa dicampur dengan multivitamin/antistress untuk burung.
  2. Hari selanjutnya adalah meracik campuran kroto dengan voer lembut ditambah air sedikit. 2-3 hari pertama komposisi kroto dengan voer adalah 75%:25%; 2-3 hari kemudian 50%:50%; 2-3 hari kemudian 25%:75%. Pemberian campuran kroto dengan voer ini diberikan pada pagi dan sore hari, bisa ditambah dengan 2 (dua) ekor jangkrik kecil. Kira-kira 6 – 9 hari ciblek sudah mau makan voer, dengan melihat kotorannya yang sudah berwarna seperti warna voer. Campuran kroto bisa diganti dengan ulat hongkong.
  3. Setelah warna kotorannya sudah menyerupai warna voer langkah selanjutnya adalah memberikan voer kering 100% selama 1 minggu yang diselingi dengan pemberian extra fooding berupa kroto segar/ jangkrik/ ulat hongkong dengan jumlah terbatas setiap pagi dan sore, sekaligus membuka ketiga sisi sangkar yang tertutup. Hal ini dilakukan untuk membiasakan secara perlahan-lahan terhadap dunia barunya. Pada tahap ini ciblek sudah dapat makan voer secara total, namun karena burung ciblek adalah burung pemakan serangga alangkah baiknya jika ciblek diberikan selingan jangkrik/ kroto/ ulat hongkong walaupun 1 (satu) hari sekali dengan jumlah 2-3 ekor jangkrik kecil atau 3-4 ekor ulat hongkong atau ½ sendok teh kroto.
  4. Untuk menjinakkan ciblek, trik selanjutnya adalah menaruh burung ciblek pada keramaian dengan menggantungkannya pada posisi yang agak tinggi kemudian setiap pekan berangsur-angsur semakin rendah, sambil dilatih pemberian extra fooding dengan tangan.
  5. Setelah 3 – 4 bulan burung ciblek anda akan berkicau dengan riang.

 

Dapatkan aplikasi Omkicau.com Gratis...

Walau Murahan, Tetap Diburu
Ciblek adalah sejenis burung pengicau dari suku Cisticolidae (pada banyak buku masih dimasukkan ke dalam suku Sylviidae). Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai bar-winged Prinia, merujuk pada dua garis putih pada setiap sayapnya. Nama ilmiahnya adalah Prinia familiaris Horsfield, 1821.

Morfologi burung ini kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.

Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.

Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, hingga ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek-ciblek-ciblek-ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.

Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa berburu mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian sekitar 1,5 m di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari rerumputan dan serat tumbuhan.

Ciblek, nama populer dari Perenjak Jawa adalah burung endemik (menyebar terbatas) di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.

Jantan dibedakan dari betina dengan ukuran tubuhnya yang lebih besar dan aktif berkicau. Ekor lebih panjang dan warna sayap yang lebih gelap. Juga bisa dibedakan dari warna paruh bagian bawahnya. Paruh bawah berwarna putih pucat adalah betina, paruh bawah berwarna putih dengan ujung hitam adalah burung jantan muda.

Paruh bawah berwarna hitam menyeluruh adalah burung jantan dewasa, bila masih muda dapat dibedakan melalui kuku jari. Kuku jari kaki yang berwarna kusam adalah burung jantan, kuku jari kaki bersih adalah burung betina.

Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai.

Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan terutama di Jawa. Apalagi burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.

Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya bermodalkan senter, kehati-hatian dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.

Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini masih sulit untuk dibiakkan. Sejak Tahun 2010, salah seorang penghobi burung kicau Iwan Lippo Cikarang berhasil menangkarkan Ciblek.

Eksploitasi yang berlebihan sangat berbahaya bagi populasi Ciblek. Di wilayah-wilayah tertentu seperti di pinggiran Jakarta dan Bogor, kini seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.

Cara gampang mencari artikel di omkicau.com, klik di sini.