JAKARTA (KM) – Burung Cucak Jenggot (Alophoxius Bres/Grey-Cheeked bulbul) adalah jenis burung pemaster yang handal untuk burung berkicau lainnya, bahkan bisa dibilang merupakan burung masteran yang wajib dimiliki kicaumania. Selain pemaster yang baik, Cucak Jenggot mudah dalam perawatan dan termasuk burung yang unik sehingga burung ini banyak dipelihara oleh kicaumania.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
Selain untuk masteran, Cucak Jenggot juga sering dijadikan pendulang poin bagi para pelomba yang ingin menjuarai Bird Club (BC) maupun Single Fighter (SF) di ajang lomba besar. Bahkan, sebuah tabloid segmen burung sempat melaporkan ada Cucak Jenggot yang harganya tembus Rp100 juta.
Pamor Cucak Jenggot sempat menanjak seiring dengan ramainya lomba burung berkicau di Tanah Air, namun akhir-akhir ini, Cucak Jenggot makin sepi peminat. Terbukti, di tiap-tiap lomba baik skala kecil maupun besar, jumlah gantangan kelas Cucak Jenggot makin merosot tajam, bahkan tidak jarang banyak kelas dibatalkan lantaran tidak ada peserta.
Maaf menyela, kalau burung Anda kondisi ngoss terus dan pengin jadi joss, gunakan TestoBirdBooster (TBB), produk spesial Om Kicau untuk menjadikan burung ngoss jadi joss...
Dedy Suherman, salah seorang kicaumania di Bogor mengatakan, saat pertama kali dilombakan pada akhir 2010, jumlah gantangan untuk kelas Cucak Jenggot bisa dihitung dengan jari. Namun pada pertengahan 2011, popularitasnya kian meningkat, semakin banyak peminatnya baik dari latihan bersama (latber) hingga lomba besar.
“Waktu itu bahkan gantangan yang disediakan panitia rata-rata terisi semuanya. Hanya sekitar 10% yang tidak terisi dari total gantangan dalam satu kelas Cucak Jenggot, kenang Dedy.
Kala itu, saat popularitas Cucak Jenggot naik, membuat harga Cucak Jenggot di pasaran turut terangkat. Sebelumnya bakalan Cucak Jenggot hanya berbanderol Rp35 ribu hingga Rp50 ribu, mulai naik menjadi Rp120 ribu hingga Rp150 ribu. Sedangkan untuk burung rumahan yang bervolume suara keras, crecetan tajam dan rapat, serta isiannya komplet, harganya bisa mencapai Rp 1 juta, meski belum pernah turun ke lomba.
Menurut Dedy, saat itu harga Cucak Jenggot juara lomba berkisar Rp1,5 juta hingga Rp3 juta. Salah satu koleksinya yang bernama Komet yang masuk dalam delapan besar di ajang lomba burung kicauan di Bogor ditawar Rp1,5 juta. Harga burung akan meningkat sejalan dengan kemenangan dalam sebuah lomba burung, tuturnya.
Menurut pria kelahiran Cianjur tersebut, perubahan harga kala itu ini sangat signifikan. Dia mengingat, ada burung Cucak Jenggot bernama Santi, milik H. Fatullah di Jl. Seratus, Tanjung Barat, Jakarta Selatan laku Rp80 juta.
Harga yang meroket saat itu, memicu pemburu burung menjarah di habitat alamnya. Karena itu, para kicaumania perlu menjaga populasi Cucak Jenggot di alamnya agar tidak terkuras habis. Barkah menyarankan, para penggemar burung kicauan untuk melakukan penangkaran Cucak Jenggot. Penangkaran akan memberi kesempatan usaha bagi orang lain dan perburuan burung di alam pun tidak terjadi secara terus menerus.
Kalau dulu orang sering menangkap burung yang masih anakan, tapi sekarang malah burung-burung yang sudah dewasa. Kalau ini terus dilakukan, kasihan anak-anak burung karena induknya tidak bisa memberikan makan dan anakannya pun mati, pungkasnya.
Memasuki tahun 2014, rupanya pamor Cucak Jenggot mulai tergerus menyusul kelas Anis Kembang yang kerap hanya dijadikan pelengkap di lomba-lomba besar. Bisa dipastikan, semua kelas Cucak Jenggot bahkan tidak mampu mengisi separuh gantangan.
Cucak Jenggot juga mengalami penurunan pamor di Jawa Timur, termasuk di Surabaya. Padahal, di beberapa wilayah Jawa Timur seperti dari Tuban, Babat, Lamongan, dan Gresik dikenal sebagai sentra Cucak Jenggot berkualitas karena kompetisi yang rutin dan ketat.
Cucak Jenggot yang pernah menjadi jawara di sana kerap kali ditake-over dengan harga tinggi. Tapi itu kenangan masa lalu, sepanjang tahun 2013 hingga 2014, kondisinya sudah sangat jauh menurun. Bahkan di gelaran lomba akhir-akhir ini, jumlah peserta rata-rata di bawah 15 gantangan dan hanya dibuka satu kelas.
Kegelisahan ini juga dirasakan Pandu Prawira, Ketua www.kicaumania.or.id (KM Region Jawa Timur). Menurutnya, dari hari ke hari, kelas Cucak Jenggot makin sepi peminat. Padahal, cucak jenggot menjadi salah satu burung master paling popular di Indonesia.
Menurut dia, Cucak Jenggot termasuk 10 besar masteran wajib untuk berbagai jenis burung kicauan yang biasa dilombakan. Dengan asumsi ini, jumlah pemilik cucak jenggot tentu tidak sedikit. Kelas Cucak Jenggot sudah beberapa tahun ini sepi walaupun di event besar, entah kenapa hal itu bisa terjadi, ujarnya.
Pandu berpendapat, Cucak Jenggot sangat menarik untuk dipelihara. Selain untuk masteran, juga bisa untuk belajar memahami karakter yang notabennya hampir mirip dengan Cucak Ijo. Menurutnya, kesulitan Cucak Jenggot hampir mirip dengan Cucak Ijo, dimana kita harus benar-benar mengkondisikan birahi secara stabil.
Pandu tidak habis pikir dengan fenomena ini, Sudah satu tahun ini kelas Cucak Jenggot sepi peserta. Mungkin karena frustasi, beberapa EO bahkan meniadakan kelas Cucak Jenggot dari jadwal lomba.
“Menurut saya Cucak Jenggot sangat layak masuk di jajaran kelas utama terutama di event besar. Alasan saya karena Cucak Jenggot adalah salah satu masteran wajib bagi burung lomba seperti MB, CI, Cendet, dan lain sebagainya, tuturnya.
Pandu mengaku hobi Cucak Jenggot baru seumur jagung, dan sialnya di saat mulai menyukai, malah kelas Cucak Jenggot sudah sepi. Perdana saya coba Cucak Jenggot saya di event Jatim Raya Cup, tetapi yang saya ikutkan masih belia (9 bulan) dan jam terbangnya kurang sekali. Jadi sampai sekarang saya belum membuat Cucak Jenggot saya berprestasi, ungkapnya.
Meski belum berprestasi, Pandu mengungkapkan Cucak Jenggot kesayangannya yang bernama Cecilia sempat mendapat tawaran barter Cucak Ijo senilai kurang lebih Rp7 juta oleh Yogi LV Samarinda dan sempat dilirik tanpa menyebutkan nominal oleh Yayang Pangkalanbun.
Cucak Jenggot merupakan keluarga dari Pycnonotidae, terdiri dari Cucak, Merbah, Empuloh dan Brinji. Burung pemakan buah ini memiliki suara besetan yang cukup khas dan sering disertai dengan tembakan, baik itu Cucak Jenggot jantan maupun Cucak Jenggot betina. Meski oleh sebagian kicaumania Cucak Jenggot sering dianggap sebagai burung master, namun dalam perkembangannya, Cucak Jenggot bisa juga dijadikan sebagai maskot dan bahkan dimaster oleh burung lain.Burung ini penyebarannya luas meliputi Asia dan Afrika. Lebih menyukai hidup di pepohonan, sebagian bahkan hidup berkelompok dan membuat sarang berbentuk mangkuk yang tidak rapi.Karakter dasar Cucak Jenggot adalah burung non fighter. Burung ini bukanlah burung petarung, daya tarung yang ada pada burung ini cenderung akibat tingkat birahi pada level tertentu yang akan membuat burung ini menjaga daerah teritorialnya.
Cucak Jenggot merupakan burung yang mudah jinak, karena kemampuan beradaptasinya yang tinggi, maka burung ini mudah jinak kepada manusia. Selain itu, Cucak Jenggot juga merupakan burung agresor. Apabila di sekitarnya ada suara burung lain yang memiliki frekuensi tinggi, burung ini langsung menimpali.
Makanan yang sesuai untuk Cucak Jenggot antara lain voer dengan kadar protein sedang, karena belum tentu voer yang berharga mahal akan cocok dengan sistem metabolisme Cucak Jenggot. Cucak Jenggot juga sangat menyukai buah pepaya, pisang kepok putih, apel, pir, tomat dan beberapa buah lainnya.
Extra Fooding (EF) yang baik buat Cucak Jenggot yaitu jangkrik, orong-orong, kroto, cacing, ulat hongkong, ulat bambu, kelabang, belalang dan lainnya. Pemberian EF harus selalu disesuaikan dengan karakter pada masing-masing burung dan juga harus mengetahui dengan pasti dampak klausal dari pemberian EF tersebut.
Perawatan harian untuk Cucak Jenggot relatif sama dengan burung berkicau jenis lainnya, kunci keberhasilan perawatan harian yaitu rutin dan konsisten. Pukul 07.00 WIB burung diangin-anginkan hingga pukul 07.30 WIB, kemudian dimandikan.
Ganti atau tambahkan voer, air minum dan buah segar, lalu berikan jangkrik 2 ekor. Penjemuran dapat dilakukan selama 1-2 jam tiap hari mulai pukul 08.00-11.00 WIB. Selama penjemuran, sebaiknya burung tidak melihat burung sejenis. Setelah dijemur, angin-anginkan kembali burung tersebut selama kurang lebih 10 menit, lalu sangkar dikerodong.
Jangan lupa, pada siang hingga sore hari Cucak Jenggot dapat dimaster dengan suara burung Cucak Jenggot atau burung lainnya. Pukul 15.30 diangin-anginkan kembali, bila perlu dimandikan lagi, kemudian berikan jangkrik 2 ekor. Saat matahari sudah mulai terbenam, Cucak Jenggot kembali dikerodong dan dimaster selama masa istirahat sampai pagi hari.
Untuk pemberian kroto, bisa dilakukan sesuai dengan karakter burung, untuk amannya, bisa diberikan 3x seminggu 1 sendok teh. Begitu juga dengan ulat hongkong, dapat diberikan 5 ekor 3x seminggu.
Khusus buah, harus diberikan rutin setiap hari dalam keadaan segar, dengan format bergantian jenis buah. Dan tidak lupa memberikan asupan vitamin dan mineral yang dicampur pada air minum seminggu sekali saja. (giriondeadline/KM)