Beberapa “pendekar cendet” memberi catatan kritis terhadap kinerja juri lomba burung, khususnya pada kelas cendet / pentet. Pasalnya, masih banyak juri yang dinilai kurang tepat dalam menjalankan tugasnya, terutama saat menancapkan bendera diskualifikasi terhadap cendet yang berada di gantangan.
Cara gampang mencari artikel omkicau.com, klik di sini.
“Misalnya, saya melihat ada kesalahpahaman yang fatal mengenai cendet mbayi atau mbayek. Jangan hanya karena cuma buka sayap, cendet lalu divonis bendera hitam yang menandakan terkena diskualifikasi,” tutur Cak Dayat, salah seorang motor Komunitas Cendet Indonesia (KCI), dalam percakapannya dengan omkicau.com.
Lihat juga KCI: Forum silaturahmi, komunikasi, dan transaksi online para cendet mania.
Cara mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di sini.
Hal senada dikemukakan Cak Nur dan Cak Omesh, dua rekannya sesama penggerak KCI. Menurut mereka, juri harus memahami betul mana cendet mbayek yang layak diberi bendera hitam / diskualifikasi.
“Cendet mbayi yang layak diskualifikasi itu adalah saat buka sayap sambil bunyi ngiyek.. ngiyek.., seperti trotolan minta pakan. Kalau buka sayap sedikit sambil bunyi narung, itu adalah gaya cendet yang biasanya punya power dahsyat. Karena power dahsyat itulah, maka sayapnya sampai terbuka,” tambah Cak Nur.
Ketiga pendekar cendet itu juga menyoroti masih banyaknya juri yang memberi bendera diskualikasi terhadap cendet nebok. Hal seperti ini sering terjadi pada kelas cendet yang digelar sejumlah EO.
Yang dimaksud nebok adalah cendet yang bunyi sambil ngelantai atau berada di dasar sangkar. Sebelum menancapkan bendera diskualifikasi, juri perlu mempertimbangkan beberapa hal.
“Misalnya cendet nebok akibat salto dan jatuh ke lantai sangkar, dan hanya berlangsung sekejap atau dalam hitungan detik, kemudian naik tangkringan lagi, mestinya tak perlu harus didiskualifikasi. Cukup melakukan pengurangan nilai saja,” ujar Cak Omesh.
Yang lebih parah lagi, ujar ketiganya, masih dijumpai juri-juri yang cenderung melihat siapa yang gantang, bukan karena kinerja burung, sehingga kerap berlaku tak adil dalam memutuskan nominasi juara.
Dari berbagai catatan kritis itulah, KCI kemudian melakukan eksperimen menjadi pelaku EO bekerjasama dengan Gerobag SF. Ini bukan soal kecewa atau tidak kecewa, namun ingin memberikan pemahaman yang sebenarnya mengenai penilaian di kelas cendet.
Karena itulah, para cendet mania di Blok Tengah (Jawa Tengah dan DIY) bisa mencoba sensasi baru dalam penilaian cendet, dengan mengikuti even 1st Anniversary Gerobag SF di Pasar Tlogorejo, Jalan Godean Km 4,5 Sleman, DIY, Minggu 15 Januari 2017, mulai pukul 09.30 (brosur bisa diunduh di Halaman Brosur Lomba Burung).
Dalam even tersebut, cendet digelar tiga sesi, termasuk pada kelas utama Gerobag (tiket Rp 150.000). Juara 1 di kelas utama ini diganjar uang pembinaan Rp 2 juta + bonus Rp 500.000. (Bung Ali)
Salam sukses Salam dari Om Kicau.
Penting: Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang ini.